Selasa, 19 Februari 2008

”The Cardigans...Best Of”.



Dengan kemajuan teknologi mengunduh lagu, membeli kaset dan bergeser ke Compact Disk (CD) jadi berkurang. Akhirnya, pilihan membeli CD lebih ke bentuk “The Greatest Hits” atau “The Best of….”

Pertimbangannya ya jelas : masalah budget. Kemudian, dengan membeli kumpulan hits/lagu popular dari seorang penyanyi ataupun grup band berarti memperoleh lagu-lagu yang paling kita sukai dalam satu kemasan. Selain itu, saya menikmati bentuk fisik seperti melihat keindahan desain grafis atau foto-foto personil/sang pelantun lagu.

Nah, saat mampir ke Disk Tarra Pondok Indah Mal, mata saya tertumbuk pada ”The Cardigans...Best Of”.

Ya ampun.. gua suka nih sama lagu-lagu grup ini! Ingat lagu Carnival, My Favourite Game, Rise & Shine, Erase/Rewind, Been It, dan tentu saja… Love Fool (Ini menjadi tembang soundtrack “Romeo + Juliet” film besutan Baz Luhrman yang diadaptasi dari karya William Shakespeare, yang dibuat dalam gaya masa kini dibintangi oleh Leonardo DiCaprio dan Claire Danes).

Belum lagi gaya vokalisnya, Nina Perssons, yang ”Crazy, Sexy, Cool” (CSC)... Saya sering menggunakan istilah CSC ini untuk orang-orang yang tak butuh dandan berlebihan, gayanya cu’ek, akan tetapi asyik untuk dilihat. Suaranya juga khas.

(Dan, maaf, saya merasa grup Mocca yang asli Indonesia, terinspirasi gaya The Cardigans…. Kalau tidak salah, Mocca yang melejit lewat lagu “Secret Admirer” memang muncul setelah The Cardigans ngetop.)

Akhirnya, saya mencomot CD-nya yang terdiri dari 2 piringan. Selain itu, secara fisik albumnya memenuhi ’selera mata’. Plastik CD nya tidak seperti kotak CD umumnya. CD The Cardigans The Best memiliki lengkungan menyudut di setiap ujung, lalu untuk membukanya kita menekan tombol di sisi pinggir kanan.

Piringan sendiri tampil sederhana. Seperti CD-R atau CD-RW kosong yang diatasnya tergrafir tulisan ”Disc One” atau ”Disc Two” (untuk CD yang ke-2) dan ”The Cardigans Best Of” dalam huruf timbul. Desain itu mengingatkan saya seperti menulisi CD kosong yang baru di-burn dengan foto-foto advertorial, lalu saya tulisi keterangan isi CD tsbt dengan spidol besar (spidol whiteboard).

Untuk saya, pihak Universal Music Group International dan Stockholm Record sebagai pemegang hak edar, telah cerdas mengerti sisi marketing. Yaitu, memanjakan penggemar The Cardigans tidak hanya memberikan kompilasi lagu hits. Akan tetapi, memiliki bentuk fisik yang indah untuk ditimang-timang. Hehe...

Soal resensi isi? Ga perlu saya bahas deh.. Pokoknya bagi penggemar, silahkan beli dan nikmati. CD pertama terdiri dari 22 lagu, sementara CD kedua memuat 24 lagu.Apalagi, di CD ke-2 ada lagu yang sama ditawarkan dalam beberapa versi (First Try/Mini Version/Puck Version).

Untuk keterangan dalam, kita bukan menemukan lirik lagu. Melainkan, diberi penjelasan latar belakang lagu tersebut lahir, serta foto desain album The Cardigans yang pernah muncul).

Senin, 11 Februari 2008

P.S. I Love You


“So now, alone or not, you’ve got to walk ahead. Thing to remember is if we’re all alone, then we’re all together in that too.”

Perasaan. Kehilangan. Sedih. Terpuruk. Lewat tokoh Holly (Hillary Swank), semuanya bisa digambarkan dengan jelas. Kematian Gerry (Gerard Butler), suaminya, di usia muda 35 tahun akibat tumor otak membuat hidupnya hancur.

Holly dan Gerry menikah di usia sangat muda. Karena itulah hubungan keduanya tidak mendapat restu penuh dari orangtua mereka. Berawal dari pertemuan yang tidak disengaja, mereka jatuh cinta, dan akhirnya menikah.

Gerry bekerja sebagai sopir limosin, dan Holly sebagai agen real estate. Hidup mereka bisa dibilang pas-pasan. Dan masalah ekonomi ini yang kerap menjadi penyebab pertengkaran mereka. Bahkan karena masalah ini, Holly mengurungkan niatnya untuk segera memunyai anak. Tapi di balik pertengkaran yang sering terjadi ini, kedua insan ini saling mencintai.

Kepergian Gerry ibarat meninggalkan lubang yang teramat dalam di hati Holly. Bahkan rasa sakitnya tak bisa disembunyikannya. Perempuan ini menutup diri untuk waktu yang lumayan lama—menjaga jarak dari lingkup sosial dan keluarganya.

Hingga akhirnya tiba hari ulang tahunnya yang ke-30. Beberapa kerabat datang mengunjunginya—sang ibu Patricia (Kathy Bates); sahabatnya Denise (Lisa Kudrow), Sharon (Gina Gershon), dan John (James Marsters); serta adiknya Ciara (Nelly McKay). Saat mereka berkumpul, datang paket kue tart dan tape recorder dari Gerry. Dalam rekaman, Gerry menyuruh Holly untuk berdandan cantik dan merayakan ulang tahunnya bersama teman-teman perempuannya. Dalam rekaman itu, Gerry juga berpesan bahwa surat-surat darinya akan datang secara tak terduga.

Sejak hari itu, yang Holly tunggu hanya surat-surat dari Gerry yang sebenarnya dibuat oleh Gerry sebagai panduan untuk istrinya tercinta kembali ceria, menjadi dirinya sendiri, setelah kehilangannya. FYI, setiap surat yang ditulis oleh Gerry untuk Holly selalu diakhiri dengan goresan kata “P.S. I Love You.”

Dari judulnya, kita pasti tau kalau film ini bergenre drama romantis. Tapi drama romantis yang satu ini beda dari yang pernah ada sebelumnya—sebut saja When Harry Meet Sally, The Holiday, Love Actually, atau When Hary Met Sally sebagai contoh. Romantisme yang diobral di sini tidak melulu ditampilkan dalam kenangan-kenangan indah semasa Gerry hidup mendampingi Holly. Justru romantisme terlihat dalam cara unik yang dilakukan Gerry untuk mengembalikan kehidupan Holly.

Sepeninggal Gerry, muncul dua pria dalam hidup Holly. Yang pertama adalah Daniel (Harry Conick Jr.), pria yang bekerja di bar dan resto milik Patricia, yang jatuh cinta padanya. Dan yang kedua adalah William (Jeffrey Dean Morgan), kawan band Gerry yang berkenalan tanpa sengaja ketika Holly sedang berlibur mengunjungi Irlandia, kampung halaman Gerry.

Berbagai kelucuan juga menghiasi film ini. Jadi, selain menyedot perasaan haru, penonton juga diajak untuk tertawa melihat kekonyolan karakter-karakter di film ini. Denise contohnya, digambarkan sebagai wanita dewasa yang sibuk mencari kekasih. Di setiap pesta, ada pertanyaan-pertanyaan andalan yang disiapkannya untuk orang yang nyantel di matanya—“Are you married?”, “Are you a gay?”, “Do you work?”, dan “What’s your name?”. Langkah selanjutnya adalah mencium pria yang disukainya—punya masalah bau mulut atau tidak. Tokoh Denise ini seksis dan straight to the point. Dia memandang pria sebagai objek seks, yang menurutnya itu adalah adil karena banyak pria juga memandang wanita dengan cara demikian. Denise mewakili kaum wanita yang merasa dirinya pantas untuk mendapatkan laki-laki yang terbaik untuknya. Menurutnya, alasan karena ia belum juga menemukan pria yang tepat adalah karena pria itu terlalu sibuk dengan wanita-wanita yang salah, bukan karena ia mematok kriteria cowok terlalu tinggi. In the end, she did find someone.

All of all, film ini sangat menghibur dan menyegarkan. Merupakan adaptasi dari novel Chik Lit dengan judul yang sama karangan Cecelia Ahern (yang adalah putri Perdana Menteri Irlandia Taoiseach Bertie Ahern), film ini juga mampu membuat para penonton terpesona dengan pemandangan alam Irlandia. Tak rugi untuk menonton P.S. I Love You. Jelas film ini wajib bagi para penikmat film romantis.