Jumat, 17 Juli 2009

Harry Potter and the Half-Blood Prince: Death Eater Pelaku Pengeboman

diawali dengan kerusuhan yang dilakukan para pelahap maut (death eater) di kota London: meledakkan bangunan, merubuhkan jembatan, dan ujung-ujungnya sekolah Hogwart dalam bahaya, film Harry Potter membawa penonton ke suasana tegang. tak lupa dibumbui ramuan kelucuan dan cinta anak remaja, lengkaplah sudah sajian hiburan yang ditawarkan film yang semakin mendekati sekuel terakhirnya.

death eater merupakan kelompok pengikut Voldemort. mereka makin merajalela menjelang kebangkitan the dark lord. siapa kawan dan siapa lawan, ingin dijelaskan pada sekuel ini. Snape melakukan sumpah maut untuk melindungi Draco Malfoy, sang pemuja Voldemort.

Prof. Horace Slughorn dipanggil sang kepsek Hogwart, Prof. Dumbledore untuk mengajar kembali ilmu ramuan di Hogwart. Prof. Slughorn dulunya juga pernah mengajar Tom Riddle, sang murid yang kemudian menjadi iblis Voldemort.

Dumbledore menyimpan kenangan masa lalunya dalam pensieve, dan meminta Harry Potter menyusuri jejak Tom Riddle dan Prof. Slughorn. belakangan terungkap rahasia keinginan Tom Riddle untuk hidup abadi, yakni menyimpan potongan jiwanya ke dalam beberapa horcrux. untuk mencegah kebangkitan Voldemort, Prof. Dumbledore membawa Harry ke sebuah pulau demi menemukan sebuah horcrux.

adegan saat Dumbledore dalam sekarat mengangkat tongkat sihir yang mengeluarkan kobaran api mengusir mahluk-mahluk yang bermunculan dari air, mengingatkan saya pada adegan Penyihir Putih Gandalf (Lord of The Rings) saat mengangkat tongkatnya yang bercahaya kemilau untuk menghalau para iblis di angkasa. luar biasa indah!

dengan durasi sekitar 2,5 jam, memang film ini tidak memuat utuh kisah sebagaimana ditulis JK Rowling pada novelnya yang tebalnya 800 halaman. namun kisahnya mengalir, diwarnai kelucuan dan cinta khas anak remaja (tidak sangka pemain tokoh kisah Harry Potter sebesar itu!), apalagi disertai adegan ciuman, ehem... kayaknya film ini tidak tepat buat anak di bawah 12 tahun.

sekuel terakhir tentulah yang paling dinanti-nanti karena akan menjawab pertanyaan mengenai Snape, kematian Dumbledore (ups, spoiler!) dan para horcrux yang harus dilawan Harry Potter. untuk rangkaian menyusun puzzle jalinan kisah HP, JK Rowling memang patut mendapat pujian sebagai pengarang berdaya fantasi tinggi dan konsisten.

dengan keindahan gambar dan alur cerita, film ini pantas menyabet 8,5 dari 10 bintang.

Selasa, 14 Juli 2009

Jualan Ide Segar

”Creativepreneur : Bisnis dari Menjual Ide”

Judul : Jualan Ide Segar - Bagaimana Membangun Bisnis Ide Miliaran Rupiah Tanpa Modal
Penulis : M. Arief Budiman, S.Sn
Penerbit : Galangpress (Cetakan I-2008)
Tebal halaman : xxxi + 206 halaman + CD


Konferensi Tingkat Menteri UNCTAD XI di Sao Paulo, Brasil, 2004 mengakui Ekonomi Kreatif sebagai satu era perekonomian baru yang berbasis pada industri kreatif. Ini merupakan era ekonomi keempat setelah sebelumnya dunia berturut-turut mengalami ekonomi berbasis pertanian, industri manufaktur, teknologi dan kreatifitas intelektual.

Pemerintah RI menyadari potensi ekonomi ini, dimana Presiden SBY mengeluarkan Instruksi Presiden Nomor 5, untuk menugaskan Departemen Perdagangan menyiapkan cetak biru pengembangan industri kreatif. Mulai dari periklanan; arsitektur; pasar seni dan barang antik; layanan komputer dan peranti lunak; televisi dan radio; kerajinan; riset dan pengembangan; permainan interaktif; musik; fashion; penerbitan dan percetakan; seni pertunjukan; desain; serta video, film dan fotografi.

Total sebanyak 14 sektor digolongkan dalam industri kreatif. Dan ekonomi kreatif ini telah kita rasakan kehadirannya di Indonesia. Sebagai contoh adalah kemunculan distro-distro bak cendawan di musim hujan, terutama di Bandung dan Yogyakarta. Bermunculannya film-film layar lebar sejalan kelahiran sejumlah sineas muda, atau konsultan arsitektur dan web designer lokal yang merambah (klien) mancanegara berkat internet.

Di sisi lain, melalui media massa kita sadar angka pencari kerja di Indonesia setiap tahun bertambah. Sejak 1997 sampai 2003, angka pengangguran terbuka di Indonesia terus meningkat, dari 4,18 juta menjadi 11,35 juta. Badan Pusat Statistik berdasarkan survei pada Agustus tahun lalu, menyatakan bahwa angka pengangguran terbuka di indonesia mencapai 9,39 juta jiwa. Atau sebesar 8,39 persen dari total angkatan kerja.

Setiap tahun sekolah menengah atas dan universitas meluluskan siswa dan tentunya menambah jumlah pencari kerja. Sementara lapangan kerja yang tersedia tidak tumbuh secepat jumlah angkatan kerja. Daripada lulus kuliah hanya mencari pekerjaan dengan mengirimkan surat lamaran kerja ke berbagai instansi, setiap individu bisa menciptakan pekerjaan mandiri alias menjadi entrepreneur (wirausaha).

Apalagi dalam usia belasan hingga 20-tahun ke atas, jiwa kreatif anak muda sedang ”mekar-mekarnya”. Masalah dana atau modal uang tak selalu menjadi faktor utama untuk memulai usaha. Melainkan ide, semangat dan jeli melihat pasar usaha.

Namun di balik semangat entrepreneurship serta ide-ide kreatif, ada rangkaian proses yang harus kita ketahui. Alasan terjun ke bisnis ini, teknik presentasi ke klien, manajemen diri dan manajemen SDM.

Hal ini bisa dibuktikan oleh Arief Budiman bersama teman-teman seangkatan ’94 Desain Komunikasi Visual (Diskomvis) FSR ISI, dalam membangun perusahaan kreatif Petakumpet.

Hanya bermula dari iseng mencari tambahan uang jajan sembari mengerjakan tugas rutin kampus. Bisa ditebak, proyek yang dikerjakan saat itu tak jauh-jauh dari bidang ilmu seperti membuat stiker, sablon, poster, spanduk dan komik.

Setelah berjalan lebih kurang 8 tahun, tepatnya pada 2003, Arief, Itok, Eri, Yudi dan Bagoes meresmikan bentuk badan usaha Perseroan Terbatas (PT) bernama Petakumpet AIM (Advertising, Illustration, Multimedia) sebagai langkah mewujudkan kerja yang lebih profesional. Saat itu, mereka mendirikan PT tanpa modal uang, tapi bermodalkan dua unit komputer 386 DX, satu scanner, satu printer dan satu kompresor. Lokasi usaha yang sebelumnya di sebuah studio migrasi, juga migrasi ke sebuah rumah yang pintu masuknya berupa gang sempit di Sorowajan, Yogyakarta.

Gaya studio dan komunitas yang serba boleh, juga mengalami perubahan menjadi sebuah perusahaan yang terstruktur diimbangi job management yang lebih berpola. Sebagai perusahaan, orang-orang di Petakumpet belajar membenahi internal management-nya dengan sistem planning dan akunting yang baku.

Semua perubahan ini disadari oleh Arief dkk, sebagai bagian dari proses mewujudkan profesionalisme. Bukan tanpa resiko. Dari rekan-rekan ’seperjuangan’ mundur, termasuk mengubah kebiasaan bangun siang khas anak kuliahan yang terkesan remeh.

Di sini, Arief belajar ada proses untuk mencapai hasil yang ingin diraih. Lima tahun kemudian, Petakumpet memiliki 30 staf dan lebih dari 350 klien. Pada 2000, pendapatan (revenue) sebesar Rp 133 juta, dan terus meningkat hingga mencapai lebih dari Rp 8 miliar pada 2008. Selain itu, berbagai penghargaan periklanan seperti Pinasthika Award, Cakram Award 2007, dan finalis Dji Sam Soe Award 2006 menjadi pengakuan kualitas.

Dalam buku ini, Arief membagi cerita yang menjadi catatan bernas bagi kaum muda yang ingin mencoba terjun ke dunia kreatif. Misalkan sebagai perusahaan periklanan non Jakarta (yang identik sebagai pusat kota periklanan tanah air), Arief justru jeli memanfaatkan kekayaan lokal sebagai ceruk ide. Ia menyarankan agar kita lepas dari stigma lokal, nasional, atau multinasional. Lebih baik percaya pada diri sendiri, dimulai dengan menangkap ide di sekitar serta mencoba memandang secara out of the box. Tak heran, kita dapat menemukan simbol tradisional dalam berbagai karya Petakumpet. Becak, Pasar Beringharjo, Gunung Merapi atau bahasa lokal.”.....berani bebaskan idemu. Tabrak pagar untuk menghasilkan ide yang kreatif atau nyeleneh.” (Halaman 112 – paragraf 1).

Buku Jualan Ide Segar, seolah menjadi curahan hati seorang Arief Budiman sebagai individu, entrepreneur sekaligus sarjana seni. Kita seolah tengah membaca catatan harian seseorang. Ada topik pengembangan diri, yaitu keberanian bermimpi, dan bagaimana memulai usaha. Memang terkesan tak fokus, tapi buku ini bisa menjadi percikan cerita segar –seperti segarnya jeruk oranye yang terpampang di sampul buku- untuk mengetahui langkah memulai usaha di bidang media/kreatif.

Senin, 13 Juli 2009

Sang Penyihir dari Portobello (The Witch of Portobello)

“Jalan Spiritual Wanita Portobello”

Pengarang : Paulo Coelho
Penerjemah : Olivia Gerungan
Penerbit : Gramedia Pustaka Utama, Maret 2009
Tebal : 308 halaman



Paulo Coelho saat ini termasuk salah satu novelis terkemuka di dunia. Berbagai karya termasuk ke dalam best seller, dan sudah diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia seperti Sang Alkemis, Di Tepi Sungai Piedra Aku Duduk dan Tersedu, Veronika Memutuskan Mati, The Zahir, dan 11 Menit.

Sebagian besar karyanya di atas, menggambarkan pencarian jati diri sang tokoh cerita, pengorbanan dan cinta. Selain itu, kekuatan untaian kata Coelho dalam bercerita seringkali membawa pembaca terhenti sejenak untuk merenungi dan meresapi kalimat di dalam cerita.

Bisa jadi karya-karya diatas terinspirasi dari perjalanan hidup Coelho sendiri. Berasal dari kelas menengah Brazil, Coelho mendapat tentangan dari kedua orangtua ketika ingin menekuni dunia artistik atau menjadi penulis.

Coelho muda pun memberontak. Bergabung dalam gerakan gerilya dan hippy, lalu terinspirasi jejak langkah Carlos Castaneda- berkelana ke penjuru Amerika Latin mencari pengalaman spiritual.

Ia sempat mengikuti gerakan pro kebebasan yang membuatnya berurusan pada represi kaum militer, hingga akhirnya di usia 26 tahun Coelho memutuskan bekerja tenang sebagai eksekutif di industri musik. Niat menulis tidak pernah serius dijalani hingga ia didatangi seorang pria dalam mimpinya. Pria tersebut menyarankan supaya Coelho kembali ke iman Katolik dan mempelajari sisi baik sihir.

Coelho benar-benar menemukan pria yang ditemui dalam mimpi dua bulan kemudian, di sebuah kafe di Amsterdam. Coelho lalu melanglang menyusuri Jalan ke Santiago, rute musafir abad pertengahan, yang mengilhaminya menulis The Pilgrimage setahun kemudian (tepatnya 1987) sebagai gambaran pengalaman dan penemuan bahwa hal-hal luar biasa bisa terjadi pada orang biasa.

Di buku Sang Penyihir dari Portobello, tokoh utama wanita bernama Athena, sepertinya orang kebanyakan. Namun memiliki daya spiritual yang tidak dimiliki orang kebanyakan.

Athena lahir dari rahim seorang Gipsi di Rumania, dan saat berumur kurang dari 3 bulan diadopsi oleh orang kaya asal Beirut, dibawa pulang ke negeri di Timur Tengah tersebut dan diberi nama Sherine Khalil.

Atas saran paman yang sepertinya tahu bahwa nama berbau Arab akan membawa masalah di kelak kemudian hari, mereka memanggil gadis ciliknya dengan sebuah nama yang cenderung netral. Athena merujuk pada dewi kebijaksanaan, kecerdasan, dan peperangan bagi orang Yunani.

Dari kecil Athena ’berbeda’ dari gadis lainnya. Ia punya kecendrungan religius yang kuat, mengatakan dirinya dikelilingi sekumpulan teman tak terlihat, dan meramalkan perpecahan panjang di Beirut. Ramalan itu menjadi kenyataan, lalu dia bersama keluarga pun migrasi ke Inggris, menikah di usia muda, bercerai dan menjadi single mother dari satu putra.

Athena terus mencari ’ruang kosong di dalam diri’. Hanya satu yang membuat dirinya tenang. Ia menemukan kebahagiaan dalam tarian hingga membawanya trans.

”......Menarilah dengan hanya diiringi suara perkusi; ulangi prosesnya setiap hari; ketahuilah bahwa, pada momen tertentu, matamu akan terpejam secara amat alami, dan kau akan mulai melihat cahaya yang datang dari dalam, cahaya yang menjawab pertanyaan-pertanyaanmu dan membangun kekuatanmu yang tersembunyi,” demikian kata Pavel Podbielski, pemilik apartemen. Ppria imigran Polandia ini membuat Athena paham untuk pertama kalinya bahwa menari bisa membawanya pada kepuasan spiritual.

Namun pencarian ’ruang kosong dalam diri’ belum berhenti ketika Athena memahami jalan cahaya (Vertex) yang berasal dari tradisi Siberia. Ia memboyong Viorel, sang anak, pergi ke Dubai dan sukses menjadi agen properti. Akan tetapi, keberhasilan secara materi tak pula membawa kebahagiaan. Di kota ini Athena sempat belajar kaligrafi, hingga akhirnya ia memutuskan menelusuri jejak ibu kandung ke Rumania, yang justru mempertemukan dirinya dengan Edda yang akhirnya menjadi guru spiritualnya.

Athena selanjutnya menularkan ajaran spiritualnya ke penduduk London, dalam bentuk kebijaksanaan universal Hagia Sofia, dan pada akhirnya menimbulkan reaksi pro dan kontra. Ada pengikutnya, dengan tujuan bermacam-macam. Menemukan kebahagiaan, atau sekadar ingin tahu dan minta diramal. Sebaliknya kelompok penghujat menjulukinya sebagai Sang Penyihir dari Portobello.

Hingga suatu hari ditemukan mayat wanita yang identitasnya dikenali sebagai Athena.

Kisah tentang Athena bergulir paska kematiannya, dari penuturan orang ketiga. Heron Ryan, jurnalis yang jatuh cinta pada Athena sejak pertemuan di Rumania. Guru spiritual Athena, Deidre O’Neill atau lebih dikenal dengan nama ”Edda”. Ibu angkat Samira R. Khalil, Andrea McCain (aktris), Sejarawan Antoine Locadour, pemilik apartemen tempat Athena pernah menyewa kamar, dan mantan suami Athena. Masih adapula tokoh-tokoh lain yang sempat bersinggungan dengan wanita yang meninggal sebelum berusia 30 tahun itu.

Darah Gipsi mengalir dalam tubuh Athena yang membuatnya menikmati bunyi-bunyian dan tarian. Ditinjau dari ilmu antropologi kita juga memahami tradisi lama menghormati Dewa, Yang Maha Agung, atau Maha Besar dalam bentuk tarian pemujaan. Misalkan Whirling Dervishes dalam aliran Sufisme. Atau dalam buku ini menyebutkan tentang tari jalan cahaya atau Vertex dari kaum Siberia yang diajarkan oleh Podbielski.

Athena menemukan kedamaian dalam Tuhan yang feminin. Tuhan dalam bentuk ”Dewi” atau ”Ibu” dalam pencarian ibu kandungnya. ”Dewi” yang memberikan sisi wanita yang melindungi kita di saat bahaya, menemani saat kita menjalankan kegiatan sehari-hari dengan penuh cinta dan sukacita. Sekali lagi kita diingatkan akan cinta, sebuah kisah perjalanan menemukan kedamaian spiritual dan pengorbanan atas nama cinta.

Kamis, 09 Juli 2009

The Bucket List: Sekeranjang Cita-cita Sebelum Ajal

bagaimana bila masa hidupmu sudah ditentukan kurang dari setahun?

dua orang pasien kanker dirawat dalam satu ruangan. Carter Chamber (Morgan Freeman), teknisi dari keluarga sederhana mengidap kanker paruparu. Edward Cole (Jack Nicholson), pengusaha kaya raya juga mengidap kanker stadium lanjut. keduanya berbagi masa lalu dan kelucuan.

Carter mudah mengingat sejarah. cita-citanya menjadi seorang profesor sejarah kandas di masa mudanya karena "tidak punya duit, berkulit hitam, dan pacarnya hamil". Edward seorang pengusaha sejak masih muda, kini ia seorang konglomerat dan sebatang kara. sudah empat kali ia kawin cerai. katanya: semangatnya sebagai lajang sulit diperdamaikan dalam ikatan perkawinan. Carter punya kegemaran minum kopi Luwak (ini menarik, karena produk Indonesia). keduanya divonis dokter tidak lebih setahun masa hidup mereka yang tersisa.

Carter membuat coret-coretan di secarik kertas "The Bucket List" atawa sekeranjang daftar cita-cita. serupa dengan "things to do before die". dalam satu kesempatan, Edward membaca catatan tersebut dan tertarik untuk mewujudkannya.

berdua mereka kabur dari rumah sakit, kegilaan petualangan mereka mulai: skydiving, balapan mobil, perjalanan safari di Afrika, menyaksikan piramid Mesir serta keindahan dunia.

dalam perjalanan itu terungkap pandangan dan keyakinan Edward yang skeptis. segalanya diukur dengan materi (uang) dan nyaris melupakan afeksi personal serta iman. tatkala berada di piramid, Carter bercerita: menurut keyakinan orang Mesir kuno, pada saat mereka mati, di akhirat mereka hanya akan diberi dua pertanyaan: 1. apakah engkau bahagia dalam kehidupan ini? 2. apakah engkau telah membagikan kebahagiaan itu kepada orang lain?

Edward mengalami krisis dalam hubungan dengan puterinya gara-gara terlalu mencampuri urusan rumah tangga puterinya. ia membayar orang menghajar menantunya karena suka melakukan KDRT. itu dilakukan karena dia sebagai ayah sayang pada puterinya, namun justru membuat puterinya malah menjauhinya.

kelucuan masih berlanjut ketika Carter menceritakan rahasia kenikmatan Kopi Luwak dalam surat yang dibacakan oleh Edward: "kopi luwak adalah koping paling mahal di dunia, bahkan termasuk ajaib bagi sebagian orang... di pedalaman Sumatra tempat kopi ini tumbuh, hidup sejenis musang liar pemakan kopi. dalam perut musang, kopi ini dicerna dan dibuang sebagai kotoran. penduduk desa mengumpulkan dan mengolahnya. jadi, perpaduan biji kopi dan enzim pencernaan perut musang, menjadikan Kopi Luwak ..."
Edward merasa keberatan dan protes: "tapi, rasa dan aromanya begitu unik... kau ngibul!"
Carter menjawab: "si musang yang maksa bilang begitu..."
mereka berdua tertawa gila-gilaan. satu lagi item dalam Bucket List: tertawa gila-gilaan, sudah terpenuhi.

satu per satu daftar mereka dicoret, terpenuhi.

kehidupan perlahan-lahan menunjukkan kepenuhannya pada hidup Edward. tiga bulan pertemanannya dengan Carter membuatnya mengerti makna hidup: membagikan sukacita kepada orang lain.

dia tidak perlu lagi cemas bila mati harus dikuburkan dalam peti emas, atau dikremasi, atau lalu diapakan...

Carter memberi kesaksian mengenai Edward seperti ini:
He was 81 years old. Even now, I can't claim to understand the measure of a life, but I can tell you this: I know that when he died, his eyes were closed and his heart was open, and I'm pretty sure he was happy with his final resting place because he was buried on the mountain, and that was against the law...

film ini amat menghibur dan mengesan, karena itu patut mendapat 8 dari 10 bintang.