”Creativepreneur : Bisnis dari Menjual Ide”
Judul : Jualan Ide Segar - Bagaimana Membangun Bisnis Ide Miliaran Rupiah Tanpa Modal
Penulis : M. Arief Budiman, S.Sn
Penerbit : Galangpress (Cetakan I-2008)
Tebal halaman : xxxi + 206 halaman + CD
Konferensi Tingkat Menteri UNCTAD XI di Sao Paulo, Brasil, 2004 mengakui Ekonomi Kreatif sebagai satu era perekonomian baru yang berbasis pada industri kreatif. Ini merupakan era ekonomi keempat setelah sebelumnya dunia berturut-turut mengalami ekonomi berbasis pertanian, industri manufaktur, teknologi dan kreatifitas intelektual.
Pemerintah RI menyadari potensi ekonomi ini, dimana Presiden SBY mengeluarkan Instruksi Presiden Nomor 5, untuk menugaskan Departemen Perdagangan menyiapkan cetak biru pengembangan industri kreatif. Mulai dari periklanan; arsitektur; pasar seni dan barang antik; layanan komputer dan peranti lunak; televisi dan radio; kerajinan; riset dan pengembangan; permainan interaktif; musik; fashion; penerbitan dan percetakan; seni pertunjukan; desain; serta video, film dan fotografi.
Total sebanyak 14 sektor digolongkan dalam industri kreatif. Dan ekonomi kreatif ini telah kita rasakan kehadirannya di Indonesia. Sebagai contoh adalah kemunculan distro-distro bak cendawan di musim hujan, terutama di Bandung dan Yogyakarta. Bermunculannya film-film layar lebar sejalan kelahiran sejumlah sineas muda, atau konsultan arsitektur dan web designer lokal yang merambah (klien) mancanegara berkat internet.
Di sisi lain, melalui media massa kita sadar angka pencari kerja di Indonesia setiap tahun bertambah. Sejak 1997 sampai 2003, angka pengangguran terbuka di Indonesia terus meningkat, dari 4,18 juta menjadi 11,35 juta. Badan Pusat Statistik berdasarkan survei pada Agustus tahun lalu, menyatakan bahwa angka pengangguran terbuka di indonesia mencapai 9,39 juta jiwa. Atau sebesar 8,39 persen dari total angkatan kerja.
Setiap tahun sekolah menengah atas dan universitas meluluskan siswa dan tentunya menambah jumlah pencari kerja. Sementara lapangan kerja yang tersedia tidak tumbuh secepat jumlah angkatan kerja. Daripada lulus kuliah hanya mencari pekerjaan dengan mengirimkan surat lamaran kerja ke berbagai instansi, setiap individu bisa menciptakan pekerjaan mandiri alias menjadi entrepreneur (wirausaha).
Apalagi dalam usia belasan hingga 20-tahun ke atas, jiwa kreatif anak muda sedang ”mekar-mekarnya”. Masalah dana atau modal uang tak selalu menjadi faktor utama untuk memulai usaha. Melainkan ide, semangat dan jeli melihat pasar usaha.
Namun di balik semangat entrepreneurship serta ide-ide kreatif, ada rangkaian proses yang harus kita ketahui. Alasan terjun ke bisnis ini, teknik presentasi ke klien, manajemen diri dan manajemen SDM.
Hal ini bisa dibuktikan oleh Arief Budiman bersama teman-teman seangkatan ’94 Desain Komunikasi Visual (Diskomvis) FSR ISI, dalam membangun perusahaan kreatif Petakumpet.
Hanya bermula dari iseng mencari tambahan uang jajan sembari mengerjakan tugas rutin kampus. Bisa ditebak, proyek yang dikerjakan saat itu tak jauh-jauh dari bidang ilmu seperti membuat stiker, sablon, poster, spanduk dan komik.
Setelah berjalan lebih kurang 8 tahun, tepatnya pada 2003, Arief, Itok, Eri, Yudi dan Bagoes meresmikan bentuk badan usaha Perseroan Terbatas (PT) bernama Petakumpet AIM (Advertising, Illustration, Multimedia) sebagai langkah mewujudkan kerja yang lebih profesional. Saat itu, mereka mendirikan PT tanpa modal uang, tapi bermodalkan dua unit komputer 386 DX, satu scanner, satu printer dan satu kompresor. Lokasi usaha yang sebelumnya di sebuah studio migrasi, juga migrasi ke sebuah rumah yang pintu masuknya berupa gang sempit di Sorowajan, Yogyakarta.
Gaya studio dan komunitas yang serba boleh, juga mengalami perubahan menjadi sebuah perusahaan yang terstruktur diimbangi job management yang lebih berpola. Sebagai perusahaan, orang-orang di Petakumpet belajar membenahi internal management-nya dengan sistem planning dan akunting yang baku.
Semua perubahan ini disadari oleh Arief dkk, sebagai bagian dari proses mewujudkan profesionalisme. Bukan tanpa resiko. Dari rekan-rekan ’seperjuangan’ mundur, termasuk mengubah kebiasaan bangun siang khas anak kuliahan yang terkesan remeh.
Di sini, Arief belajar ada proses untuk mencapai hasil yang ingin diraih. Lima tahun kemudian, Petakumpet memiliki 30 staf dan lebih dari 350 klien. Pada 2000, pendapatan (revenue) sebesar Rp 133 juta, dan terus meningkat hingga mencapai lebih dari Rp 8 miliar pada 2008. Selain itu, berbagai penghargaan periklanan seperti Pinasthika Award, Cakram Award 2007, dan finalis Dji Sam Soe Award 2006 menjadi pengakuan kualitas.
Dalam buku ini, Arief membagi cerita yang menjadi catatan bernas bagi kaum muda yang ingin mencoba terjun ke dunia kreatif. Misalkan sebagai perusahaan periklanan non Jakarta (yang identik sebagai pusat kota periklanan tanah air), Arief justru jeli memanfaatkan kekayaan lokal sebagai ceruk ide. Ia menyarankan agar kita lepas dari stigma lokal, nasional, atau multinasional. Lebih baik percaya pada diri sendiri, dimulai dengan menangkap ide di sekitar serta mencoba memandang secara out of the box. Tak heran, kita dapat menemukan simbol tradisional dalam berbagai karya Petakumpet. Becak, Pasar Beringharjo, Gunung Merapi atau bahasa lokal.”.....berani bebaskan idemu. Tabrak pagar untuk menghasilkan ide yang kreatif atau nyeleneh.” (Halaman 112 – paragraf 1).
Buku Jualan Ide Segar, seolah menjadi curahan hati seorang Arief Budiman sebagai individu, entrepreneur sekaligus sarjana seni. Kita seolah tengah membaca catatan harian seseorang. Ada topik pengembangan diri, yaitu keberanian bermimpi, dan bagaimana memulai usaha. Memang terkesan tak fokus, tapi buku ini bisa menjadi percikan cerita segar –seperti segarnya jeruk oranye yang terpampang di sampul buku- untuk mengetahui langkah memulai usaha di bidang media/kreatif.
Selasa, 14 Juli 2009
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
3 komentar:
sosrowajan apa sosrowijayan? :)
aih iya..... :-))
maaf penulisnya kepeleset jari waktu ngetik :p
mungkin waktu itu lagi laper, jadinya inget .....Sosro plus Wajan=panci=Makanan..
thx atas koreksinya Toni.
tanks ulasannya nginspirasi banget!
o..iya sampe' lupa perkenalkan namaku abdul aziz masyuri dari ponorogo jawa timur
Posting Komentar