Selasa, 24 November 2009

X Diary

Penulis: Toma
Penerbit: Netcomics

Why did they break up? What was their reason for wanting to stay friends? Could it really be an impaired friendship? Are they alright now? What if one of them meets someone new? Could they easily drop their habits from when they were lovers? Maybe, in fact, they went back into 'lover mode' furtively and steathily? (Toma, X Diary)

What's so special about this book? Alur ceritanya nggak biasa. Gambarnya sederhana, simpel tapi bagus. Ceritanya disajikan dalam bentuk komik strip full color. Setiap strip menggambarkan adegan singkat, tapi runut dengan ceritanya.

Dua tokoh utama dalam X Diary adalah Mingo dan Jerry. Mingo adalah perempuan temperamental berusia 26 tahun yang berprofesi sebagai kartunis. Jerry adalah mantan pacar Mingo, bassist di sebuah rock band. Beda dengan Mingo, Jerry kalem dan easygoing. Meski sudah putus, mereka tetap bersahabat. Sebenarnya, mereka masih punya feeling satu sama lain, tapi gengsi untuk mengakuinya.

Kisah pertemanan dua orang ini menampilkan beberapa karakter lain. Ada Sam, adik perempuan Mingo. Sam adalah musisi yang setia di jalur punk. Dulu dia satu band dengan Jerry, sebelum akhirnya Jerry pindah ke jalur musik rock. Sam belum pernah pacaran. Banyak orang bilang, dia picky. Nggak ada yang tahu bahwa satu-satunya pria yang pernah ditaksir oleh Sam adalah Jerry, mantan pacar kakaknya sendiri.

Karakter lain adalah Jinjin, anak buah Mingo. Karakter Jinjin ini lumayan antik. Dia naif dan percaya kalau cinta sejati bisa digapai dengan usaha superkeras. Di buku ini, Jinjin bakal bertemu dan pergi kencan dengan rekan satu band Jerry yang cantik.

Bagaimana akhir kisah cinta Jerry dan Mingo? Well, pada akhirnya mereka pun nggak nyambung. Tapi, suguhan cerita dan gambar-gambar yang dibuat oleh Toma, si komikus, tetap menghibur hati. Banyak juga adegan yang bikin ketawa. Kalau kesulitan mencari buku ini, teman-teman bisa mampir ke www.netcomics.com untuk membaca versi onlinenya.

Gambar diambil dari sini.

Senin, 23 November 2009

2012



Pemain : John Cusack, Amanda Peet, Chiwetel Ejiofor Sutradara : Rolland Emmerich


Siapkan popcorn dan orange juice dingin, lalu duduk manis di kursi bioskop nan empuk. Lupakan keributan atau himbauan dilarang menonton yang mencuat atas penayangan film ini.

Maka kamu akan menyaksikan satu lagi film tentang bencana dan hari kiamat. Sutradara film ini, Rolland Emmerich, sebelumnya memang menyutradarai film setipe yaitu Independence Day dan The Day After Tomorrow (2004).
Film “2012” terinspirasi dari ramalan Suku Maya bahwa dunia akan hancur pada 2012.
Film dibuka dengan adegan bersetting di India pada 2010, ketika ahli geofisika India menemukan peningkatan suhu matahari yang menyebabkan matahari memancarkan neutrinos ke bumi dan menimbulkan pemanasan pada kerak bumi.

Lempeng bumi bergeser menyebabkan kejadian geologi secara besar-besaran. Gempa bumi, timbul rekahan di berbagai tempat, danau mengering dan muncul gunung berapi baru.

Laporan ini kemudian dibawa ahli geologi Adrian Helmsley (Chiwetel Ejiofor) ke Gedung Putih. Negara-negara maju menyikapi laporan ini dan melakukan operasi rahasia.

Tokoh sentral cerita yaitu penulis Jackson Curtis (diperankan oleh John Cusack) berusaha menyelamatkan istri, Kate (Amanda Peet) dan kedua anaknya untuk menuju satu lokasi yang dikatakan aman dari katastropi.

Jalan cerita pada film begini tentu bisa ditebak. Bagaimana upaya manusia menyelamatkan diri dari bencana besar itu.

Selain itu, terlihat pula pesan betapa hebatnya AS. Mungkin ini berkaitan dengan pesan sponsor salah satu pendukung dana pembuatan film. Jika Anda memperhatikan sepanjang film, silahkan hitung berapa merek mobil asal Negeri Paman Sam yang bersliweran. Chevrolet, Bentley, dan status mobil orang super kaya Amerika limousine.

Ada yang dalam zoom kamera, dan bahkan tersisip pula ucapan si putri kecil Jackson, yang jika diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia lebih kurang begini, “Ayah, Hummer bagus ya…”

Astaga….plz deh ach!

Hanya saja dari sisi jalinan cerita film ini bisa dikatakan menarik dan lebih ‘dalam’ ketimbang film-film sejenis yang telah beredar sebelumnya. Misalnya jurang antara negara-negara maju dengan negara miskin/berkembang dalam menyikapi ramalan bencana. Atau ketika si kaya bisa ‘membeli’ keselamatan sementara yang ‘ekonomi biasa-biasa’ hanya bisa menerima nasib.

Yang patut diacungi jempol tentu saja efek CGI atau Computer Graphic Interface yang menampilkan adegan menakjubkan. Jembatan ambruk, atau ketika air bah menyapu Tibet yang berada sekitar 4.900 meter di atas permukaan laut.

Di atas segalanya, ramalan tetap ramalan. Yang penting bagaimana kamu mengumpulkan amalan selama ada di dunia, bukan?!

Minggu, 22 November 2009

Detektif Conan No. 55


Penulis : Aoyama Gosho
Penerbit : PT Elex Media Komputindo – Jakarta (Cetakan I : 2009)

Anda yang penggemar kisah detektif Conan Edogawa, sudah bisa mendapatkan serial terbarunya, yaitu Seri ke-55. Bagi pembaca jilid sebelumnya, kehadiran serial ke-55 tentu memecahkan rasa penasaran karena di komik ini memuat bagian akhir dari kisah Sekolah Detektif.

Usai memecahkan kasus di sebuah kuil, Heiji membawa Conan ke pulau tak berpenghuni sebagai undangan Sekolah Detektif yang diadakan oleh Nichiuri TV. Ternyata undangan itu fiktif -direkayasa oleh seseorang yang entah siapa- dan pada malam hari seorang detektif SMA asal Utara, Tokitsu, tewas di dalam ruang tertutup.

Conan dan Heiji lalu berupaya memecahkan bagaimana dan siapa pelaku pembunuhan, yang ternyata berkaitan dengan kasus yang terjadi di rumah tempat mereka diami beberapa tahun sebelumnya. Nama kasus ini, pembunuhan di ruang tertutup di rumah Lavender.

Masih ada 3 kisah lainnya. Masing-masing melibatkan Kelompok Detektif Cilik, dan pada cerita terakhir tentang Goro, kucing kesayangan Eri Kisaki.

Secara keseluruhan cerita yang ada di komik kali ini tidak terlalu menarik dan kurang ‘menantang’.

Selasa, 17 November 2009

Ketika Buku Menyentuh Masalah Lingkungan

Tema lingkungan semakin sering dibahas dalam media komunikasi seiring meningkatnya kepedulian terhadap isu pemanasan global.

Tema-tema semacam ini justru menjadi lahan kreatif bagi penulis skenario film maupun pengarang buku untuk mengambil tema berkaitan dengan perubahan lingkungan.

Dulu senjata nuklir,perang dingin, persaingan poros blok barat dan timur, spionase sering menjadi tema sentral suatu cerita. Lalu tergantikan seiring isu di dunia nyata dengan kekuatan senjata biologi seperti virus sebagai senjata pembunuh massal.

Kemudian adapula inspirasi bahwa mesin pengendali cuaca sebagai senjata digdaya. Saya contohkan saja tema ini dimunculkan pada film layar lebar “The Avengers” (1998) dan buku “Apakah Kau Takut Gelap?”.

Saya juga memasukkan buku Un Lun Dun sebagai buku fiksi yang mengetuk pengaruh industrialisasi dan perilaku konsumerisme pembaca.

Sikap hanya belanja barang seperlunya, atau sesuai kebutuhan, menjadi pola hidup yang disarankan sebagai bagian dari Ramah Lingkungan.

Di bawah ini ada dua buku yang menurut saya mengangkat topik lingkungan. Meski hanya sebatas kulit atau cantelan cerita. Jika teman-teman pembaca blog ada yang bisa menambahkan usulan buku/film yang terkait isu lingkungan silahkan…..

***

Apakah Kau Takut Gelap? (Are You Afraid of the Dark?)

Judul : Apakah Kau Takut Gelap? (Are You Afraid of the Dark?)
Penulis : Sidney Sheldon
Penerjemah : Gita Yuliani Koesbaroto
Halaman : 433 halaman
Penerbit : Gramedia Pustaka Utama – Jakarta (Cetakan I : Januari 2005)



Ini merupakan karya Sidney Sheldon yang berkaitan dengan isu pemanasan global. Selain pernah mengangkat latar Perang Dunia II, konglomerasi properti, intrik keluarga super kaya, hingga mafia, Sidney Sheldon pernah pula punya tema cerita dengan latar perang dingin antara AS dan Soviet.

Cerita dibuka dengan kematian empat tokoh di empat kota berbeda, yaitu Berlin, Paris, Denver, dan Manhattan.

Dan kematian keempat tokoh selalu diikuti kasus kematian atau kecelakaan istri atau sanak keluarga. Hanya Diane Stevens dan Kelly Harris, keduanya berstatus istri dari yang meninggal, yang selamat.

Semua korban adalah karyawan Kingsley International Group (KIG), sebuah perusahaan yang mempekerjakan orang-orang jenius untuk penelitian yang berkaitan dengan senjata militer, komunikasi, dan isu lingkungan.

Hanya bermodalkan otak, kedua wanita itu mencoba memecahkan latar belakang kematian sang suami. Sambil kucing-kucingan bersama agen KIG sekaligus mengungkap dalang di belakangnya.

Membaca buku seperti tengah menyaksikan film dengan jalan cerita penuh aksi ala Hollywood.

Bayangkan saja, dua dua tokoh utamanya adalah wanita cantik. Kelly Harris adalah peragawati papan atas asal AS tapi telah lama bermukim di Perancis. Sementara Diane Stevens adalah seniman sukses berkehidupan mapan di Manhattan.

Hanya bermodalkan otak, mereka kejar-kejaran dan lolos dari orang-orang KIG yang berupaya membunuh mereka. Nyaris keberuntungan selalu menyertai. Hal ini dipercaya Diane karena arwah para suami membimbing mereka menemukan kebenaran.

Lalu ada tokoh antagonis megalomania berambisi menguasai dunia. Sejak awal cerita, pembaca telah digiring pada tokoh Tanner Kingsley yang cerdas sekaligus ambisius.

Tanner bersama kakaknya, Andrew, mendirikan KIG pada 7 tahun lalu. Berawal dari Kingsley Group berkantor di sebuah bangunan bata kecil –aih, teringat tentang kisah awal berdirinya Apple atau Microsoft- hingga menjelma menjadi perusahaan raksasa.

Tanner, di depan rapat dengar pendapat yang dihadiri oleh komite Senat membidangi masalah lingkungan hidup, mengemukakan tentang perlunya pemerintah mengalokasikan dana khusus untuk masalah perubahan lingkungan.

Di balik ini sikap peduli yang seolah mencerminkan corporate social responsibility dari perusahaan multinasional, Tanner sebenarnya menggunakan dana dari pemerintah untuk membuat mesin pengendali cuaca.

Melalui mesin pengendali cuaca, Tanner bisa ‘melepaskan’ bencana alam tornado atau badai di suatu negara. Ini menjadi senjatanya untuk memeras pemimpin tertinggi suatu negara.

Sidney Sheldon, melalui Tanner mengemukakan isu lingkungan seperti pemanasan global dan efek rumah kaca yang menimbulkan lubang di lapisan ozon. Semua ini berpengaruh pada perubahan iklim seperti kekeringan atau banjir. Bencana alam seperti angit ribut, topan dan badai menyebabkan kerusakan di berbagai daerah.


***

Un Lun Dun



Judul : UnLunDun
Penulis : China MiƩville
Penerjemah : Lulu Fitri Rahman
Halaman : 534 halaman
Penerbit : Relung Books – Jakarta (Cetakan I : Januari 2009)


Bagi penonton film Wall-e tentu ingat bahwa bumi di masa depan bakal penuh sampah tak dapat diperbaharui. Sampah-sampah itu berupa logam, benda elektronik yang tak dapat didaur ulang.

Akhirnya bumi penuh dengan sampah, tanah tak lagi subur, dan manusia pun pindah bermukim di angkasa raya. Tinggallah Wall-e di bumi mengurus sampah-sampah itu. hiburannya hanya menonton film drama klasik dari televisi bobrok.

Ketika menyimak buku Un Lun Dun, bisa jadi pembaca yang sudah menonton film Wall-e bakal teringat film itu. Bukan karena jalan cerita yang nyaris sama, melainkan tentang apa yang terjadi dengan sampah-sampah barang kita yang tak terbaharui.

Kemana perginya baju bekas, payung rusak, mesin tik, hingga mobil rongsok ketika kita tak menggunakannya lagi?

Un Lun Dun adalah kota paralel dengan kota London dimana barang-barang tak terpakai pindah dan menjadi makhluk bernyawa. Barang-barang bekas pakai menjadi makhluk hidup di dunia lain.

Kota paralel ini disebut abkota. Sampah-sampah tak terbaharui merembes ke kota UnLondon, membentuk komunitasnya masing-masing. Sehingga ada pasukan payung, mesin tik, atau komputer bekas. Termasuk kuburan bersama roh-roh gentayangan (hantu).

Di kota ini, bis merah double decker khas Inggris bisa terbang. Dilengkapi kondektur bis yang tugasnya sebagai penagih tiket tak terpakai lagi dalam transportasi bis kota modern.

Ada hutan tersembunyi dalam rumah, jerapah karnivora yang memangsa bak hiena lapar, dan sebentuk awan gelap bermimpi membakar dunia.

Awan gelap atau Smog ini adalah musuh yang bakal menghancurkan sekaligus menguasai UnLondon. Tak Cuma itu, Smog juga berusaha menghimpun kekuatan untuk menguasai dunia.

Penghuni UnLondon menaruh harapan pada kehadiran seorang pahlawan, yang sudah jauh-jauh hari diramalkan dan tertulis di dalam buku yang dapat bicara. Pahlawan disebut Shwazzy atau ”Yang Terpilih” adalah manusia yang bakal menghancurkan Smog.

Akhirnya suatu hari Zanna, bersama temannya Deeba, menemukan pintu masuk rahasia ke kota aneh itu. Gadis jangkung berusia 12 tahun dan pirang seperti diramalkan sebagai Shwazzy (yang terpilih), namun ternyata ramalan kuno tidak terbukti.

Zanna justru tak berdaya melawan Smog, awan gelap yang ingin menguasai Un Lun Dun dan seluruh dunia, dan kembali ke kota London dalam kondisi sekarat.

Tema lingkungan memang menjadi isu hangat saat ini. Smog atau asap kabut merupakan hasil pembakaran batu bara dan pabrik-pabrik di era industrialisasi Inggris. Smog tersingkir dari kota London ketika disahkan undang-undang yang membahas masalah asap atau Clean Air Act pada 1956.

Smog menghimpun kekuatan di abkota. Ia menghirup asap bakaran cerobong pabrik, mempelajari ilmu pengetahuan melalui buku-buku yang dibakar. Dan ternyata, ada konspirasi antara Menteri Lingkungan Hidup Elizabeth Rawley dari London, yang mengirimkan asap ke UnLondon dan menjadi sumber makanan bagi Smog.

Rawley ingin menunjukkan kinerja bagus dan berambisi menjadi Perdana Menteri Inggris.

Dalam jalinan cerita terungkap pula pengkhianat di dalam peperangan. Seseorang yang bersekutu justru di lain waktu berbalik demi keselamatan pribadi. Konspirasi dan musuh dalam selimut juga menjadi cara mendapatkan kekuasaan.

Novel fiksi yang sesuai bagi pembaca remaja ini juga seolah menyindir ketakutan Inggris akan teroris pasca tragedi 911. Dikisahkan Deeba yang kembali ke UnLondon, dikejar polisi dan asisten Rawley. Hamba hukum suruhan Rawley itu menjerat Deeba dengan pasal yang tercantum dalam Undang-Undang Terorisme yang dibuat pada 2000. karena Deeba meneror asisten Rawley Murgatroyd, membuatnya gugup dan perlu upaya paksa penahanan.

Cerita ini pun mengajarkan kita bahwa ramalan belum tentu benar. Jangan pasrah terhadap ramalan, karena kesuksesan mengalahkan Smog berkat kecerdasan berpikir, semangat pantang menyerah dan kekompakan.

Daya khayal pembaca terbawa bersama karakter-karakter unik di dunia UnLondon. Sebagai tambahan informasi, China MiƩville adalah penulis pemenang British Fantasy Award sebanyak dua kali sehingga tak heran novel kelimanya ini kaya imajinasi.

Yang membuat tidak nyaman, ketidak konsistenan penulisan kota. Lihat saja, ada perbedaan huruf dalam penulisan judul (Un Lun Dun) yang sudah pasti merujuk pada kota UnLondon.