Jumat, 02 Januari 2009

Celana Pacar Kecilku di Bawah Kibaran Sarung

Oleh : Joko Pinurbo
Penerbit : PT Gramedia Pustaka Utama (2007)


Bagi penggemar puisi, buku Antologi atau Kumpulan Puisi menjadi bentuk mudah untuk melahap karya seorang penyair dalam satu kemasan. Termasuk jika ingin mencoba membaca, mengenal termasuk meresapi gaya seorang penyair terkenal dalam satu buku yang sudah merangkum karya–karya terbaik/terpilih dari seorang penyair.

Salah satu buku kategori ini adalah Celana Pacar Kecilku di Bawah Kibaran Sarung. Buku ini merupakan rangkuman 3 kumpulan puisi Joko Pinurbo : Celana (1986-1998), Di Bawah Kibaran Sarung (1999-2000), dan Pacarkecilku (2001-2002).

Jika sebelumnya diterbitkan oleh Yayasan Indonesiatera, Magelang, maka dalam format 1 buku ini hadir melalui Gramedia Pustaka Utama. JokPin –begitu pria asal Pelabuhan Ratu itu kerap disebut- mengatakan terdapat perbedaan materi dalam sajak yang tertuang dalam bagian Celana dan Sarung.

Buku setebal 219 halaman ini, terbagi atas 3 bagian besar, sesuai tahun penerbitan buku kumpulan puisi. Secara gradual pula, pembaca bisa merasakan proses pertumbuhan sang penyair kelahiran Sukabumi 11 Mei 1962 ini dalam mengolah puisinya yang cendrung berbentuk prosa lirik.

Ia yang gandrung memakai kata ’kuburan’, ’celana’, ’andong’, namun mengolah kata-kata itu lebih dari sekadar benda harfiah. Kata tersebut tampil berulang kali menunjukkan keahliannya dalam mengeksplorasi kata dan bentuk. Selain itu, puisinya kadang tampil jenaka, penuh humor, lalu menukik –membuat pembaca terhenyak- pada bagian akhir.

Dalam karyanya, Jokpin bisa menangkap hal-hal kecil seperti dalam ”Tukang Cukur”, ”Di Salon Kecantikan” atau ”Tetangga”. Dalam aktivitas potong rambut (Tukang Cukur), JokPin menohok kesadaran betapa berkuasanya sang tukang cukur. Siapapun, meski ia raja atau diktator sekalipun takluk kepada sang tukang cukur rambutnya kan?!

Simak pula kalimatnya yang silahkan Anda tersenyum simpul ataupun kecut. Seperti ”Topeng Bayi untuk Zela” (halaman 114) atau ....”biasanya tetangga lebih cermat mengamati keadaan rumah kita. Siapa tahu ia juga bisa menyumbangkan gagasan cemerlang tentang cara batuk yang sopan supaya tidak mengganggu tetangga yang sedang tidur atau makan.” (Halaman 125).

Atau perhatiannya pada masalah sosial dalam ”Senandung Becak” dan ”Malam Pembredelan” yang membuat kita menerka inikah sentilan Jokpin untuk represi terhadap media.

Pembaca juga diajak terhanyut dalam lamunan romantisme. Misalkan ”Bulu Matamu : Padang Ilalang” :

Bulu matamu : padang ilalang
Di tengahnya : sebuah sendang.

Kata sebuah dongeng, dulu ada seorang musafir
Datang bertapa untuk membuktikan apakah benar
Wajah bulan bisa disentuh lewat dasar sendang.

Ia tak percaya, maka ia menyelam,
Tubuhnya tenggelam dan hilang di arus mahadalam.
Arwahnya menjelma menjadi pusaran air berwarna hitam.

Bulu matamu : padang ilalang.



Jokpin sendiri adalah salah satu nama beken dalam dunia puisi. penerima berbagai penghargaan : Sastra Khatulistiwa untuk antologi puisi Kekasihku yang diterbitkan pada 2004 (2005) dan Tokoh Sastra Pilihan Tempo 2001. Bersama buku ini, silahkan tenggelam menikmati puisi Jokpin.