Sabtu, 05 Mei 2012

The Avengers


Pemain: Robert Downey Jr., Chris Evans, dan Scarlett Johansson
Sutradara: Joss Whedon
Waktu: 142 menit
(2012)

Pada film The League of Extraordinary Gentlemen (2003) dengan masa peralihan abad ke-19 menuju 20, Allan Quatermain (diperankan oleh Sean Connery) mengumpulkan karakter fantasi dari karya sastra klasik, mulai dari penjelajah samudera Captain Nemo, Dr. Jekyll and Mr. Hyde, vampir Mina Harker, The Invisible Man,  Dorian Gray, hingga Tom Sawyer untuk  melawan penjahat besar James Moriarty (M).

Nah, tugas Allan Quatermain ini sama seperti Nick Fury (Samuel L. Jackson) dari organisasi penjaga perdamaian internasional S.H.I.E.L.D  yang mengumpulkan manusia super yang tergabung dalam The Avengers untuk menyelamatkan bumi dari invasi Loki dan pasukannya.

The Avengers adalah super hero Marvel terdiri dari Iron Man, Thor, Captain America, Hawkeye dan Black Widow, untuk menyelamatkan dunia.

Cerita dimulai ketika Nick Fury mendatangi sebuah fasilitas S.H.I.E.L.D , dimana sumber energi potensial yang masih misterius kekuatannya, Tesseract, sedang diteliti. Tesseract membuka portal  luar angkasa yang membawa Loki (Tom Hiddleston) masuk.

Lalu Loki mencuri Tesseract dan menggunakan kemampuannya mempengaruhi pikiran untuk membawa beberapa personal S.H.I.E.L.D  yaitu Dr. Erick Selvig dan agen Clint Barton (Jeremy Renner), untuk membantunya membuka portal guna membawa masuk para pasukan menaklukkan bumi.

Fury mengirim Black Widow a.k.a agen Natasha Romanoff ke India untuk menjemput Dr. Bruce Jenner, sementara agen Phil Coulson menemui Tony Stark untuk menindaklanjuti penelitian Dr. Selvigs. Fury sendiri mendatangi Steve Rogers untuk meyakinkan sang Captain America membantunya merebut kembali Tesseract dari Loki.

Loki bekerjasama dengan Chitauri, makhluk ruang angkasa yang terkenal sebagai bangsa penjajah di seputar galaksi, dengan perjanjian jika Loki dibantu untuk mendapatkan Tesseract, maka Loki membantunya untuk membuka portal agar para pasukan Chitauri bisa masuk menginvasi bumi.

Loki sendiri memiliki misi pribadi. Ia adalah adik angkat dewa petir Thor karena telah diadopsi oleh ayah Thor, Dewa Odin, sejak bayi. Namun  Loki tumbuh besar sebagai pribadi yang suka mengacau, penuh tipu muslihat, dan selalu merasa hidup di bawah bayang-bayang kehebatan sang kakak.

Konflik kakak adik, dan adu taktik untuk merebut Tesseract menjadi alur utama film ini.  Yang lebih berbahaya Loki mampu mengacaukan pikiran dan membuat antar anggota The Avengers saling curiga dan berseteru.

Ini yang menjadi salah satu daya tarik film. The Avengers memang orang-orang super dibandingkan manusia umumnya, namun mereka tetap manusia biasa. Sebagai contoh terlihat karakter Captain America atau Steve Rogers yang lurus memang pantas menjadikannya pemimpin tegas tetapi dalam beberapa hal menjadi terlalu kaku.
Kekuatan super Captain America akan beradu imbang dengan Iron Man yang memiliki kuasa pada kecanggihan alat dipadu kecerdasan berpikir.

Kekuatan cerita memang menjadi salah satu kelebihan film berdurasi 2 jam 22 menit ini, serta menonjolkan karakter superhero yang mungkin sebagian besar sudah terasa akrab bagi  penikmat komik Marvel.
Selain itu nikmati pula dialog-dialog cerdas dan kejadian mengundang tawa dalam film ini. Sebagai contoh:
“But he’s a god!” kata Natasha Romanoff (tentang Loki dan Thor)
Steve Rogers menyahut, “Ma’am, there’s only one God, and I’m pretty sure he doesn’t look like that”.

Sehingga saya memberi nilai 8,5 dalam rentang 1-10 untuk kelayakan film ini sebagai hiburan di bioskop selama Mei ini.  Akting Robert Downey Jr. sebagai pengusaha Tony Stark atau Iron Man masih tetap menjadi magnet utama film ini, dibarengi oleh ketampanan Chris Evans sebagai Captain America (Chris Evans sebelumnya sukses sebagai si manusia api Johnny Storm dalam Fantastic Four) dan Mark Ruffalo yang berhasil menghidupkan Bruce Banner yang lugu dibalik sosok Hulk.  


Great Expectations


Pemain: Ethan Hawke, Gwyneth Paltrow, Robert De Niro, Anne Bancroft, dan Hank Azaria

Sutradara: Alfonso Cuaron

Waktu: 112 menit

(1998)


Sejak usia delapan tahun, Finnegan Bell (dewasa diperankan oleh Ethan Hawke) tinggal bersama kakak perempuannya, Maggie, dan kekasih Maggie yang biasa dipanggil “Paman Joe”.

Namun pada suatu malam, Maggie kabur bersama pria lain dan sejak saat itu Paman Joe mengasuh Finn Bell hingga dia dewasa.

Finn mengalami pengalaman tak terlupakan di masa kecil. Suatu hari pria cilik penggemar melukis itu bertemu dengan tahanan yang kabur dari penjara, Lustig (Robert de Niro). Di bawa ancaman, Finn memberinya makanan dan perkakas untuk melepaskan rantai yang membelenggu kaki Lustig. Peristiwa ini membangun ikatan emosi diantara mereka berdua di masa depan.

Selain itu pengalaman masa kecil yang membekas di ingatan Finn adalah kenangannya terhadap si cantik Estella dan bibinya Ms. Nora Dinsmoor (Anne Bancroft), wanita kaya yang eksentrik karena memiliki gangguan jiwa akibat ditingal kekasihnya begitu saja di depan altar.

Film yang dirilis pada 1998 merupakan cerita yang diadaptasi dari sastra klasik karya Charles Dickens dengan judul sama. Namun di tangan Alfonso Cuaron, Great Expectations berubah dari setting klasik abad ke-19 menjadi sebuah kisah cinta versi modern, dengan setting New York dan Florida, bercita rasa latino dan diiringi 20 lagu menawan, enam diantaranya merupakan lagu sama ”Besame Mucho” yang berbeda versi.

Finn besar berhasil mewujudkan impiannya meraih kesuksesan sebagai pelukis terkenal di New York, bertemu kembali dengan Estella (Gwyneth Paltrow). Namun cinta yang tumbuh diantara keduanya ini kemudian berbalut duka karena disisipi dendam membara Ms. Dinsmoor.

Selain itu, sepanjang film ini juga memiliki tone warna yang selaras. Dominasi hijau dan berubah serba kelam seperti baju hitam saat Estella mengajak bertemu Finn di jembatan dan menyatakan dirinya untuk menikah dengan Walter Plane (Hank Azaria). warna berubah kelam ketika Estella-FInn bakal berpisah, ketika Estella menyatakan Walter melamarnya.

Meski memang agak aneh mengapa Estella yang modern dan hidup di abad ke-20, mempunyai pendidikan layak, namun tiada punya sikap pasti dalam urusan asmara.  Kegalauan yang dialami karena mengikuti sikap eksentrik sang tante yang jelas-jelas secara psikologis disakiti oleh urusan cinta. Estella ternyata menunggu Finn mengajaknya berdansa. Meski sebenarnya bahwa dansa dalam hal ini adalah sebuah kiasan untuk arti yang lain.

Masa lalu terkadang tidak lepas dari kehidupan manusia. Barangkali karena cinta tak kesudahan itu yang dimiliki, Finn berhasil mewujudkan hasrat di hatinya menjadi tak sekadar menjadi angan-angan belaka.

Namun siapa sesungguhnya dermawan yang mengirim Finn ke New York dan membiayai seluruh keperluannya mencapai jenjang sukses?