Selasa, 22 Desember 2009

Breakfast at Tiffany’s

Pengarang : Truman Capote Penerjemah : Berliani M. Nugrahani
Halaman : 164 halaman
Penerbit : PT Serambi Ilmu Semesta – Jakarta (Cetakan I : Februari 2009)



Truman Capote semasa hidupnya adalah seorang wartawan The New York Times, dan pengarang terkemuka, buku novelnya In Cold Blood (1966) yang dibuat berdasarkan kisah nyata sebuah pembunuhan sadis dari sudut pandang si pembunuh, melahirkan gaya jurnalisme sastrawi.

Kisah hidupnya sendiri seperti diangkat dalam film Capote (2005) dan Infamous (2006) sangat menarik. Flamboyan. Tukang pesta yang akrab bergaul dengan kalangan atas Hollywood. Bisa jadi novel "Breakfast at Tiffany’s" yang dibuat pada 1958 ini merupakan pengamatan Capote terhadap orang-orang disekitarnya.

Breakfast at Tiffany’s yang melambungkan nama Capote sebagai pengarang papan atas Amerika, menjadi salah satu novel pop culture yang klasik.

Dalam novel ini Capote memotret kaum sociopathic social climber, mimpi hidup enak di kota besar dan berupaya mencapainya dengan berbagai cara. Tokoh utamanya adalah Holly Golightly, seorang artis muda yang ingin hidup mewah di New York. Ia pun dikenal di kalangan atas sebagai ratu pesta, gadis panggilan sekaligus kaki tangan Mafia.

Holly gemar memandangi jendela etalase toko perhiasan Tiffany’s di Manhattan sambil menyantap croissant sebagai sarapan pagi. Sebenarnya masa lalu Holly kelam. Ia lahir dari kalangan miskin, menikah di usia 14 tahun, kabur dari suami, dan pindah dari Hollywood ke New York.

Sosok Holly diceritakan dari sudut pandang Paul Varjak –sebagai ”Aku”- tetangga apartemen sekaligus pria yang mengagumi Holly.

Cerita novel ini kemudian diangkat ke layar lebar pada 1961. Hanya saja, jika dalam akhir cerita novel menggantung dengan menghilangnya Holly Golightly, di film menjadi happy ending khas Hollywood. Mungkin ini menghilangkan esensi cerita Capote sebenarnya. Yaitu ”....Kau bisa mencintai seseorang tanpa menjadikannya seperti itu. Kau tetap menjadikannya orang asing, Orang asing sekaligus teman.” (Halaman 17) . Ini yang mendasari ikatan kuat antara Golighty dan sosok ”Aku” yang sama-sama orang asing bagi satu sama lain.

Filmnya sendiri menjadi salah satu film klasik, Simak penampilan Audrey Hepburn –pemeran Holly Golightly- yang menjadi gaya abadi hingga kini : little black dress, kalung mutiara, kaca mata super besar, dan mantel panjang.

Saat membuka lembaran-lembaran awal mungkin pembaca merasa jenuh dan monoton. Namun simak saja terus buku yang cukup tipis (hanya 164 halaman, sudah termasuk pengantar biografi pengarang, serta catatan Breakfast at Tiffany’s dalam lagu dan film) dan Anda pasti ingin membacanya sampai habis.

Senin, 21 Desember 2009

Avatar: Ketika Manusia Menjadi Alien

bayangan manusia mengenai alien sudah banyak digambarkan di film-film. bagaimana bila manusia sendiri justru yang menjadi alien bagi mahluk di planet lain? James Cameron sang sutradara mencoba mengangkat pertanyaan ini dalam film Avatar.

keindahan planet Pandora (sebetulnya Pandora adalah bulan dari planet Polyphemus berjarak 4,5 tahun cahaya dari bumi) divisualkan demikian fantastik dalam film ini beserta para penghuninya. namun bukan itu yang dicari Kolonel Miles Quaritch, melainkan bebatuan yang berharga 20 juta USD sekilo. sifat dasar kemaruk menjadikan 'alien' ini berusaha mengeksploitasi planet Pandora tempat mahluk Na'vi bermukim. sebuah tim Avatar dikirim menyaru sebagai bagian mahluk Na'vi untuk mempelajari lokasi.

seorang prajurit AL berkaki lumpuh bernama Jake Sully ikut serta dalam program ini. dia dibaringkan dalam sebuah kapsul, seketika pikiran dan jiwanya masuk ke dalam Avatar berwujud Na'vi yang berbadan tinggi, kulit kebiruan, bermata bola serta memiliki ekor. di sinilah petualangannya di Pandora dimulai. Jake bertemu Neytiri, anak gadis kepala suku Na'vi dan jatuh cinta padanya. Jake diperhadapkan pilihan dilematis: melanjutkan misi Kolonel Miles Quaritch atau justru melindungi Pandora dari keserakahan manusia yang ingin menguasainya.

gambar-gambar disajikan dengan sangat apik sehingga film berdurasi 2,5jam tidak membosankan, apalagi bila ditonton dalam format film 3 atau 4 dimensi, tentu akan lebih memacu adrenalin. beberapa adegan dalam film ini juga seperti hendak mengingatkan penonton akan kelestarian alam serta beberapa pesan moral. namun beberapa adegan patut menjadi kewaspadaan juga: kebiasaan merokok, adegan kekerasan, serta sensualitas. selebihnya, siapkan makanan ringan serta nikmatilah keindahan gambar alam Pandora yang disajikan dengan efek visual CGI nyaris sempurna.

kalau coba dibanding-bandingkan film Avatar merupakan perpaduan apik dari film Lord of The Rings, Pocahontas dan Star Trek! unsur-unsur ketiganya teramu komplet di dalamnya, ditambah bumbu daya imajinasi tanpa batas, maka lengkaplah ramuan yang disajikan James Cameron setelah film Titanic yang dibesutnya meledak di pasaran.

harap penonton masih dapat membedakan mana dunia nyata dan dunia mimpi setelah menyaksikan Avatar. sebagaimana Jake Sully yang bertanya-tanya: "Everything is backwards now, like out there is the true world and in here is the dream". dunia mimpi seringkali tampak lebih nyata daripada kenyataan itu sendiri.

Avatar menurut saya layak mendapat angka 8,5 dari skor 10.

Selasa, 24 November 2009

X Diary

Penulis: Toma
Penerbit: Netcomics

Why did they break up? What was their reason for wanting to stay friends? Could it really be an impaired friendship? Are they alright now? What if one of them meets someone new? Could they easily drop their habits from when they were lovers? Maybe, in fact, they went back into 'lover mode' furtively and steathily? (Toma, X Diary)

What's so special about this book? Alur ceritanya nggak biasa. Gambarnya sederhana, simpel tapi bagus. Ceritanya disajikan dalam bentuk komik strip full color. Setiap strip menggambarkan adegan singkat, tapi runut dengan ceritanya.

Dua tokoh utama dalam X Diary adalah Mingo dan Jerry. Mingo adalah perempuan temperamental berusia 26 tahun yang berprofesi sebagai kartunis. Jerry adalah mantan pacar Mingo, bassist di sebuah rock band. Beda dengan Mingo, Jerry kalem dan easygoing. Meski sudah putus, mereka tetap bersahabat. Sebenarnya, mereka masih punya feeling satu sama lain, tapi gengsi untuk mengakuinya.

Kisah pertemanan dua orang ini menampilkan beberapa karakter lain. Ada Sam, adik perempuan Mingo. Sam adalah musisi yang setia di jalur punk. Dulu dia satu band dengan Jerry, sebelum akhirnya Jerry pindah ke jalur musik rock. Sam belum pernah pacaran. Banyak orang bilang, dia picky. Nggak ada yang tahu bahwa satu-satunya pria yang pernah ditaksir oleh Sam adalah Jerry, mantan pacar kakaknya sendiri.

Karakter lain adalah Jinjin, anak buah Mingo. Karakter Jinjin ini lumayan antik. Dia naif dan percaya kalau cinta sejati bisa digapai dengan usaha superkeras. Di buku ini, Jinjin bakal bertemu dan pergi kencan dengan rekan satu band Jerry yang cantik.

Bagaimana akhir kisah cinta Jerry dan Mingo? Well, pada akhirnya mereka pun nggak nyambung. Tapi, suguhan cerita dan gambar-gambar yang dibuat oleh Toma, si komikus, tetap menghibur hati. Banyak juga adegan yang bikin ketawa. Kalau kesulitan mencari buku ini, teman-teman bisa mampir ke www.netcomics.com untuk membaca versi onlinenya.

Gambar diambil dari sini.

Senin, 23 November 2009

2012



Pemain : John Cusack, Amanda Peet, Chiwetel Ejiofor Sutradara : Rolland Emmerich


Siapkan popcorn dan orange juice dingin, lalu duduk manis di kursi bioskop nan empuk. Lupakan keributan atau himbauan dilarang menonton yang mencuat atas penayangan film ini.

Maka kamu akan menyaksikan satu lagi film tentang bencana dan hari kiamat. Sutradara film ini, Rolland Emmerich, sebelumnya memang menyutradarai film setipe yaitu Independence Day dan The Day After Tomorrow (2004).
Film “2012” terinspirasi dari ramalan Suku Maya bahwa dunia akan hancur pada 2012.
Film dibuka dengan adegan bersetting di India pada 2010, ketika ahli geofisika India menemukan peningkatan suhu matahari yang menyebabkan matahari memancarkan neutrinos ke bumi dan menimbulkan pemanasan pada kerak bumi.

Lempeng bumi bergeser menyebabkan kejadian geologi secara besar-besaran. Gempa bumi, timbul rekahan di berbagai tempat, danau mengering dan muncul gunung berapi baru.

Laporan ini kemudian dibawa ahli geologi Adrian Helmsley (Chiwetel Ejiofor) ke Gedung Putih. Negara-negara maju menyikapi laporan ini dan melakukan operasi rahasia.

Tokoh sentral cerita yaitu penulis Jackson Curtis (diperankan oleh John Cusack) berusaha menyelamatkan istri, Kate (Amanda Peet) dan kedua anaknya untuk menuju satu lokasi yang dikatakan aman dari katastropi.

Jalan cerita pada film begini tentu bisa ditebak. Bagaimana upaya manusia menyelamatkan diri dari bencana besar itu.

Selain itu, terlihat pula pesan betapa hebatnya AS. Mungkin ini berkaitan dengan pesan sponsor salah satu pendukung dana pembuatan film. Jika Anda memperhatikan sepanjang film, silahkan hitung berapa merek mobil asal Negeri Paman Sam yang bersliweran. Chevrolet, Bentley, dan status mobil orang super kaya Amerika limousine.

Ada yang dalam zoom kamera, dan bahkan tersisip pula ucapan si putri kecil Jackson, yang jika diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia lebih kurang begini, “Ayah, Hummer bagus ya…”

Astaga….plz deh ach!

Hanya saja dari sisi jalinan cerita film ini bisa dikatakan menarik dan lebih ‘dalam’ ketimbang film-film sejenis yang telah beredar sebelumnya. Misalnya jurang antara negara-negara maju dengan negara miskin/berkembang dalam menyikapi ramalan bencana. Atau ketika si kaya bisa ‘membeli’ keselamatan sementara yang ‘ekonomi biasa-biasa’ hanya bisa menerima nasib.

Yang patut diacungi jempol tentu saja efek CGI atau Computer Graphic Interface yang menampilkan adegan menakjubkan. Jembatan ambruk, atau ketika air bah menyapu Tibet yang berada sekitar 4.900 meter di atas permukaan laut.

Di atas segalanya, ramalan tetap ramalan. Yang penting bagaimana kamu mengumpulkan amalan selama ada di dunia, bukan?!

Minggu, 22 November 2009

Detektif Conan No. 55


Penulis : Aoyama Gosho
Penerbit : PT Elex Media Komputindo – Jakarta (Cetakan I : 2009)

Anda yang penggemar kisah detektif Conan Edogawa, sudah bisa mendapatkan serial terbarunya, yaitu Seri ke-55. Bagi pembaca jilid sebelumnya, kehadiran serial ke-55 tentu memecahkan rasa penasaran karena di komik ini memuat bagian akhir dari kisah Sekolah Detektif.

Usai memecahkan kasus di sebuah kuil, Heiji membawa Conan ke pulau tak berpenghuni sebagai undangan Sekolah Detektif yang diadakan oleh Nichiuri TV. Ternyata undangan itu fiktif -direkayasa oleh seseorang yang entah siapa- dan pada malam hari seorang detektif SMA asal Utara, Tokitsu, tewas di dalam ruang tertutup.

Conan dan Heiji lalu berupaya memecahkan bagaimana dan siapa pelaku pembunuhan, yang ternyata berkaitan dengan kasus yang terjadi di rumah tempat mereka diami beberapa tahun sebelumnya. Nama kasus ini, pembunuhan di ruang tertutup di rumah Lavender.

Masih ada 3 kisah lainnya. Masing-masing melibatkan Kelompok Detektif Cilik, dan pada cerita terakhir tentang Goro, kucing kesayangan Eri Kisaki.

Secara keseluruhan cerita yang ada di komik kali ini tidak terlalu menarik dan kurang ‘menantang’.

Selasa, 17 November 2009

Ketika Buku Menyentuh Masalah Lingkungan

Tema lingkungan semakin sering dibahas dalam media komunikasi seiring meningkatnya kepedulian terhadap isu pemanasan global.

Tema-tema semacam ini justru menjadi lahan kreatif bagi penulis skenario film maupun pengarang buku untuk mengambil tema berkaitan dengan perubahan lingkungan.

Dulu senjata nuklir,perang dingin, persaingan poros blok barat dan timur, spionase sering menjadi tema sentral suatu cerita. Lalu tergantikan seiring isu di dunia nyata dengan kekuatan senjata biologi seperti virus sebagai senjata pembunuh massal.

Kemudian adapula inspirasi bahwa mesin pengendali cuaca sebagai senjata digdaya. Saya contohkan saja tema ini dimunculkan pada film layar lebar “The Avengers” (1998) dan buku “Apakah Kau Takut Gelap?”.

Saya juga memasukkan buku Un Lun Dun sebagai buku fiksi yang mengetuk pengaruh industrialisasi dan perilaku konsumerisme pembaca.

Sikap hanya belanja barang seperlunya, atau sesuai kebutuhan, menjadi pola hidup yang disarankan sebagai bagian dari Ramah Lingkungan.

Di bawah ini ada dua buku yang menurut saya mengangkat topik lingkungan. Meski hanya sebatas kulit atau cantelan cerita. Jika teman-teman pembaca blog ada yang bisa menambahkan usulan buku/film yang terkait isu lingkungan silahkan…..

***

Apakah Kau Takut Gelap? (Are You Afraid of the Dark?)

Judul : Apakah Kau Takut Gelap? (Are You Afraid of the Dark?)
Penulis : Sidney Sheldon
Penerjemah : Gita Yuliani Koesbaroto
Halaman : 433 halaman
Penerbit : Gramedia Pustaka Utama – Jakarta (Cetakan I : Januari 2005)



Ini merupakan karya Sidney Sheldon yang berkaitan dengan isu pemanasan global. Selain pernah mengangkat latar Perang Dunia II, konglomerasi properti, intrik keluarga super kaya, hingga mafia, Sidney Sheldon pernah pula punya tema cerita dengan latar perang dingin antara AS dan Soviet.

Cerita dibuka dengan kematian empat tokoh di empat kota berbeda, yaitu Berlin, Paris, Denver, dan Manhattan.

Dan kematian keempat tokoh selalu diikuti kasus kematian atau kecelakaan istri atau sanak keluarga. Hanya Diane Stevens dan Kelly Harris, keduanya berstatus istri dari yang meninggal, yang selamat.

Semua korban adalah karyawan Kingsley International Group (KIG), sebuah perusahaan yang mempekerjakan orang-orang jenius untuk penelitian yang berkaitan dengan senjata militer, komunikasi, dan isu lingkungan.

Hanya bermodalkan otak, kedua wanita itu mencoba memecahkan latar belakang kematian sang suami. Sambil kucing-kucingan bersama agen KIG sekaligus mengungkap dalang di belakangnya.

Membaca buku seperti tengah menyaksikan film dengan jalan cerita penuh aksi ala Hollywood.

Bayangkan saja, dua dua tokoh utamanya adalah wanita cantik. Kelly Harris adalah peragawati papan atas asal AS tapi telah lama bermukim di Perancis. Sementara Diane Stevens adalah seniman sukses berkehidupan mapan di Manhattan.

Hanya bermodalkan otak, mereka kejar-kejaran dan lolos dari orang-orang KIG yang berupaya membunuh mereka. Nyaris keberuntungan selalu menyertai. Hal ini dipercaya Diane karena arwah para suami membimbing mereka menemukan kebenaran.

Lalu ada tokoh antagonis megalomania berambisi menguasai dunia. Sejak awal cerita, pembaca telah digiring pada tokoh Tanner Kingsley yang cerdas sekaligus ambisius.

Tanner bersama kakaknya, Andrew, mendirikan KIG pada 7 tahun lalu. Berawal dari Kingsley Group berkantor di sebuah bangunan bata kecil –aih, teringat tentang kisah awal berdirinya Apple atau Microsoft- hingga menjelma menjadi perusahaan raksasa.

Tanner, di depan rapat dengar pendapat yang dihadiri oleh komite Senat membidangi masalah lingkungan hidup, mengemukakan tentang perlunya pemerintah mengalokasikan dana khusus untuk masalah perubahan lingkungan.

Di balik ini sikap peduli yang seolah mencerminkan corporate social responsibility dari perusahaan multinasional, Tanner sebenarnya menggunakan dana dari pemerintah untuk membuat mesin pengendali cuaca.

Melalui mesin pengendali cuaca, Tanner bisa ‘melepaskan’ bencana alam tornado atau badai di suatu negara. Ini menjadi senjatanya untuk memeras pemimpin tertinggi suatu negara.

Sidney Sheldon, melalui Tanner mengemukakan isu lingkungan seperti pemanasan global dan efek rumah kaca yang menimbulkan lubang di lapisan ozon. Semua ini berpengaruh pada perubahan iklim seperti kekeringan atau banjir. Bencana alam seperti angit ribut, topan dan badai menyebabkan kerusakan di berbagai daerah.


***

Un Lun Dun



Judul : UnLunDun
Penulis : China MiƩville
Penerjemah : Lulu Fitri Rahman
Halaman : 534 halaman
Penerbit : Relung Books – Jakarta (Cetakan I : Januari 2009)


Bagi penonton film Wall-e tentu ingat bahwa bumi di masa depan bakal penuh sampah tak dapat diperbaharui. Sampah-sampah itu berupa logam, benda elektronik yang tak dapat didaur ulang.

Akhirnya bumi penuh dengan sampah, tanah tak lagi subur, dan manusia pun pindah bermukim di angkasa raya. Tinggallah Wall-e di bumi mengurus sampah-sampah itu. hiburannya hanya menonton film drama klasik dari televisi bobrok.

Ketika menyimak buku Un Lun Dun, bisa jadi pembaca yang sudah menonton film Wall-e bakal teringat film itu. Bukan karena jalan cerita yang nyaris sama, melainkan tentang apa yang terjadi dengan sampah-sampah barang kita yang tak terbaharui.

Kemana perginya baju bekas, payung rusak, mesin tik, hingga mobil rongsok ketika kita tak menggunakannya lagi?

Un Lun Dun adalah kota paralel dengan kota London dimana barang-barang tak terpakai pindah dan menjadi makhluk bernyawa. Barang-barang bekas pakai menjadi makhluk hidup di dunia lain.

Kota paralel ini disebut abkota. Sampah-sampah tak terbaharui merembes ke kota UnLondon, membentuk komunitasnya masing-masing. Sehingga ada pasukan payung, mesin tik, atau komputer bekas. Termasuk kuburan bersama roh-roh gentayangan (hantu).

Di kota ini, bis merah double decker khas Inggris bisa terbang. Dilengkapi kondektur bis yang tugasnya sebagai penagih tiket tak terpakai lagi dalam transportasi bis kota modern.

Ada hutan tersembunyi dalam rumah, jerapah karnivora yang memangsa bak hiena lapar, dan sebentuk awan gelap bermimpi membakar dunia.

Awan gelap atau Smog ini adalah musuh yang bakal menghancurkan sekaligus menguasai UnLondon. Tak Cuma itu, Smog juga berusaha menghimpun kekuatan untuk menguasai dunia.

Penghuni UnLondon menaruh harapan pada kehadiran seorang pahlawan, yang sudah jauh-jauh hari diramalkan dan tertulis di dalam buku yang dapat bicara. Pahlawan disebut Shwazzy atau ”Yang Terpilih” adalah manusia yang bakal menghancurkan Smog.

Akhirnya suatu hari Zanna, bersama temannya Deeba, menemukan pintu masuk rahasia ke kota aneh itu. Gadis jangkung berusia 12 tahun dan pirang seperti diramalkan sebagai Shwazzy (yang terpilih), namun ternyata ramalan kuno tidak terbukti.

Zanna justru tak berdaya melawan Smog, awan gelap yang ingin menguasai Un Lun Dun dan seluruh dunia, dan kembali ke kota London dalam kondisi sekarat.

Tema lingkungan memang menjadi isu hangat saat ini. Smog atau asap kabut merupakan hasil pembakaran batu bara dan pabrik-pabrik di era industrialisasi Inggris. Smog tersingkir dari kota London ketika disahkan undang-undang yang membahas masalah asap atau Clean Air Act pada 1956.

Smog menghimpun kekuatan di abkota. Ia menghirup asap bakaran cerobong pabrik, mempelajari ilmu pengetahuan melalui buku-buku yang dibakar. Dan ternyata, ada konspirasi antara Menteri Lingkungan Hidup Elizabeth Rawley dari London, yang mengirimkan asap ke UnLondon dan menjadi sumber makanan bagi Smog.

Rawley ingin menunjukkan kinerja bagus dan berambisi menjadi Perdana Menteri Inggris.

Dalam jalinan cerita terungkap pula pengkhianat di dalam peperangan. Seseorang yang bersekutu justru di lain waktu berbalik demi keselamatan pribadi. Konspirasi dan musuh dalam selimut juga menjadi cara mendapatkan kekuasaan.

Novel fiksi yang sesuai bagi pembaca remaja ini juga seolah menyindir ketakutan Inggris akan teroris pasca tragedi 911. Dikisahkan Deeba yang kembali ke UnLondon, dikejar polisi dan asisten Rawley. Hamba hukum suruhan Rawley itu menjerat Deeba dengan pasal yang tercantum dalam Undang-Undang Terorisme yang dibuat pada 2000. karena Deeba meneror asisten Rawley Murgatroyd, membuatnya gugup dan perlu upaya paksa penahanan.

Cerita ini pun mengajarkan kita bahwa ramalan belum tentu benar. Jangan pasrah terhadap ramalan, karena kesuksesan mengalahkan Smog berkat kecerdasan berpikir, semangat pantang menyerah dan kekompakan.

Daya khayal pembaca terbawa bersama karakter-karakter unik di dunia UnLondon. Sebagai tambahan informasi, China MiƩville adalah penulis pemenang British Fantasy Award sebanyak dua kali sehingga tak heran novel kelimanya ini kaya imajinasi.

Yang membuat tidak nyaman, ketidak konsistenan penulisan kota. Lihat saja, ada perbedaan huruf dalam penulisan judul (Un Lun Dun) yang sudah pasti merujuk pada kota UnLondon.

Selasa, 15 September 2009

Detektif Conan No. 54


Pengarang : Aoyama Gosho
Penerbit : Elex Media Komputindo (Agustus 2009)


Masih belum bosan kan mengikuti aksi petualangan Detektif Conan Edogawa? Si detektif remaja yang terjebak dalam badan anak berumur tujuh tahun, kembali beraksi dalam seri petualangan ke-54.

Bagi pembaca, sudah jelas ini merupakan penasaran berkepanjangan dengan pengorbanan biaya yang luar biasa besar. Merogoh kocek dari seri pertama ketika masih berharga Rp 9.800/buah hingga kini merangkak menjadi Rp 15 ribu per buah pada pertengahan Agustus 2009.

Edisi kali ini dibuka dengan cerita lanjutan Detektif Kogoro Mouri, Conan dan Ran menangani kematian ibu dari Toji Funemoto (8 tahun) yang kemungkinan besar dilatar belakangi motif perampokan.

Yang istimewa adalah Toji adalah saksi kecelakaan sepeda motor yang menimpa Rena Mizunashi. Rena, dalam cerita sebelumnya, adalah seorang reporter TV sekaligus antek Organisasi Hitam.

Organisasi Hitam bertanggung jawab terhadap menyusutnya Shinichi Kudo sehingga anak penulis cerita detektif ternama ini harus sembunyi dan mengubah nama menjadi Conan Edogawa.

Sementara itu, gerak-gerik anak baru teman sekelas Ran yang bernama Eisuke Hondo semakin mencurigakan Conan. Bukan saja wajahnya –terutama bagian mata- yang mengingatkan pada sosok Rena. Remaja pria bergaya na’if cenderung dibuat-buat dan sepertinya ada motif tertentu untuk mendekati Detektif Kogoro.

Conan masih bertanya-tanya, siapakah sebenarnya Eisuke Hondo. Meskipun ada clue sedikit, namun dalam buku ini posisi Hondo masih tetap samar. Bisa jadi dia musuh atau sekutu.

Setelah menemukan pembunuh Nyonya Funemoto, kisah berlanjut pada suatu tempat liburan bersalju. Kali ini COnan bersama teman-teman Detektif Cilik, dan Profesor menyelidiki penemuan mayat wanita di kolam di bawah tebing penginapan.

Pada bagian terakhir, pemecahan kasus dimeriahkan oleh kehadiran detektif remaja dari Osaka, Heiji Hattori, bersama Kazuha. Di dalam suatu kasus, ada kalimat berkesan yang diucapkan oleh Kepala Pendeta Kuil Shogaku Shakuren,”Kata-kata adalah pedang! Jika salah menggunakannya akan mengubahnya menjadi senjata yang kejam. Gunakan secara bijaksana dengan merasakan perasaan orang lain! Seperti apapun orang itu,” katanya.

Kemudian pembaca dibuat penasaran dengan kisah ”Detektif SMU dari Timur” yang menggantung. Heiji mendapat undangan dari Nichiuri TV untuk syuting ”Sekolah Detektif” yang diperankan oleh empat tokoh detektif SMU terkemuka dari 4 penjuru Jepang.

Heiji, Conan bersama 2 detektif SMU masing-masing dari wilayah Utara dan Selatan menyebrang ke sebuah pulau. Di sana sudah menunggu detektif remaja lainnya, Saguru Hakuba dari Timur. Ternyata undangan itu fiktif adanya. Nichiuri TV sama sekali tidak menyelenggarakan acara tersebut dan nama sutradara pengundang pun tak terdaftar sebagai pegawai stasiun televisi.

Tapi dasar detektif, meski sedari awal sudah tahu kalau undangan itu palsu, lima remaja penggila misteri menemukan ini sebagai tantangan.

Conan dan Heiji lupa sama sekali bahwa di semenanjung daratan, paman Kogoro, Ran dan Kazuha panik bukan main saat menyadari undangan itu bohong adanya. Apalagi di pulau tak bernama itu kelompok detektif remaja benar-benar menemukan kasus : salah satu detektif remaja ditemukan tewas di kamarnya.

Sudah pasti penantian yang seru untuk mengetahui lanjutan kisah ini di seri berikutnya.

Jumat, 17 Juli 2009

Harry Potter and the Half-Blood Prince: Death Eater Pelaku Pengeboman

diawali dengan kerusuhan yang dilakukan para pelahap maut (death eater) di kota London: meledakkan bangunan, merubuhkan jembatan, dan ujung-ujungnya sekolah Hogwart dalam bahaya, film Harry Potter membawa penonton ke suasana tegang. tak lupa dibumbui ramuan kelucuan dan cinta anak remaja, lengkaplah sudah sajian hiburan yang ditawarkan film yang semakin mendekati sekuel terakhirnya.

death eater merupakan kelompok pengikut Voldemort. mereka makin merajalela menjelang kebangkitan the dark lord. siapa kawan dan siapa lawan, ingin dijelaskan pada sekuel ini. Snape melakukan sumpah maut untuk melindungi Draco Malfoy, sang pemuja Voldemort.

Prof. Horace Slughorn dipanggil sang kepsek Hogwart, Prof. Dumbledore untuk mengajar kembali ilmu ramuan di Hogwart. Prof. Slughorn dulunya juga pernah mengajar Tom Riddle, sang murid yang kemudian menjadi iblis Voldemort.

Dumbledore menyimpan kenangan masa lalunya dalam pensieve, dan meminta Harry Potter menyusuri jejak Tom Riddle dan Prof. Slughorn. belakangan terungkap rahasia keinginan Tom Riddle untuk hidup abadi, yakni menyimpan potongan jiwanya ke dalam beberapa horcrux. untuk mencegah kebangkitan Voldemort, Prof. Dumbledore membawa Harry ke sebuah pulau demi menemukan sebuah horcrux.

adegan saat Dumbledore dalam sekarat mengangkat tongkat sihir yang mengeluarkan kobaran api mengusir mahluk-mahluk yang bermunculan dari air, mengingatkan saya pada adegan Penyihir Putih Gandalf (Lord of The Rings) saat mengangkat tongkatnya yang bercahaya kemilau untuk menghalau para iblis di angkasa. luar biasa indah!

dengan durasi sekitar 2,5 jam, memang film ini tidak memuat utuh kisah sebagaimana ditulis JK Rowling pada novelnya yang tebalnya 800 halaman. namun kisahnya mengalir, diwarnai kelucuan dan cinta khas anak remaja (tidak sangka pemain tokoh kisah Harry Potter sebesar itu!), apalagi disertai adegan ciuman, ehem... kayaknya film ini tidak tepat buat anak di bawah 12 tahun.

sekuel terakhir tentulah yang paling dinanti-nanti karena akan menjawab pertanyaan mengenai Snape, kematian Dumbledore (ups, spoiler!) dan para horcrux yang harus dilawan Harry Potter. untuk rangkaian menyusun puzzle jalinan kisah HP, JK Rowling memang patut mendapat pujian sebagai pengarang berdaya fantasi tinggi dan konsisten.

dengan keindahan gambar dan alur cerita, film ini pantas menyabet 8,5 dari 10 bintang.

Selasa, 14 Juli 2009

Jualan Ide Segar

”Creativepreneur : Bisnis dari Menjual Ide”

Judul : Jualan Ide Segar - Bagaimana Membangun Bisnis Ide Miliaran Rupiah Tanpa Modal
Penulis : M. Arief Budiman, S.Sn
Penerbit : Galangpress (Cetakan I-2008)
Tebal halaman : xxxi + 206 halaman + CD


Konferensi Tingkat Menteri UNCTAD XI di Sao Paulo, Brasil, 2004 mengakui Ekonomi Kreatif sebagai satu era perekonomian baru yang berbasis pada industri kreatif. Ini merupakan era ekonomi keempat setelah sebelumnya dunia berturut-turut mengalami ekonomi berbasis pertanian, industri manufaktur, teknologi dan kreatifitas intelektual.

Pemerintah RI menyadari potensi ekonomi ini, dimana Presiden SBY mengeluarkan Instruksi Presiden Nomor 5, untuk menugaskan Departemen Perdagangan menyiapkan cetak biru pengembangan industri kreatif. Mulai dari periklanan; arsitektur; pasar seni dan barang antik; layanan komputer dan peranti lunak; televisi dan radio; kerajinan; riset dan pengembangan; permainan interaktif; musik; fashion; penerbitan dan percetakan; seni pertunjukan; desain; serta video, film dan fotografi.

Total sebanyak 14 sektor digolongkan dalam industri kreatif. Dan ekonomi kreatif ini telah kita rasakan kehadirannya di Indonesia. Sebagai contoh adalah kemunculan distro-distro bak cendawan di musim hujan, terutama di Bandung dan Yogyakarta. Bermunculannya film-film layar lebar sejalan kelahiran sejumlah sineas muda, atau konsultan arsitektur dan web designer lokal yang merambah (klien) mancanegara berkat internet.

Di sisi lain, melalui media massa kita sadar angka pencari kerja di Indonesia setiap tahun bertambah. Sejak 1997 sampai 2003, angka pengangguran terbuka di Indonesia terus meningkat, dari 4,18 juta menjadi 11,35 juta. Badan Pusat Statistik berdasarkan survei pada Agustus tahun lalu, menyatakan bahwa angka pengangguran terbuka di indonesia mencapai 9,39 juta jiwa. Atau sebesar 8,39 persen dari total angkatan kerja.

Setiap tahun sekolah menengah atas dan universitas meluluskan siswa dan tentunya menambah jumlah pencari kerja. Sementara lapangan kerja yang tersedia tidak tumbuh secepat jumlah angkatan kerja. Daripada lulus kuliah hanya mencari pekerjaan dengan mengirimkan surat lamaran kerja ke berbagai instansi, setiap individu bisa menciptakan pekerjaan mandiri alias menjadi entrepreneur (wirausaha).

Apalagi dalam usia belasan hingga 20-tahun ke atas, jiwa kreatif anak muda sedang ”mekar-mekarnya”. Masalah dana atau modal uang tak selalu menjadi faktor utama untuk memulai usaha. Melainkan ide, semangat dan jeli melihat pasar usaha.

Namun di balik semangat entrepreneurship serta ide-ide kreatif, ada rangkaian proses yang harus kita ketahui. Alasan terjun ke bisnis ini, teknik presentasi ke klien, manajemen diri dan manajemen SDM.

Hal ini bisa dibuktikan oleh Arief Budiman bersama teman-teman seangkatan ’94 Desain Komunikasi Visual (Diskomvis) FSR ISI, dalam membangun perusahaan kreatif Petakumpet.

Hanya bermula dari iseng mencari tambahan uang jajan sembari mengerjakan tugas rutin kampus. Bisa ditebak, proyek yang dikerjakan saat itu tak jauh-jauh dari bidang ilmu seperti membuat stiker, sablon, poster, spanduk dan komik.

Setelah berjalan lebih kurang 8 tahun, tepatnya pada 2003, Arief, Itok, Eri, Yudi dan Bagoes meresmikan bentuk badan usaha Perseroan Terbatas (PT) bernama Petakumpet AIM (Advertising, Illustration, Multimedia) sebagai langkah mewujudkan kerja yang lebih profesional. Saat itu, mereka mendirikan PT tanpa modal uang, tapi bermodalkan dua unit komputer 386 DX, satu scanner, satu printer dan satu kompresor. Lokasi usaha yang sebelumnya di sebuah studio migrasi, juga migrasi ke sebuah rumah yang pintu masuknya berupa gang sempit di Sorowajan, Yogyakarta.

Gaya studio dan komunitas yang serba boleh, juga mengalami perubahan menjadi sebuah perusahaan yang terstruktur diimbangi job management yang lebih berpola. Sebagai perusahaan, orang-orang di Petakumpet belajar membenahi internal management-nya dengan sistem planning dan akunting yang baku.

Semua perubahan ini disadari oleh Arief dkk, sebagai bagian dari proses mewujudkan profesionalisme. Bukan tanpa resiko. Dari rekan-rekan ’seperjuangan’ mundur, termasuk mengubah kebiasaan bangun siang khas anak kuliahan yang terkesan remeh.

Di sini, Arief belajar ada proses untuk mencapai hasil yang ingin diraih. Lima tahun kemudian, Petakumpet memiliki 30 staf dan lebih dari 350 klien. Pada 2000, pendapatan (revenue) sebesar Rp 133 juta, dan terus meningkat hingga mencapai lebih dari Rp 8 miliar pada 2008. Selain itu, berbagai penghargaan periklanan seperti Pinasthika Award, Cakram Award 2007, dan finalis Dji Sam Soe Award 2006 menjadi pengakuan kualitas.

Dalam buku ini, Arief membagi cerita yang menjadi catatan bernas bagi kaum muda yang ingin mencoba terjun ke dunia kreatif. Misalkan sebagai perusahaan periklanan non Jakarta (yang identik sebagai pusat kota periklanan tanah air), Arief justru jeli memanfaatkan kekayaan lokal sebagai ceruk ide. Ia menyarankan agar kita lepas dari stigma lokal, nasional, atau multinasional. Lebih baik percaya pada diri sendiri, dimulai dengan menangkap ide di sekitar serta mencoba memandang secara out of the box. Tak heran, kita dapat menemukan simbol tradisional dalam berbagai karya Petakumpet. Becak, Pasar Beringharjo, Gunung Merapi atau bahasa lokal.”.....berani bebaskan idemu. Tabrak pagar untuk menghasilkan ide yang kreatif atau nyeleneh.” (Halaman 112 – paragraf 1).

Buku Jualan Ide Segar, seolah menjadi curahan hati seorang Arief Budiman sebagai individu, entrepreneur sekaligus sarjana seni. Kita seolah tengah membaca catatan harian seseorang. Ada topik pengembangan diri, yaitu keberanian bermimpi, dan bagaimana memulai usaha. Memang terkesan tak fokus, tapi buku ini bisa menjadi percikan cerita segar –seperti segarnya jeruk oranye yang terpampang di sampul buku- untuk mengetahui langkah memulai usaha di bidang media/kreatif.

Senin, 13 Juli 2009

Sang Penyihir dari Portobello (The Witch of Portobello)

“Jalan Spiritual Wanita Portobello”

Pengarang : Paulo Coelho
Penerjemah : Olivia Gerungan
Penerbit : Gramedia Pustaka Utama, Maret 2009
Tebal : 308 halaman



Paulo Coelho saat ini termasuk salah satu novelis terkemuka di dunia. Berbagai karya termasuk ke dalam best seller, dan sudah diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia seperti Sang Alkemis, Di Tepi Sungai Piedra Aku Duduk dan Tersedu, Veronika Memutuskan Mati, The Zahir, dan 11 Menit.

Sebagian besar karyanya di atas, menggambarkan pencarian jati diri sang tokoh cerita, pengorbanan dan cinta. Selain itu, kekuatan untaian kata Coelho dalam bercerita seringkali membawa pembaca terhenti sejenak untuk merenungi dan meresapi kalimat di dalam cerita.

Bisa jadi karya-karya diatas terinspirasi dari perjalanan hidup Coelho sendiri. Berasal dari kelas menengah Brazil, Coelho mendapat tentangan dari kedua orangtua ketika ingin menekuni dunia artistik atau menjadi penulis.

Coelho muda pun memberontak. Bergabung dalam gerakan gerilya dan hippy, lalu terinspirasi jejak langkah Carlos Castaneda- berkelana ke penjuru Amerika Latin mencari pengalaman spiritual.

Ia sempat mengikuti gerakan pro kebebasan yang membuatnya berurusan pada represi kaum militer, hingga akhirnya di usia 26 tahun Coelho memutuskan bekerja tenang sebagai eksekutif di industri musik. Niat menulis tidak pernah serius dijalani hingga ia didatangi seorang pria dalam mimpinya. Pria tersebut menyarankan supaya Coelho kembali ke iman Katolik dan mempelajari sisi baik sihir.

Coelho benar-benar menemukan pria yang ditemui dalam mimpi dua bulan kemudian, di sebuah kafe di Amsterdam. Coelho lalu melanglang menyusuri Jalan ke Santiago, rute musafir abad pertengahan, yang mengilhaminya menulis The Pilgrimage setahun kemudian (tepatnya 1987) sebagai gambaran pengalaman dan penemuan bahwa hal-hal luar biasa bisa terjadi pada orang biasa.

Di buku Sang Penyihir dari Portobello, tokoh utama wanita bernama Athena, sepertinya orang kebanyakan. Namun memiliki daya spiritual yang tidak dimiliki orang kebanyakan.

Athena lahir dari rahim seorang Gipsi di Rumania, dan saat berumur kurang dari 3 bulan diadopsi oleh orang kaya asal Beirut, dibawa pulang ke negeri di Timur Tengah tersebut dan diberi nama Sherine Khalil.

Atas saran paman yang sepertinya tahu bahwa nama berbau Arab akan membawa masalah di kelak kemudian hari, mereka memanggil gadis ciliknya dengan sebuah nama yang cenderung netral. Athena merujuk pada dewi kebijaksanaan, kecerdasan, dan peperangan bagi orang Yunani.

Dari kecil Athena ’berbeda’ dari gadis lainnya. Ia punya kecendrungan religius yang kuat, mengatakan dirinya dikelilingi sekumpulan teman tak terlihat, dan meramalkan perpecahan panjang di Beirut. Ramalan itu menjadi kenyataan, lalu dia bersama keluarga pun migrasi ke Inggris, menikah di usia muda, bercerai dan menjadi single mother dari satu putra.

Athena terus mencari ’ruang kosong di dalam diri’. Hanya satu yang membuat dirinya tenang. Ia menemukan kebahagiaan dalam tarian hingga membawanya trans.

”......Menarilah dengan hanya diiringi suara perkusi; ulangi prosesnya setiap hari; ketahuilah bahwa, pada momen tertentu, matamu akan terpejam secara amat alami, dan kau akan mulai melihat cahaya yang datang dari dalam, cahaya yang menjawab pertanyaan-pertanyaanmu dan membangun kekuatanmu yang tersembunyi,” demikian kata Pavel Podbielski, pemilik apartemen. Ppria imigran Polandia ini membuat Athena paham untuk pertama kalinya bahwa menari bisa membawanya pada kepuasan spiritual.

Namun pencarian ’ruang kosong dalam diri’ belum berhenti ketika Athena memahami jalan cahaya (Vertex) yang berasal dari tradisi Siberia. Ia memboyong Viorel, sang anak, pergi ke Dubai dan sukses menjadi agen properti. Akan tetapi, keberhasilan secara materi tak pula membawa kebahagiaan. Di kota ini Athena sempat belajar kaligrafi, hingga akhirnya ia memutuskan menelusuri jejak ibu kandung ke Rumania, yang justru mempertemukan dirinya dengan Edda yang akhirnya menjadi guru spiritualnya.

Athena selanjutnya menularkan ajaran spiritualnya ke penduduk London, dalam bentuk kebijaksanaan universal Hagia Sofia, dan pada akhirnya menimbulkan reaksi pro dan kontra. Ada pengikutnya, dengan tujuan bermacam-macam. Menemukan kebahagiaan, atau sekadar ingin tahu dan minta diramal. Sebaliknya kelompok penghujat menjulukinya sebagai Sang Penyihir dari Portobello.

Hingga suatu hari ditemukan mayat wanita yang identitasnya dikenali sebagai Athena.

Kisah tentang Athena bergulir paska kematiannya, dari penuturan orang ketiga. Heron Ryan, jurnalis yang jatuh cinta pada Athena sejak pertemuan di Rumania. Guru spiritual Athena, Deidre O’Neill atau lebih dikenal dengan nama ”Edda”. Ibu angkat Samira R. Khalil, Andrea McCain (aktris), Sejarawan Antoine Locadour, pemilik apartemen tempat Athena pernah menyewa kamar, dan mantan suami Athena. Masih adapula tokoh-tokoh lain yang sempat bersinggungan dengan wanita yang meninggal sebelum berusia 30 tahun itu.

Darah Gipsi mengalir dalam tubuh Athena yang membuatnya menikmati bunyi-bunyian dan tarian. Ditinjau dari ilmu antropologi kita juga memahami tradisi lama menghormati Dewa, Yang Maha Agung, atau Maha Besar dalam bentuk tarian pemujaan. Misalkan Whirling Dervishes dalam aliran Sufisme. Atau dalam buku ini menyebutkan tentang tari jalan cahaya atau Vertex dari kaum Siberia yang diajarkan oleh Podbielski.

Athena menemukan kedamaian dalam Tuhan yang feminin. Tuhan dalam bentuk ”Dewi” atau ”Ibu” dalam pencarian ibu kandungnya. ”Dewi” yang memberikan sisi wanita yang melindungi kita di saat bahaya, menemani saat kita menjalankan kegiatan sehari-hari dengan penuh cinta dan sukacita. Sekali lagi kita diingatkan akan cinta, sebuah kisah perjalanan menemukan kedamaian spiritual dan pengorbanan atas nama cinta.

Kamis, 09 Juli 2009

The Bucket List: Sekeranjang Cita-cita Sebelum Ajal

bagaimana bila masa hidupmu sudah ditentukan kurang dari setahun?

dua orang pasien kanker dirawat dalam satu ruangan. Carter Chamber (Morgan Freeman), teknisi dari keluarga sederhana mengidap kanker paruparu. Edward Cole (Jack Nicholson), pengusaha kaya raya juga mengidap kanker stadium lanjut. keduanya berbagi masa lalu dan kelucuan.

Carter mudah mengingat sejarah. cita-citanya menjadi seorang profesor sejarah kandas di masa mudanya karena "tidak punya duit, berkulit hitam, dan pacarnya hamil". Edward seorang pengusaha sejak masih muda, kini ia seorang konglomerat dan sebatang kara. sudah empat kali ia kawin cerai. katanya: semangatnya sebagai lajang sulit diperdamaikan dalam ikatan perkawinan. Carter punya kegemaran minum kopi Luwak (ini menarik, karena produk Indonesia). keduanya divonis dokter tidak lebih setahun masa hidup mereka yang tersisa.

Carter membuat coret-coretan di secarik kertas "The Bucket List" atawa sekeranjang daftar cita-cita. serupa dengan "things to do before die". dalam satu kesempatan, Edward membaca catatan tersebut dan tertarik untuk mewujudkannya.

berdua mereka kabur dari rumah sakit, kegilaan petualangan mereka mulai: skydiving, balapan mobil, perjalanan safari di Afrika, menyaksikan piramid Mesir serta keindahan dunia.

dalam perjalanan itu terungkap pandangan dan keyakinan Edward yang skeptis. segalanya diukur dengan materi (uang) dan nyaris melupakan afeksi personal serta iman. tatkala berada di piramid, Carter bercerita: menurut keyakinan orang Mesir kuno, pada saat mereka mati, di akhirat mereka hanya akan diberi dua pertanyaan: 1. apakah engkau bahagia dalam kehidupan ini? 2. apakah engkau telah membagikan kebahagiaan itu kepada orang lain?

Edward mengalami krisis dalam hubungan dengan puterinya gara-gara terlalu mencampuri urusan rumah tangga puterinya. ia membayar orang menghajar menantunya karena suka melakukan KDRT. itu dilakukan karena dia sebagai ayah sayang pada puterinya, namun justru membuat puterinya malah menjauhinya.

kelucuan masih berlanjut ketika Carter menceritakan rahasia kenikmatan Kopi Luwak dalam surat yang dibacakan oleh Edward: "kopi luwak adalah koping paling mahal di dunia, bahkan termasuk ajaib bagi sebagian orang... di pedalaman Sumatra tempat kopi ini tumbuh, hidup sejenis musang liar pemakan kopi. dalam perut musang, kopi ini dicerna dan dibuang sebagai kotoran. penduduk desa mengumpulkan dan mengolahnya. jadi, perpaduan biji kopi dan enzim pencernaan perut musang, menjadikan Kopi Luwak ..."
Edward merasa keberatan dan protes: "tapi, rasa dan aromanya begitu unik... kau ngibul!"
Carter menjawab: "si musang yang maksa bilang begitu..."
mereka berdua tertawa gila-gilaan. satu lagi item dalam Bucket List: tertawa gila-gilaan, sudah terpenuhi.

satu per satu daftar mereka dicoret, terpenuhi.

kehidupan perlahan-lahan menunjukkan kepenuhannya pada hidup Edward. tiga bulan pertemanannya dengan Carter membuatnya mengerti makna hidup: membagikan sukacita kepada orang lain.

dia tidak perlu lagi cemas bila mati harus dikuburkan dalam peti emas, atau dikremasi, atau lalu diapakan...

Carter memberi kesaksian mengenai Edward seperti ini:
He was 81 years old. Even now, I can't claim to understand the measure of a life, but I can tell you this: I know that when he died, his eyes were closed and his heart was open, and I'm pretty sure he was happy with his final resting place because he was buried on the mountain, and that was against the law...

film ini amat menghibur dan mengesan, karena itu patut mendapat 8 dari 10 bintang.

Minggu, 28 Juni 2009

Ice Age 3 – Dawn of the Dinosaurs


Terjun ke Dunia Dino

Sutradara : Carlos Saldanha, Mike Thurmeier
Pemain (Pengisi Suara) : Ray Romano, John Leguizamo, Denis Leary, Queen Latifah, Simon Pegg



Kita kembali menyaksikan petualangan geng Ice Age dalam sekuel ketiga. Awal cerita dibuka dengan krisis identitas para tokoh utama.

Manny dan Ellie sedang menanti bayi mammoth. Manny jadi super panik dan sibuk menyiapkan taman bermain untuk bayinya.

Diego, macan taring (sabretooth) menderita krisis identitas. Fisik melemah, ngos ngosan mengejar buruan dan ingin mencari atmosfir baru. Sementara Sid kukang pun merasakan kehilangan masa-masa keakraban bersama sahabatnya, Manny dan Diego.

Tak sengaja Sid menemukan 3 telur, dan berpikir hendak mengasuh bayi di dalam telur tersebut seperti anak sendiri. Dasar Sid memang pembuat masalah, ternyata telur tersebut milik T-Rex. Tentu saja, Mama T-Rex murka, mencari anaknya dan membawa 3 bocah yang telah lahir bersama Sid kembali ke sarangnya.

Yap! Ternyata jauh di bawah lapisan salju tempat para Ice Age bermukim, tersembunyi hutan tropis dari makhluk-makhluk zaman Jura. Pada saat itu, kondisi lapisan es semakin tipis dan terbatas. Lapisan es yang mencair membuka jalan penghubung antara lapisan es tebal dan wilayah bagai hutan kawasan tropis.

Bak Professor Challenger dan kawan-kawan memasuki Lost World dalam karya Sir Arthur Conan Doyle, Manny, Ellie, Diego, serta dua possum bersaudara sahabat Ellie, Eddie dan Crash memasuki hutan mencari Sid.

Di dunia yang baru mereka kenali, banyak kejutan mereka temui. Manny yang setinggi 6 meter kalah besar dibandingkan makhluk-makhluk zaman Jura seperti T-Rex, brontosaurus, bahkan Rudy.

Rudy? Siapa dia? Ini tokoh antagonis, dinosaurus Baryonyx albino yang sangat besar dan ditakuti di penjuru hutan tropis. Dalam suatu pertempuran Rudy kehilangan satu gigi taring dalam bertarung bersama Buck the Wild.

Si musang petualang Buck menjadikan gigi taring Rudy sebagai pisau belati. Namun pertempuran itu juga mengakibatkan Buck yang berujung kehilangan satu mata.

Buck yang sepertinya memiliki never ending battle bersama Rudy, menjadi penolong Manny dan teman-teman dalam mencari Sid serta kembali ke habitatnya.

Secara keseluruhan jalan cerita sekuel ketiga lebih seru ketimbang film-film sebelumnya. Tokoh yang lebih variatif ditopang setting lokasi yang lebih berwarna.

Dedaunan hijau, hewan dalam kulit berwarna-warni, geomorfologi yang lebih variatif, mulai dari hutan belantara, danau, hingga gunung berapi tentu pemandangan lebih memikat mata.

Bandingkan saja dengan sekuel pertama dan kedua mata penonton disuguhi warna salju putih hampir sepanjang film. Animasi grafis komputer juga terasa lebih baik dan smooth.

Tupai purba Scrat yang selalu mencari kenari, kali ini mendapat porsi tampil lebih banyak. Bahkan, Scrat juga mendapat pendamping seekor tupai betina bernama Scratte.

Film ini juga mengajarkan perlunya kekompakan antar rekan, dan persahabatan di atas segalanya. Film yang dirilis oleh Fox International ini juga sarana tepat jika Anda mau meluangkan waktu pula untuk sedikit memberi pembelajaran tentang paleontologi kepada si kecil. Sekitar 1 jam lebih penonton siap tertawa dalam suguhan film yang layak tonton bagi semua umur.

Jumat, 29 Mei 2009

Terminator Salvation (T4): mesin manusiawi

bagaimana bila kehidupan dikendalikan oleh mesin ciptaan manusia? bagaimana bila manusia berhadapan melawan ciptaannya sendiri? demikian pertanyaan yang hendak dijawab film Terminator Salvation: The Future Begins. meskipun pemeran utama tidak lagi dipegang oleh Arnold Schwarzenegger yang kekar dan macho itu, sekuel Terminator tetap saja menarik bagi penikmat aksi manusia melawan robot.

Christian Bale (Batman Begins dan The Dark Knight) dengan suara serak-seraknya berperan sebagai John Connor pemimpin gerakan separatis melawan Skynet dan mesin-mesin pembunuhnya. tidak tanggung-tanggung mesin-mesin itu gentayangan di darat, air, dan udara demi mengejar dan menangkapi manusia. dari sinilah ketegangan dibangun, dan jalinan cerita dikembangkan.

Connor berhadapan dengan Marcus Wright, seorang dengan masa lalu sebagai pembunuh. Marcus dieksekusi mati, sebelumnya ia telah meneken surat perjanjian untuk penggunaan organ tubuhnya untuk keperluan riset. di tahun 2018, Marcus 'bangkit' dan ingin mengetahui apa yang telah terjadi pada dirinya setelah eksekusi mati hingga keberadaannya di tahun 2018.

apakah Marcus kemudian menjadi tokoh jahat atau antagonis? pertanyaan ini terkesan terlalu sederhana untuk dijawab hingga pada akhir film karena animasi pertarungan manusia melawan mesin masih terlalu mengasyikkan sebagai tontonan.

sebelum sebuah drama (yang seperti dipaksakan) digelar pada akhir film. dan tampaknya kalimat: "dirimu adalah manusia, bukan mesin. jadi bersikaplah sebagaimana manusia..." menjadi pesan utama yang ingin disampaikan di T4.

untuk adegan aksi dan drama, film Terminator Salvation menurut saya layak mendapat 7,5 dari 10 bintang.

Rabu, 27 Mei 2009

Detektif Conan No. 53


Oleh : Aoyama Gosho
Penerbit : PT ELex Media Komputindo (Mei, 2009)


Detektif SMU, Shinichi Kudo masih menjelma sebagai bocah cilik bernama Conan Edogawa, dalam seri ke-53, bertemu dengan rival utama Kaito Kid.

Pelukis Takeyori Oikawa mendapat surat ancaman tertanda dari Kaito Kid yang mengatakan bakal mencuri Mountain Air, karya terakhir dari 4 lukisan karya pelukis terkemuka itu.

Oikawa memanggil Detektif Kogoro –yang tentu saja datang bersama Conan dan Ran- untuk menghindari pencurian. Namun, yang terjadi kasus pembunuhan dimana korban adalah bapak mertua Oikawa.

Benarkah Kaito Kid si jago sulap terlibat pembunuhan? Pembaca sepanjang cerita sudah bisa menebak siapa pelaku sesungguhnya. Cuma cara pelaku membunuh korban yang membuat penasaran. Meski bagi pembaca setia Detektif Conan rasanya bakal menemukan modus dan gaya yang nyaris serupa di edisi-edisi sebelumnya.

Kasus berikutnya sebuah teka-teki sederhana dari Ibu Guru kelas 1-B, bertujuan mengakrabkan seluruh murid.

Dan masih ada 2 kasus pembunuhan lagi yang harus dipecahkan oleh Conan bersama Detektif Kogoro. Kasus terakhir menggantung pembaca dengan sebuah kasus pembunuhan yang membawa Conan kilas balik pada kejadian bersama reporter berita Rena Mizunashi dan Organisasi Hitam, musuh bebuyutan yang menyebabkan Shinichi terperangkap dalam badan berusia 7 tahun.

Dengan petualangan yang mencapai seri ke-53, masih sabarkah pembaca menanti Conan selesai mengejar Organisasi Hitam dan mengembalikan diri ke bentuk semula?

Jumat, 15 Mei 2009

Angels and Demons movie: wisata di Roma dalam 2 jam

novel Dan Brown yang ditulis sebelum "The da Vinci Code" (TdVC) berjudul "Angels and Demons" (AD) diangkat ke layar lebar. tokoh superhero masih Robert Langdon, ahli simbologi dari Universitas Harvard (jangan coba mencari jurusan simbologi di Harvard, karena memang cuma ada di novel Dan Brown). film ini ditampilkan seolah-olah merupakan sekuel (kelanjutan) TdVC.

bila dalam TdVC, Prof. Langdon menghadapi simbol-simbol karya Leonardo da Vinci sehubungan dengan Maria Magdalena dan kelompok khusus yang disebut-sebut berusaha melindungi keturunannya dengan segala macam cara, pada AD Prof. Langdon berhadapan pada karya-karya Gian Lorenzo Bernini.

diawali dengan penemuan partikel "anti-materi" (teks di layar bioskop dengan jeleknya menyebutnya: anti-meter) di sebuah laboratorium di Italia, yang disebut-sebut sebagai "God's particle", karena merupakan biang terjadinya Penciptaan. salah satu tabung berhasil dicuri. pesan yang ditinggalkan pencuri: satu per satu kardinal kandidat paus akan dieksekusi setiap jam. dan tepat pukul 12 malam, Vatikan akan diledakkan menggunakan tabung anti-materi.

utusan Vatikan menghubungi Prof. Langdon, mengingat reputasinya sebagai ahli simbologi, dan memintanya untuk segera memecahkan teka-teki kelompok Illuminati sang pengirim pesan tersebut. menurut saya aneh saja, bila dimaksud reputasi Langdon dalam TdVC, maka kurang logis bila sampai Vatikan meminta bantuan Langdon. apa boleh buat, penonton musti maklum TdVC telanjur lebih dulu tenar baru kemudian prekuelnya ini diangkat.

maka alur ketegangan berseliweran sepanjang film: di kapel Sistina tempat para pangeran Gereja (kardinal) mengadakan pemilihan paus baru (konklaf), perpustakaan Vatikan yang ditampilkan begitu elok dan canggihnya, basilika-basilika yang tersebar di kota Roma, dan lapangan St. Peter (St. Peter Square). seolah-olah sebuah wisata kota Roma dalam suatu ritme yang memacu rasa ingin tahu!

dalam AD, Dan Brown berhasil menempatkan Galileo, Bernini dalam satu barisan Illuminati sebagai musuh resmi Gereja dan sekaligus memperlihatkan sisi manusiawi para pemimpin Gereja. sayang sekali, Ewan McGregor (yang begitu memukau dalam "Moulin Rouge!") tampak amat canggung dan tidak terlalu meyakinkan dalam peran sebagai Camerlengo atawa Chamerlagne, yakni orang yang ditunjuk oleh Paus yang mangkat sebagai pengganti sementara.

demikian pula pada adegan penyingkapan rahasia si Camerlengo, terasa janggal bahwa para kardinal yang berada di kapel Sistina sudah melihat rekaman pembunuhan kepala polisi Vatikan (posisi ini juga jelas hanya rekaan Dan Brown), yang berarti melebihi kecepatan berjalan Camerlengo, padahal kardinal itu kan sudah berumur lanjut!

AD berhasil menampilkan suspens dengan latar belakang Gereja Katolik. sutradara Ron Howard berhasil menangkap sudut-sudut dan detail menarik dan menjelaskannya ibarat pemandu wisata. meskipun, karena dilarang pihak Vatikan, film ini sebetulnya membuat lokasi tiruan lingkungan Vatikan semirip mungkin.

ibarat mengikuti wisata selama 2 jam, penonton perlu menyiapkan adrenalin dan snack yang cukup. dan tak perlu kaget, bila pada akhir film menemukan pesan ini (sebagaimana di film Spiderman, Batman, Twilight dan superhero lainnya): pemimpin Gereja juga manusia... manusia yang dipilih Tuhan menjadi pemimpin.
"please write gently...", demikian pesan pemimpin Gereja pada Langdon yang ingin menyelesaikan karyanya mengenai Galileo.

untuk wisata yang menegangkan dan lokasi-lokasi menarik yang disajikan, menurut saya AD layak mendapat 8,5 bintang dari 10.

Minggu, 05 April 2009

Tea for Two, Bukan Kisah Cinta Cinderella


Resensi ini dimuat pada Koran Tempo, Minggu, 05 April 2009

Judul: Tea for Two
Pengarang: Clara Ng
Penerbit: PT Gramedia Pustaka Utama
Edisi: I - Februari 2009
Tebal: 312 halaman

"Izinkan," Alan berkata lembut, "aku menjadi bilangan primamu. Bilangan prima yang hanya bisa dibagi dengan bilangan itu sendiri atau dibagi dengan angka satu. Angka satu adalah kamu, satu-satunya dan selalu menjadi nomor satu."

So... sweet! Perempuan mana tak klepek-klepek dibombardir perhatian dalam kalimat puitis seorang pria. Dari percakapan dan pesan pendek di telepon seluler, mengirim selusin mawar putih disertai puisi romantis, hingga ajakan menonton pertunjukan musisi asing.

Apalagi Alan Nashar (Alan) berwajah tampan, hangat, dan mapan secara finansial. Semua ini menjadikan Sassy Karenina (Sassy) yakin menerima lamaran Alan untuk menikah. Ini semua selaras dengan dunia Sassy yang penuh warna cinta.

Sassy adalah perempuan modern, lulusan universitas terkenal, dan memiliki perusahaan mak comblang sekaligus wedding organizer. Tak ada tanggung jawab dan kebahagiaan yang lebih besar bagi Sassy daripada mempertemukan dua orang yang saling tak mengenal, menjodohkan hingga menggiring mereka menuju kehidupan pernikahan.

Perusahaannya berkembang baik, hingga ia bertemu dengan sosok Alan.
Cinta pandangan pertama yang tak bertepuk sebelah tangan. Kisah mereka berlanjut hingga bermuara di pelaminan 8 bulan kemudian. Namun, kisah mereka bukan dongeng masa kecil yang berakhir dengan pernikahan putri dan pangeran yang bahagia selama-lamanya.

Dimulai tepat pada hari kedua bulan madu mereka di Bali, Alan menampar Sassy. Alan cemburu melihat Sassy mengobrol akrab dengan pria bule di kolam renang hotel mereka. Meski kaget, Sassy menerima permintaan maaf dan janji Alan untuk tak mengulanginya.

Namun, Alan semakin merajalela. Ia membatasi hubungan Sassy dengan ketiga sahabatnya, Rose, Carmanita, dan Naya. Ia juga menyuruh Sassy menjual perusahaan hingga mengatur potongan rambut dan penampilan Sassy.

Makian dan siksaan fisik mengisi kehidupan perkawinan Sassy. Mata Alan yang awalnya jenaka menggoda bisa berubah menjadi dingin. Sikap yang semula ramah berubah jadi bermulut tajam. Gaya kontradiksi Alan selalu berlandaskan rasa sayang yang diiyakan Sassy dengan sikap mengalah. Atau lebih tepatnya, Sassy percaya Alan mencintainya. Digabungkan dengan rasa takut kehilangan, dan kehamilan membuat Sassy enggan bercerai.

Namun, rasanya harapan Sassy sia-sia. Kehamilan tak membuat sikap Alan berubah serta berupaya menjadi calon ayah yang baik. Kehadiran Emma, nama putrinya, tak mengubah Alan. Bahkan Alan berani ketahuan berselingkuh dengan temannya.

Intinya penulis ingin menyampaikan bahwa pernikahan tak selalu menjamin kebahagiaan. Justru kadang bisa menjadi tembok derita bernama kekerasan dalam rumah tangga (KDRT). Sayangnya, cerita Tea for Two, yang sebelumnya dimuat sebagai cerita bersambung Kompas Oktober 2008-Februari 2009, menyisakan logika mengganggu.

Misalnya, di bagian akhir diceritakan dalam setahun sejak perceraian Sassy kembali menjalankan bisnis mak comblang plus wedding organizer dengan nama perusahaan Tea for Two lagi. Padahal di bagian tengah dikemukakan Sassy--atas saran Alan demi keutuhan rumah tangga--sudah menjual perusahaan tersebut pada pihak lain. Biasanya nama merek dagang atau bendera perusahaan menjadi hak pemilik baru sehingga tak mudah kembali menjalankan usaha dengan nama yang sama.

Lalu kutipan di halaman 310: "Bertiga mereka berjalan menuju mobil Toyota Alphard milik Sassy". Dahsyat betul, Sassy mampu membeli mobil senilai hampir Rp 1,1 miliar dalam setahun setelah bisnis harus kembali ke titik nol, sementara perceraiannya masih terkatung-katung, yang artinya Sassy belum memperoleh harta gono-gini.

Memang bukan masalah benar. Sejumlah pembenaran bisa saja kita pikirkan. Bisa saja keluarga Sassy memang kaya raya atau Sassy amat bekerja keras sehingga mampu membeli mobil mewah atau Sassy mampu menyewa mobil dalam jangka waktu tertentu atas nama perusahaannya.

Tapi yang lebih parah adalah kontradiksi dalam latar belakang keluarga Sassy. Di awal (pada halaman 21), Sassy menyebutkan diri berasal dari keluarga harmonis. Simak saja kalimat ini: "Sebutlah orang tua saya sebagai contoh. Mereka adalah pasangan mesra yang membuat mata saya selalu melirik cemburu kepada kekompakan mereka. Dan setidaknya membuat saya harus bersyukur mempunyai orang tua yang sempurna".

Tapi, di halaman 212, dalam pertengkaran antara Mama dan Sassy di ruang praktek dokter anak, terpapar masa kecil Sassy yang trauma akibat ayahnya meninggalkan keluarganya setelah bertengkar hebat dengan Mama.

Namun, secara keseluruhan, Tea for Two menyajikan jalan cerita renyah dan mengalir. Termasuk kesetiakawanan empat perempuan metropolis lengkap dengan dunia khasnya. Pembaca bisa mengerti terperinci jalan cerita karena pikiran dan kilas balik peristiwa yang dialami Sassy tertulis dalam font Arial, berbeda jenis dengan jalan cerita utama yang tertuang dalam Times New Roman.

Buku ini merupakan karya ke-11 Clara Ng. Tulisan jebolan Ohio State University Jurusan Interpersonal Communication ini banyak membahas soal perempuan, keluarga, dan cinta. Namun, peraih Adikarya Ikapi selama tiga tahun berturut-turut (2006-2008) itu juga menghasilkan cerita anak-anak yang lumayan berkualitas.

Senin, 16 Maret 2009

Slumdog Millionaire: satir kemiskinan

apa bedanya kehidupan dengan tayangan televisi? film Slumdog Millionaire menyajikan potongan-potongan kehidupan seorang Jamal Malik yang seolah dirangkai sebagai gambar puzzle dalam setiap pertanyaan tayangan Who Wants to be a Millionaire.

tengoklah setiap jawaban yang diberikan mengandung kilas balik potongan kisah yang getir. misalnya, Amitabh Bachan idola yang takkan pernah dilupakannya. saat Jamal kecil terkunci di sebuah kakus di atas sungai, ia berusaha keluar untuk dapat menjumpainya. sampai-sampai ia terjun bebas ke dasar kakus. berlumuran tinja, ia mengacungkan foto untuk ditandatangani sang artis idola.

setiap babak pertanyaan, mengantarnya pada babak lain kehidupan. bagaimana ibunya tewas karena kerusuhan agama di India. bagaimana Jamal bersama Salim, kakaknya bertahan hidup di tengah pahitnya kemiskinan. sekelompok bandit yang menyekap anak-anak jalanan dan mempekerjakan mereka sebagai pengemis secara tidak manusiawi. dan Jamal yang jatuh hati pada Latika, gadis jalanan. motivasinya untuk ikut acara Who Wants to be a Millionaire juga tidak lain demi Latika, kekasih hatinya.

film yang dibesut Danny Boyle dan Loveleen Tandan ini diganjar 8 piala Oscar (2009) dan memenangkan penghargaan dari British Independent Film Award (2008). tak kurang film ini juga mendapat kecaman dari negaranya sendiri, India, karena dianggap mengeksploitasi kemiskinan.

film Slumdog memang berbeda aras dengan film-film Bollywood yang menawarkan pembebasan dan mimpi-mimpi indah dunia. ia menampilkan potret kekumuhan dan kerasnya kehidupan kaum marjinal di Tanah Hindustan.

kalimat-kalimat yang diucapkan Jamal cukup membuat sindiran lucu. misalkan, ketika ia siuman dan berada di Agra, Jamal bertanya pada Salim kakaknya: "apakah kita sudah berada di surga?"
Salim menjawab: "engkau belum mati, Jamal..."
Jamal terpesona memandang Taj Mahal di kejauhan dan berkata: "apakah itu sebuah hotel?"
penonton boleh terbahak-bahak pada bagian Agra ini. karena Jamal yang kemudian menjadi pemandu wisatawan asing amatiran, menjelaskan Taj Mahal dengan cara pandangnya sendiri yang tentu sangat berbeda dengan buku panduan. dengan tenangnya, Jamal berkata: "The guide book was written by a bunch of lazy good-for-nothing Indian beggars". halah...

kisah Slumdog sebetulnya diangkat dari novel Q&A karya Vikas Swarup dan telah diterjemahkan ke bahasa Indonesia berjudul "Teka-teki Cinta Sang Pramusaji" (Serambi). begitu film ini meledak, dalam tempo 1,5 bulan terjual 35.000 kopi buku.

menurut saya film ini layak mendapat 8 dari 10 bintang.

Sabtu, 14 Maret 2009

from Australia with love


film Australia berdurasi 2,5 jam cukup membuat ujian kesabaran. apakah penonton akan betah memelototi layar selama itu dan mengurai jalinan kisah yang cukup kompleks? ternyata bisa. film yang dibesut Baz Luhrmann (Moulan Rouge!, Romeo+Juliet) menghadirkan kisah yang mengalir seperti drama panggung dengan latar Australia serta keindahan alamnya.

Nicole Kidman berperan sebagai Lady Sarah Ashley, berangkat dari Inggris ke Australia di tahun 1939 untuk menjumpai suaminya. sang suami punya peternakan Faraway Downs dan mendapat order sebagai pemasok 2000 ekor ternak untuk memenuhi logistik Perang. tragis, suaminya tewas. Fletcher, yang bekerja mengelola peternakan, sebagai tokoh antagonis. dialah sang pembunuh, sekaligus pencuri ternak. ini diceritakan oleh Nullah, seorang bocah aborigin campuran yang tinggal di Faraway Downs.

Fletcher dipecat dan diusir oleh Lady Sarah. kemudian dia bekerja pada Carney, pengusaha ternak terbesar di sana. ketika Lady Sarah dan peternak dari Faraway Downs menggiring ribuan ternak untuk memenuhi order tadi, Fletcher berulah lagi. dia membakar pepohonan. ternak berlarian ketakutan di antara tebing-tebing bukit. hingga suatu ketika ternak berlarian menuju jurang, sebagaimana diharapkan si jahat Fletcher, dan di tepi jurang berdiri Nullah...

Nullah mengeluarkan kemampuan sihir yang diperoleh dari kakeknya. ia berdiri tenang, menatap para ternak yang berlari ke arahnya, menggerakkan tangannya. seketika mereka semua berhenti... luar biasa!

kisah cinta terjalin di sini antara Lady Sarah dan Drover yang diperankan Hugh Jackman (The X-man). di tengah tandusnya padang, mereka berhasil mengantar ribuan ternak menuju ke kapal yang sudah siap mengangkut, dan mengalahkan peternakan Carney dan Fletcher.

kejahatan Fletcher makin menjadi-jadi. Mr.Carney bosnya dibunuhnya dengan cara didorong ke sungai penuh buaya. Fletcher menjadi penguasa peternakan terbesar dan berambisi menguasai Faraway Downs.

di tengah film, Nullah memainkan lagu "Somewhere over the rainbow" dengan harmonika. indah sekali terdengar. demikian juga, menjelang akhir film, ketika Nullah dan Drover disangka sudah tewas akibat penyerbuan Jepang yang meluluhlantakkan wilayah utara Australia, musik harmonika Nullah dari kejauhan dapat didengar Mrs.Boss (panggilan Lady Sarah).

Drover juga sempat patah hati. ketika berada di sebuah pohon di padang, tempat mereka dulu mengaso dan pertama kali ia jatuh hati pada Lady Sarah, kalimat ini diucapkan temannya: "Without love, you are nothing. You will have no dreams, no hope..."

kupikir inilah kalimat kunci film ini. sebuah Australia yang meskipun kemudian hancur, dibangun dengan cinta dan pengharapan. bukan dengan ambisi buta dan kejahatan sebagaimana dibuat Fletcher.

Somewhere, over the rainbow, way up high.
There's a land that I heard of Once in a lullaby.

Somewhere, over the rainbow, skies are blue.

And the dreams that you dare to dream
Really do come true.

menurutku film ini layak mendapat 8,5 dari 10 bintang.

Senin, 09 Maret 2009

Across the Universe

Sepenggal Cinta Terangkum di Beatles

Pemain : Jim Sturgess, Evan Rachel Wood
Durasi : 1 jam 49 menit

Persamaan antara film ”Across the Universe” dengan “Mamma Mia! The Movie”, keduanya termasuk dalam genre Film Musikal dengan jalan cerita terinspirasi lagu-lagu sebuah grup musik.

Jika sepanjang film Mamma Mia! dihiasi lagu dari ABBA, maka lagu-lagu Beatles mewarnai "Across the Universe" (ATU) selama 1 jam lebih.

Setelah menonton ATU, saya jadi menyimpulkan jika jalan cerita Mamma Mia! menjadi ’terpaksa’ menyesuaikan lirik lagu –film memang diangkat dari skenario operet atau drama musikal yang dipentaskan di panggung teater- sementara ATU yang skenarionya ditulis oleh Dick Clement ini terasa lebih mengalir.

Tokoh utama bernama Jude dan Lucy (yap! Seperti judul lagu Hey Jude dan Lucy in the Sky with the Diamond).

Jude pemuda tanggung asal Liverpool, seperti kota asal John Lennon cs, yang bekerja sebagai pekerja galangan kapal pergi mencari ayah kandungnya ke Amerika Serikat (AS). Ternyata, sang ayah sudah punya kehidupan baru dan keluarga baru di AS.

Tapi kepergian mencari ayahnya hingga ke kampus Princeton, mengantarkan Jude berkenalan dengan Max. Mereka berdua menyewa kamar bersama penyanyi wanita Sadie (yang sosoknya mengingatkan kita pada karakter Janis Joplin) dengan grup band Sadie and the Po Boys yang gitarisnya mengingatkan kita pada dewa gitar Jimi Hendrix.

Yah, saat itu tahun 60-an, ketika semangat kebebasan, obat bius dan Generasi Bunga menjadi bagian dari kehidupan generasi mudanya.

Max secara naif mendaftarkan diri menjadi tentara ke Vietnam. Hal ini semakin menimbulkan sikap anti perang dalam diri adik Max, Lucy, yang kehilangan pacar di medan perang yang sama sebelum menjalin hubungan dengan Jude.

Pada dasarnya, ATU adalah cerita cinta dan universal sepanjang masa. Tentang pencarian jati diri, kesalahan di masa muda, serta pengalaman hidup. Bagaimana tokoh Jude, Lucy dan Max memperoleh pembelajaran dari kehidupan nyata bahwa dunia bukan taman bermain yang diisi dengan senang-senang belaka. Hidup bersama Jude dan Lucy juga mengalami pasang surut tak hanya bercinta dan ’bunga-bunga’. Lalu Max yang kembali ke tanah air dalam kondisi terluka. Suatu pelajaran besarrr bagi anak yang sepanjang hidupnya tak pernah serius.

Kamu juga ga harus memahami atau menjadi penggemar The Beatles dulu untuk menikmati film yang disutradarai Julie Taymor ini.

Tema cerita terasa lebih dalammmmmm ketimbang Mamma Mia! Sebagai kilas balik, Mamma Mia! The Movie berkisah tentang tokoh utama Sophie Sheridan mencari siapa sebenarnya ayah kandungnya. Sialnya, dari hasil temuan diari sang ibu, dalam waktu berdekatan ibunya dekat dengan 3 pria sehingga Sophie memutuskan mengirimkan undangan perkawinan kepada setiap mantan pacar ibunya tersebut untuk mengetahui siapa bapak biologisnya. Sebuah cerita di abad ke-21 yang sebetulnya bisa dipecahkan dengan Tes DNA, atau silahkan hitung tanggal kelahirannya dengan jeda hubungan sang ibu (yang tersirat jelas dalam diari).

Oke, kesimpulan :
Across the Universe = bagus, menghibur, dan kategori tontonan Dewasa
Mamma Mia! = ringan, menghibur dan masuk kategori tontonan Remaja

Kamis, 26 Februari 2009

Marley & Me

Pasangan pengantin baru John dan Jenny Grogan (yang masing-masing diperankan oleh Owen Wilson dan Jennifer Aniston), pindah dari Michigan ke West Palm Beach, Florida. Mereka berdua sama-sama jurnalis di koran lokal.

Sejumlah rencana sudah ada di dalam benak mereka : pindah dari kota yang dingin ke daerah Florida yang menawarkan mentari hangat. John serius meniti karier sebagai reporter harian di Sun-Sentinel sementara Jenny penulis feature di harian New Beach Post. Lalu mereka membeli rumah, dan berencana punya anak. Namun sebelum anak lahir, mereka mengadopsi anjing supaya naluri merawat makhluk hidup terasah.

Akhirnya, mereka membeli seekor anak anjing labrador seharga US$275 (yang betina berharga lebih mahal US$25) di sebuah peternakan. Anjing jantan jenis labrador itu dinamai Marley, diambil dari nama legenda reggae Bob Marley.

Marley awalnya terlihat bagai anak anjing menggemaskan. Namun tak perlu waktu lama untuk akhirnya mereka menyadari bahwa anjing mereka memiliki nafsu makan besar, hiperaktif, senang mengacak-acak dan mengunyah sofa. Hampir apapun yang bisa dikunyah tak bakal lepas dari gigitannya, termasuk underwear Jenny, bantal tempat tidur, bahkan pernah menelan kalung rantai hadiah John untuk Jenny.

Bahkan Marley diusir dari sekolah pelatihan anjing hanya dalam hitungan jam. Marley yang doyan mangga ini hanya takut dengan petir. Kalau hujan dengan petir menyambar, maka Marley tak berhenti melolong panjang sekaligus bersembunyi ke majikan.

Tapi jalan cerita ini tidak seperti film-film bertema binatang seperti Beethoven, MPX atau Rin Tin Tin. Bukan tokoh binatang jagoan menolong majikan seperti umumnya film anak-anak.

Makanya film ini lebih tepat bagi penonton Remaja atau Dewasa, karena alur drama (dan beberapa bagian komedi yang lebih tepat dicerna orang besar) menceritakan Marley sebagai bagian dari kehidupan keluarga Grogan.

Dengan gayanya yang melelahkan, Marley tetap disayangi oleh Jenny dan John. Marley juga berkelakuan layaknya anjing setia, yang ikut sedih ketika Jenny menangis ketika kehamilannya gagal. Resah di saat Jenny mulai merasakan tanda bukaan tanda melahirkan. Tapi juga menimbulkan naik pitam ketika kelahiran anak pertama disusul kehamilan kedua.

Marley saksi kehidupan keluarga Grogan hingga kehadiran Colleen anak ketiga sekaligus putri satu-satunya keluarga. Ada bagian ketika mimpi terkalahkan realita kehidupan. John yang menjadi kolumnis tetap demi kenaikan gaji dan kemapanan kerja. Ini semua demi perbaikan kehidupan keluarga, seperti membeli rumah baru berkolam renang di kawasan yang lebih elit sekaligus lebih aman untuk membesarkan anak-anak. Ada pula terbersit rasa iri pada rekannya, Sebastian yang masih single (sekilas wajahnya seperti Leonardo diCaprio) yang sukses meningkatkan karier hingga pindah menjadi wartawan New York Times.

Hanya saja, kadang ada bagian yang kurang dalam diangkat sutradara/penulis skenario. Sehingga terasa sepenggal dengan penyelesaian yang gampang. (Saya pribadi belum membaca bukunya yang sudah diterjemahkan dalam versi Indonesia....hmm jadi penasaran baca dan jujur seusai nonton, saya sempat berburu buku tsbt di Gramedia Plaza Semanggi tapi sayangnya tidak ketemu). Mungkin ini disebabkan penulis skenario ingin memadatkan kisah yang diangkat dari buku yang ditulis sendiri oleh John yang kini menjadi kolumnis Philadelphia Inquirer.

Sebelumnya artikel tentang Marley menjadi bagian dari tulisan harian John di koran Sun-Sentinel.

Ohya satu kekurangan lagi. Sepanjang film kita menyaksikan pertumbuhan Marley dari anak menjadi anjing besar. Tapi rasanya tak ada perubahan penampilan pada John dan Jenny dari pasangan pengantin baru hingga menjadi orangtua tiga anak. Secara keseluruhan film menarik ditonton, jalan cerita ringan, meski sedih di bagian akhir karena Marley mati.

Minggu, 22 Februari 2009

Renungan Dalam Keheningan


Resensi ini dimuat di Koran Tempo, Minggu 22 Februari 2009.


Kembalinya Zara Zettira ZR setelah 10 tahun menghilang dari dunia kepenulisan.

Judul : ”Cerita Dalam Keheningan” dan ”Every Silence Has a Story”
Pengarang : Zara Zettira ZR
Penerbit : Esensi – Erlangga Group
Edisi : Cetakan Pertama – Desember 2008
Jumlah Halaman : 353 halaman (bahasa Indonesia) dan 271 halaman (Bahasa Inggris)


Membaca buku Cerita Dalam Keheningan yang dikemas dalam satu buku dwi-bahasa, praktis membuat pembaca menerka tokoh utama Zaira Ramadhani adalah Zara Zettira ZR pribadi.

Memang, seperti diakui Zara di sela peluncuran bukunya di Jakarta, kisah ini 90 persen biografi hidupnya. Tentu saja, sebuah cerita perjalanan pribadi penulis yang dipadu dengan kekuatan imajinasi.

Nama Zara Zettira ZR berkibar di era 80-an dan 90-an, sebagai penulis cerpen di berbagai majalah remaja. Selain itu, wajahnya pun sering tampil sebagai model di majalah. Ini berkah sebagai juara kedua Putri Remaja yang diselenggarakan oleh Majalah Gadis.

Zara telah menulis sejak berusia 12 tahun. Cerpen perdananya meraih juara ke-2 lomba yang diadakan majalah Anita, dan sejak itu ia termasuk pengarang produktif. Ia sudah menulis lebih dari 200 cerpen dan 15 novel fiksi. Seiring maraknya televisi swasta di era 90-an, Zara sibuk menjadi penulis skenario sinetron dan film, dan pada penghujung 1990-an, tepatnya 1999, Zara pindah dan menetap di Kanada bersama suami dan anak-anak. Tujuh tahun menetap di Kanada, suasana hatinya berubah ketika harus menulis satu episode dalam sehari. Menulis sebagai kesenangan bagi perempuan kelahiran Jakarta itu, berubah menjadi tuntutan ketika harus mendengarkan kata orang.

Kegundahan ini terhapus ketika ada penerbit menawarkan dia menulis. Akhirnya terwujud Cerita Dalam Keheningan, yang mengajak pembaca merenungkan perjalanan hidup melalui kisah Zaira.

Zaira cilik dibesarkan di keluarga nan kaya. Tinggal di rumah paviliun berhalaman luas, pergi ke sekolah naik mobil sesuai warna ikat rambut dan baju. Kekayaan ini bersumber dari sang Kakek yang pengusaha sekaligus pentolan organisasi politik berbasis Islam.

Pada usia 6 tahun, Zaira belajar memahami ’cinta’ sekaligus mengalami arti ’kehilangan’. Pertama, ketika sahabatnya, Ali, pergi meneruskan sekolah ke Cina. Ali menyarankan Zaira untuk menuangkan pikiran –yang bagaikan pohon beringin besar di dalam otak, dengan ratusan cabang terus tumbuh, saling membelit dan menekan kepala –ke dalam buku harian.

Selanjutnya, peristiwa Kakek meninggal menjadi kehilangan terbesar sekaligus pengalaman spiritual pertama Zaira. Represi militer sekaligus persaingan kekuasaan politik di era 70-an membuat Kakek Zaira salah satu target utama untuk disingkirkan. Dengan alasan tidak jelas, Kakek Zaira ditahan tentara, dibawa pergi entah ke mana, yang berakhir pada perawatan di rumah sakit.

Di rumah sakit, Zaira baru mengetahui rahasia Sang Kakek ternyata pemakai susuk agar kebal di medan perang. Akibatnya, sakratul maut susah menjemput. Zaira sebagai cucu perempuan pertama –dalam rangkaian kegiatan yang tidak sepenuhnya dimengerti anak kecil- menjadi ’pembuka jalan’ Kakek untuk meninggal.

Setelah Kakek tiada, Zaira dan keluarga besar pun mengalami perubahan hidup. Kehilangan mobil, teman-teman, dikucilkan dari lingkungan perumahan, dan puncaknya rumah keluarga besar Ramadhani pun disita.

Dari rumah megah tengah kota, Zaira dan keluarganya pindah ke rumah terpencil di kawasan selatan Jakarta, terletak di pinggir sungai bau –tempat penduduk mengambil air untuk minum dan masak- sekaligus tempat membuang sampah dan buang hajat.

Cekcok Ayah dan Ibu akibat perubahan kondisi ekonomi ditambah kelahiran adik perempuan semakin merengganggkan relasi Zaira-Ibu yang sedari awal tidak hangat. Jenuh bertikai, Zaira memutuskan hengkang menyewa kamar kos. Meski masih duduk di SMU, Zaira sudah memiliki penghasilan berkat kerja paruh waktu sebagai copywriter di sebuah kantor periklanan.

”Kadang, untuk mendapatkan sesuatu yang baru, kita harus meninggalkan yang lama,” kata Ayah Zaira, seolah mendukung keputusan anaknya. Sebuah perkataan yang membekas ke dalam Zaira hingga dewasa. ”Bahwa untuk mendapatkan sesuatu, selalu ada pengorbanan. Selalu harus ada yang hilang. Misalnya, untuk mendapatkan uang kita harus bekerja. Bekerja berarti kita kehilangan waktu untuk diri kita sendiri. Untuk mendapatkan, kita harus kehilangan.”

Dunia seolah berada di tangan perempuan usia 20-an yang tengah mekar. Zaira terus melaju. Punya uang, kecantikan, terkenal, mampu beli mobil, menjabat sebagai direktur kreatif di perusahaan periklanan, serta kuliah di fakultas psikologi Universitas Indonesia (UI) berkat jalur prestasi.

Namun, Zaira punya mimpi lain. Dengan berbekal uang tabungan, ia memutuskan keluar dari UI dan mengambil kursus singkat broadcasting di Los Angeles. Perjalanan singkat untuk kursus singkat tak selesai, karena mendapat kabar Ayah sakit. Zaira kembali ke Jakarta, dan menemani Ayah hingga ajal karena sakit kanker.

Zaira kembali mengalami ’kehilangan’. Kali ini, kehilangan yang terasa dashyat. Cinta hanya membawa luka, termasuk kehadiran cinta dari Jody. Pria selisih usia 3 tahun darinya yang datang setelah Ayah meninggal, hanya pergi menorehkan kesedihan.

Zara masih tetap penulis handal. Ia mengajak pembaca seolah menikmati roller coaster. Pertama, kita akan dibawa perlahan, memahami tokoh Zaira dan sejumlah latar belakang tokoh dari sudut pandang Aku (Zaira). Kemudian, rahasia pun terkuak mengapa Ibu dingin terhadapnya, lalu menanjak dan bergerak cepat hingga konflik cerita. Zaira dan perasaan kehilangan saat ayahnya meninggal, berganti lonjakan keceriaan ketika menemukan cinta pada Jody, lalu kehilangan cinta, hingga bermuara pada dunia hening Zaira.

Semua bergerak cepat, tegang, membuat mata berbaris melahap setiap kata dan segera membalik helai halaman selanjutnya, ... dan, sampailah di bab terakhir. Lho, begini saja? Zaira menemukan ketenangan dan spiritualisme di Bali. Zaira hanya berteman dengan Jody tanpa bermuara pada pernikahan. Zaira vs Jody adalah cinta tanpa memiliki. Selesai.

Kita sudah meliuk-liuk bersama Zaira dan dunia heningnya, lalu berhenti di kepasrahan bahwa semua akan berlalu, bahwa kemarin bukanlah milik kita lagi, dan hari esok belum tentu jadi milik kita.

Jumat, 02 Januari 2009

Celana Pacar Kecilku di Bawah Kibaran Sarung

Oleh : Joko Pinurbo
Penerbit : PT Gramedia Pustaka Utama (2007)


Bagi penggemar puisi, buku Antologi atau Kumpulan Puisi menjadi bentuk mudah untuk melahap karya seorang penyair dalam satu kemasan. Termasuk jika ingin mencoba membaca, mengenal termasuk meresapi gaya seorang penyair terkenal dalam satu buku yang sudah merangkum karya–karya terbaik/terpilih dari seorang penyair.

Salah satu buku kategori ini adalah Celana Pacar Kecilku di Bawah Kibaran Sarung. Buku ini merupakan rangkuman 3 kumpulan puisi Joko Pinurbo : Celana (1986-1998), Di Bawah Kibaran Sarung (1999-2000), dan Pacarkecilku (2001-2002).

Jika sebelumnya diterbitkan oleh Yayasan Indonesiatera, Magelang, maka dalam format 1 buku ini hadir melalui Gramedia Pustaka Utama. JokPin –begitu pria asal Pelabuhan Ratu itu kerap disebut- mengatakan terdapat perbedaan materi dalam sajak yang tertuang dalam bagian Celana dan Sarung.

Buku setebal 219 halaman ini, terbagi atas 3 bagian besar, sesuai tahun penerbitan buku kumpulan puisi. Secara gradual pula, pembaca bisa merasakan proses pertumbuhan sang penyair kelahiran Sukabumi 11 Mei 1962 ini dalam mengolah puisinya yang cendrung berbentuk prosa lirik.

Ia yang gandrung memakai kata ’kuburan’, ’celana’, ’andong’, namun mengolah kata-kata itu lebih dari sekadar benda harfiah. Kata tersebut tampil berulang kali menunjukkan keahliannya dalam mengeksplorasi kata dan bentuk. Selain itu, puisinya kadang tampil jenaka, penuh humor, lalu menukik –membuat pembaca terhenyak- pada bagian akhir.

Dalam karyanya, Jokpin bisa menangkap hal-hal kecil seperti dalam ”Tukang Cukur”, ”Di Salon Kecantikan” atau ”Tetangga”. Dalam aktivitas potong rambut (Tukang Cukur), JokPin menohok kesadaran betapa berkuasanya sang tukang cukur. Siapapun, meski ia raja atau diktator sekalipun takluk kepada sang tukang cukur rambutnya kan?!

Simak pula kalimatnya yang silahkan Anda tersenyum simpul ataupun kecut. Seperti ”Topeng Bayi untuk Zela” (halaman 114) atau ....”biasanya tetangga lebih cermat mengamati keadaan rumah kita. Siapa tahu ia juga bisa menyumbangkan gagasan cemerlang tentang cara batuk yang sopan supaya tidak mengganggu tetangga yang sedang tidur atau makan.” (Halaman 125).

Atau perhatiannya pada masalah sosial dalam ”Senandung Becak” dan ”Malam Pembredelan” yang membuat kita menerka inikah sentilan Jokpin untuk represi terhadap media.

Pembaca juga diajak terhanyut dalam lamunan romantisme. Misalkan ”Bulu Matamu : Padang Ilalang” :

Bulu matamu : padang ilalang
Di tengahnya : sebuah sendang.

Kata sebuah dongeng, dulu ada seorang musafir
Datang bertapa untuk membuktikan apakah benar
Wajah bulan bisa disentuh lewat dasar sendang.

Ia tak percaya, maka ia menyelam,
Tubuhnya tenggelam dan hilang di arus mahadalam.
Arwahnya menjelma menjadi pusaran air berwarna hitam.

Bulu matamu : padang ilalang.



Jokpin sendiri adalah salah satu nama beken dalam dunia puisi. penerima berbagai penghargaan : Sastra Khatulistiwa untuk antologi puisi Kekasihku yang diterbitkan pada 2004 (2005) dan Tokoh Sastra Pilihan Tempo 2001. Bersama buku ini, silahkan tenggelam menikmati puisi Jokpin.