Pemain: Lily James, Helena Bonham, Cate Blanchett
Sutradara: Kenneth Branagh
Durasi: 112 menit
(2015)
Saya merasa tua ketika satu-persatu dongeng masa kecil
diangkat ke layar lebar di era millenium ini. Sebut saja mulai dari Alice in Wonderland (2010), Red Riding Hood
(2011), Snowhite and the Huntmant (2012), Oz the Great and Powerful (2013), Maleficient
(2014) hingga yang dirilis Maret tahun ini, Cinderella.
Memang beberapa mengalami modifikasi dari versi dongeng
klasik. Misalnya Snowwhite and the
Huntmant mengangkat Putri Salju menjadi gagah berani. Psst, dibandingkan
filmnya malahan lebih nge-top story behind
the scene cinta lokasi Kirsten Stewart dengan sutradara film yang bikin
kandas hubungan dengan pasangan masing-masing.
Oz the Great and
Powerful justru prekuel dari Wizard
of Oz yang dirilis 1939. Atau Maleficient
yang justru mengangkat alasan si Peri Jahat sampai tega berperilaku bengis
terhadap Putri Tidur.
Alasan merasa tua lainnya ketika menyaksikan satu-persatu
artis idola masa kecil yang membuat saya terpana mengagumi kecantikan mereka di
lembaran kertas majalah lifestyle
yang saya curi baca pula dari kakak saya, ikut bermain di film tersebut.
Rachel Weist maupun Angelina Jolie bersalin rupa dari American Sweetheart menjadi nenek lampir
dan peri kejam, demikian pula Cate Blanchett menjadi ibu tiri jahat di Cinderella. Tapi Cate Blanchett justru
menjadi ‘roh’ film Cinderella. Ia menghidupkan sisi psikologis dari sebuah film dilatari
cerita dongeng. Kalau kita mau mencari cerita dongeng yang manis, maka pilih film
animasi saja, bukan?
Dari kita kecil sudah disodori kisah Cinderella yang
diperlakukan tak simpatik oleh ibu tiri. Tak pelak memang cerita Cinderella
punya andil menimbulkan stereotipe kalau “ibu tiri” berkonotasi jahat terhadap
anak tiri di dalam dunia nyata. Namun Cate Blachett (dan skenario film)
menjawab pertanyaan penonton bahwa ada masalah kejiwaan terhadap alasan ini.
Di luar ini, film berdurasi 112 menit mengikuti pakem cerita
dongeng Cinderella. Dikisahkan Ella (Lily James) yang terpaksa tinggal dengan
ibu tiri dan kedua anaknya setelah sang ibu meninggal. Penderitaan Ella
bertambah saat sang ayah juga meninggal. Kehidupan yang awalnya bahagia,
berubah saat ibu tiri dan kedua saudara tirinya memperlakukan Ella seperti
asisten rumah tangga.
Film ini layak tonton semua umur karena tanpa adegan
kekerasan dan seksual. Siapkan saja semangkuk popcorn untuk menghibur diri menyaksikan indahnya dunia dongeng.
(*)