Kamis, 18 Desember 2008

Filsuf Jagoan 1 & 2

Oleh : Fred van Lente & Ryan Dunlavey
Penerbit : KPG (Kepustakaan Populer Gramedia) - (2007)


Pada dasarnya, Saya tertarik filsafat. Tapi entah mengapa saya berkali-kali membaca Filsuf Jagoan, tapi tetap tidak nyambung. Seolah otak saya terbatas untuk memahami filsafat. Meskipun Filsuf Jagoan, sebuah bentuk sederhana penyampaian filsafat. Dengan gaya ringan, melalui cerita bergambar karikatur.

Buku ini mengenai para filsuf terkemuka dan konsep yang dikemukakan oleh masing-masing tokoh.

Filsuf Jagoan berbentuk komik (atau sekarang disebut Novel Grafis?), menceritakan biografi filsuf, dari latar belakang kehidupan, bagaimana ia menelaah permasalahan dan memaparkan teorinya.

Kelebihannya, bagi awam filsafat –yang baru mau mengetahui- buku ini mudah dicerna (sederhana), tampil dalam gambar hitam putih, kocak dan kadang memancing tawa. Mudah dibaca, sembari ngemil dan bermalas-malasan. Dan sst.. jangan percaya tampang asli filsuf memang seburuk di komik. Contohnya, coba klik searching foto Soren Kierkegaard di Google. Filsuf terkemuka Denmark (1813-1855) wajah aslinya jauh lebih cakep ketimbang hasil karya Ryan Dunlavey..... :-))

Tapi memang Ryan Dunlavey dan Fred van Lente, masing-masing sebagai tukang gambar dan penulis komik berseri ini, bertujuan menjadikan Filsafat sebagai sesuatu yang menyenangkan. Tidak serius. Maka para filsuf tampil bak jagoan superhero komik layaknya Superman, Batman, dsb.

Hmm... meski berusaha lugas, yah seperti saya ungkapkan di awal tulisan, sebagai pembaca, saya tetap butuh berulang-kali membaca dan mencerna isi cerita. Mungkin sama halnya saya mempelajari rumus fisika, perlu mencerna kalimat per kalimat sebelumnya menggangguk ngerti. (Itupun sambil garuk-garuk kepala....).

Ohya, pada beberapa gambar tampil eksplisit, sehingga perlu sensor pula untuk usia pembaca atau butuh pemahaman luas, karena teori filsuf kadang menyentuh soal agama dan keyakinan.

Pada Filsuf Jagoan Jilid 1 memaparkan 9 tokoh : Plato, Bodhidharma, Nietzsche, Thomas Jefferson, Santo Agustinus, Ayn Rand, Sigmund Freud, Carl Jung, Joseph Campbell.

Jilid 2 menampilkan : Karl Marx, Machiavelli, Kabbalah, Descartes, Sartre, Derrida, Wittgenstein, St. Thomas Aquinas, Kierkegaard.

Saya membeli dua komik masing-masing pada akhir 2007 dan awal 2008. Nah, sudah hampir tutup tahun 2008, tapi rasanya saya belum melihat Filsuf Jagoan Jilid 3 beredar di toko buku. Padahal, pada lembar terakhir di Jilid 2 sudah dicantumkan Jilid 3 bakal ”Segera Terbit” dengan memuat filsuf antara lain : Socrates, Kant, Hegel, Lao Tzu, Rousseau, Hobbes, dan Francis Bacon. Masih perlu sabar menunggu......

Selasa, 09 Desember 2008

The Kite Runner

Pemain : Khalid Abdalla, Atossa Leoni, Shaun Toub
Sutradara : Marc Forster (2007)

Ada persahabatan kanak-kanak. Persahabatan tanpa mengenal strata ekonomi. Namun, semua berakhir setelah satu kejadian usai festival layang-layang. Semua terjadi di satu sudut kota di Kabul, Afghanistan.

Lalu sebuah cerita berlanjut. Invasi Uni Soviet ke Afghanistan pada tahun 1979, membuat Amir dan ayahnya yang anti komunis melarikan diri ke Pakistan. Menuju tanah kebebasan : Amerika Serikat. Di sana, ayahnya bekerja sebagai petugas pompa bensin, Amir belajar hingga lulus college dan merealisasikan cita-cita menjadi Penulis.

Amir tumbuh dewasa di negeri Paman Sam. Menikah dengan Soraya, putri jenderal (pelarian dari Afghanistan pula), hidup bahagia. Ia sudah melupakan masa kecilnya di Kabul. Tepatnya di bagian pertemanan masa kecilnya bersama Hassan, anak pembantu di rumahnya.

Ia sudah pula mempublikasikan novel karyanya. Ketika tiba-tiba pada 2000-an, sebuah telepon mengingatkannya kembali akan cerita persahabatannya dengan Hassan.

Telepon berasal dari , teman sang ayah, membuat Amir mengetahui bahwa Hassan sudah meninggal. Namun, minta menyelamatkan putra Hassan dari panti asuhan di Afghanistan, untuk memberikan hidup lebih baik. Amir juga baru tahu apa relasi antara dia dan Hassan yang selama ini tidak ia ketahui.

Karakter utama, Amir, juga bukan tokoh heroik dan super. Boleh jadi kita sempat ill-feel dengan Amir yang pengecut, tak setia kawan, tidak mau menolong Hassan yang mengalami penganiayaan dari gerombolan anak laki-laki yang usianya lebih tua.

Kita cap Amir si pencari aman, lebih baik menghindar ketimbang mengatasi keadaan. Dan memang sepertinya begitu karakternya, hingga akhirnya ia terbukti punya sikap : menolong Sohrab (putra Hassan), membungkam omongan mertuanya yang merasa tidak pantas Amir mempertaruhkan nyawa demi turunan Hazzara.

Hazzara adalah kaum minoritas di Afghanistan, berasal dari daerah antara perbatasan Afghan, Rusia, dan Cina, dimana secara fisik mereka lebih terlihat seperti Cina Utara.

Film yang diangkat dari buku karya Khaled Hosseini, bukanlah bergaya cepat atau action. Mutlak drama dilatari konflik perang. Jalan cerita lambat, namun touchy dan menggali humanisme. Menyindir manusia dengan berbagai sifatnya. Pada beberapa frame gambar, sosok Taliban ditampilkan, silahkan kita beropini meski berkoar-koar mengatasnamakan agama, mereka juga ’manusia sakit’ : ada yang pedofilia, menghujat manusia lain sebagai pendosa dengan tindakan ekstrim, dan anarkis.

Jenderal, mertua Amir, yang meskipun sesama ’kaum terbuang’, namun masih merasa punya strata lebih tinggi. Misalkan saat Amir mendekati sang putri, bagi sang mertua ia cuma ’penulis’. Bukan ’dokter’, sebuah profesi yang terdengar lebih bergengsi. Termasuk pula masih berpikir bahwa kaum Hazzara lebih hina. Adapula yang mengundang senyum, pada adegan kebencian ayah Amir terhadap komunis (Uni Soviet), membuat ayahnya langsung cabut dari ruang periksa, setelah ia tahu dokter yang memeriksanya imigran dari Rusia.

Film ini cukup rekomend- untuk ditonton. Sayapun jadi penasaran ingin membaca bukunya (sorry, saya pribadi kenapa yah? suka malas membaca buku yang sudah ada filmnya. Maksudnya, jika mendengar buku tsbt bakal difilmkan, ya sudah, saya tunggu saja filmnya).

(Gambar dikutip dari : www.entertainmentwallpaper.com)

Sabtu, 06 Desember 2008

Madagascar 2 (Escape 2 Africa)

Hooray! Akhirnya Madagascar 2 meluncur di bioskop. Namun, setelah menanti sekian tahun jeda setelah Madagascar (yang pertama), rasanya usai menyaksikan sekuel-nya bakal meluncur komentar, “Tidak selucu yang pertama.” :(

Sebagai kilas balik, Madagascar menceritakan empat sekawan penghuni kebun binatang New York : Alex (singa), Marty (zebra), Melman (jerapah), Gloria (kuda nil). Berbeda dengan Alex yang sangat menikmati kehidupannya sebagai bintang/ikon kebun binatang, Marty merasa jenuh dan ingin kembali ke Afrika, menjadi hewan dengan kehidupan binatang yang sebenarnya di habitatnya.

Karena kabur dan menimbulkan kehebohan di stasiun KA bawah tanah, mereka bersama simpanse dan pinguin dimasukkan ke dalam kapal laut. Dikapalkan ke Afrika. Namun, di perjalanan, para pinguin melakukan kudeta terhadap kelasi kapal dan membuat kapal terdampar ke Pulau Madagaskar (Madagascar).

Dimulailah petualangan kuartet New York di Magadaskar. Menyelamatkan sigung dari para hyena jahat. Lalu pada akhir film, mereka meninggalkan pulau dengan kapal laut, bersama para pinguin dan simpanse. Alex pun sudah belajar menyukai citarasa daging ikan (sushi). Ini keluar dari mainstream singa yang carnivora, harus makan daging kaki empat, dan itu berarti Alex tidak bakal memangsa Marty si sahabat.

Pada akhir film, mereka berangkat bersama kapal laut menuju Afrika. Namun, di sekuel kedua ini, mereka pergi menggunakan pesawat terbang rongsok peninggalan Di tengah perjalanan, pesawat kehabisan bensin. Sekali lagi mereka mengalami kecelakaan transportasi. Ternyata mereka mendarat di... Afrika. Tepatnya, di taman nasional Afrika tempat para binatang dibiarkan bebas, berkehidupan dan sesekali turis (manusia) datang untuk motret-motret. Kuartet pun pulang kampung!

Madagascar-2, diawali dengan kilas balik bagaimana Alex kecil bisa sampai di kebun binatang New York. Alex kecil sedang dilatih bersama ayahnya untuk belajar galak, menjadi singa sebenarnya. Alih-alih belajar bertarung, Alex kecil sudah menunjukkan bakatnya menari dan menghibur.

Alex kecil dipancing para pemburu, dimasukkan ke dalam peti kayu, dibawa pergi dalam truk. Ayahnya pun berupaya menyelamatkan Alex. Apesnya, peti kayu jatuh ke sungai dan terbawa ke laut lepas, lalu terdampar di Amerika Serikat. Bagian cerita ini mengingatkan kita pada film The Wild.

Setelah terdampar, Alex bertemu kembali dengan ayahnya. Namun, pulang bukan berarti tak ada masalah. Alex harus bertarung bersama saudara ayahnya untuk bersaing memperebutkan kedudukan raja di komunitas taman nasional itu. (Ingat cerita Lion King : Scar vs Simba).

Kenapa jalan ceritanya terasa tidak orisinil? Melman yang ternyata lama menyimpan cinta terhadap Gloria; upacara persembahan memanggil air. Semua mengingatkan pada film The Wild. (Tapi toh sebagai pembenaran :Jadi inget prinsip bahwa tak harus yang pertama/orisinil, tapi bagaimana mengolah ide sehingga hadir lebih kreatif).

Nenek maniak yang bertemu di stasiun sentral (Madagascar), kembali dihadirkan di Madagascar 2. Porsinya pun ditambah sebagai turis di taman nasional, sekaligus enemy dari Alex. Namun, kok jadi sickening?

Dalam sekuel ini, persinggungan dengan manusia dikisahkan melalui para turis korban pinguin. Empat sekawan pinguin mafioso membajak dan melarikan mobil wisata mereka. Lalu, para turis yang tersesat hidup ala manusia hutan, termasuk membendung sungai sumber air para satwa. Ingin menyentil manusia yang merusak keseimbangan ekosistem? Hmm...sayang hanya jadi sempalan cerita.

Yap. Tapi memang nonton film ini sebagai hiburan semata. Pereda ketegangan otot mulut dan otak. Pelepas rasa penasaran apa yang terjadi dengan Alex, Marty, Gloria dan Melman. Tidak lebih.

(Gambar dikutip dari : )