Pemain: Hugh Jackman,
Jennifer Lawrence, Nicholas Hoult, Ellen Page, Shawn Ashmore, Patrick Stewart,
Peter Dinklage, Omar Sy
Sutradara: Bryan
Singer
Skenario: Simon
Kinberg
Waktu: 131 menit
(2014)
Seperti judulnya, X-Men: Days of Future Past menggabungkan
masa lampau dan masa depan nasib dari para mutan. Film ini mengisahkan tentang para
mutan di masa depan yang diburu dan dibunuh oleh robot Amerika bernama
Sentinels.
Sentinels merupakan proyek pengembangan dari Departemen
Pertahanan AS yang ide awalnya dikembangkan oleh Boliver Trask, industrialis
sekaligus jenius, yang memiliki ide para manusia berspesies Homo sapiens akan
mati oleh mutan. Oleh sebab itu, Tsark menciptakan robot yang super tangguh
mampu menyerap energi para mutan, dan tentu saja kebal terhadap serangan para
mutan.
Akibatnya Sentinels bak anjing pemburu menghabisi
mutan-mutan dimanapun mereka berada. Termasuk menghabisi manusia yang
berpotensi memberikan gen mutasi. Dengan sisa-sisa terakhir, para mutan, baik
di kubu Xavier (Patrick Stewart) maupun Magneto (Ian McKellen) bersatu untuk
mencegah Sentinels sebelum kepunahan mereka terjadi.
Wolverine (Hugh Jackman) dikirim kembali ke masa lalu,
tepatnya tahun 1973, dimana proyek Sentinels dicetuskan oleh pemerintah Amerika
Serikat. Proyek ini disetujui Departemen Pertahanan AS pasca pembunuhan Trask
oleh Mystique (Jennifer Lawrence) di sebuah hotel di Paris. Malangnya Mystique saat
itu berhasil ditangkap oleh tentara AS, dan pemerintah menganggap mutan adalah spesies
yang membahayakan kehidupan para manusia normal. Mystique pun menjadi kelinci
percobaan untuk mengembangkan robot pembasmi mutan Sentinels.
Oleh karena itu, misi utama Wolverine adalah meyakinkan
Profesor X alias Charles Xavier muda (James McAvoy) untuk mencari Mystique dan
menggagalkan rencana mutan biru membunuh Trask.
Mudahkah misi itu? Tidak! Cerita tidak sekadar mencari Mystique
dan menggagalkan rencana pembunuhan.
Saat Wolverine kembali di tahun 1973, ia menemukan Profesor
X di kastil milik Profesor X dalam keadaan tukang mabuk, kucel, apatis,
sementara kastil sekaligus sekolah bagi anak berbakat kosong ditinggalkan oleh para murid karena menjadi
relawan Perang Vietnam.
Bagi pecinta X-Men dan khususnya penonton X-Men: Frist Class tentu ingat kalau di
film tersebut Charles Xavier atau Profesor X sempat bersekutu bahu-membahu
dengan Erik Lehnsherr atau Magneto (diperankan oleh Michael Fassbender).
Hanya saja, mereka kemudian berpisah karena Magneto lebih memilih
perlawanan garis keras, dan Xavier cedera tulang belakang tertembak peluru,
mengakibatkan Xavier harus berjalan di atas kursi roda.
Sedangkan Mystique atau
Raven Darkholme pada X-Men: First Class
diceritakan sebagai teman masa kecil Xavier, bahkan sudah dianggap Xavier
sebagai adik kandung, namun Raven pada saat dewasa memilih bergabung dengan
garis keras bersama Magneto.
Tetapi di X-Men: Days
of Future Past, Xavier bisa berjalan normal kembali berkat serum yang
disuntikkan secara teratur oleh Hank McCoy alias Beast (diperankan oleh
Nicholas Hoult). Namun kemampuan berjalan kaki ini harus dibayar dengan
hilangnya kekuatan telepath Xavier.
Film ini punya kekuatan skenario yang mampu menjadi
penghubung antara trilogi X-Men dengan prekuel X-Men: First Class. Selain
itu bagaimana para penulis cerita menggabungkan sejarah sebenarnya menjadi
suatu kisah yang masuk akal. Jika trilogi X-Men membuat kita terpesona dengan
kemampuan para mutan yang unik, X-Men:
First Class adalah ketika radiasi nuklir pasca Perang Dunia II memicu gen
manusia bermutasi dan mutan diantara Cold War.
X-Men: Days of Future
Past memasukkan penembakan Presiden AS, John F. Kennedy hingga tewas dilakukan
oleh Magneto (aha!), Perang Vietnam dan bagaimana berbagai peperangan di dunia
memunculkan keuntungan bagi para pedagang senjata seperti Trask.
Kesimpulan pendapatku X-Men:
Days of Future Past menjadi film amat layak nonton, tapi big alert walaupun film ini termasuk
film remaja (PG-13) yang relatif sepi dari adegan kekerasan penuh darah maupun sexual act, tetap saja big no! And no! kalau Anda mau membawa
putra putri Anda ikut menonton di layar lebar. Selain mengganggu bagi penonton
sekitar (swear, saya mendengar anak
kecil menangis saat menonton film ini di bioskop) mungkin Anda harus menjadi “penerjemah”
dari cerita yang sedang berlangsung cukup complicated
dicerna anak 7 tahunan.
Secara keseluruhan saya dengan senang hati memberi film ini
penilaian di angka 8,5 dari total 10, dan jadi tidak sabar menanti kelanjutan
film ini yaitu X-Men: Apocalypse bakal dirilis pada tahun 2016.