Kamis, 09 Agustus 2012

How Do You Know


Pemain: Reese Witherspoon, Owen Wilson,Paul Rudd, Jack Nicholson
Sutradara/PenulisSkenario: James L. Brooks
Waktu: 1 jam 56 menit
(2010)



Lisa (Reese Witherspoon), atlet baseball berusia 31 tahun menghadapi ‘masasenja’ yang belum siap dihadapi, ketika tidak terpilih sebagai tim baseball AS 2011. Ia harus menghadapi kehidupan baru tanpa ritme latihan-pertandingan yang selama ini dia ketahui.

Lisa tengah menjalin hubungan dan tinggal bersama pacarnya, Matty (Owen Wilson), atlet baseball liga utama yang self-centered ladies’ man ketika bertemu kembali dengan George Madison (Paul Rudd) pria yang ditemuinya sekali dalam sebuah kencan buta yang diatur oleh Riva, teman Lisa.

George sendiri tengah menghadapi masalah. Dirinya seorang pebisnis yang tengah menghadapi tuduhan hukum sekaligus punya relasi tidak mulus dengan ayahnya yang seorang pengusaha kaya yang diperankan oleh Jack Nicholson.

Cerita drama komedi romantis dengan latar kisah cinta segitiga ini mengambil kisah orang-orang dewasa dari segi umur dan kehidupan, dengan alur yang membumi, serta tidak ringan seperti umumnya penonton temukan dari cerita bergenre demikian. Kekuatan film sepanjang hampir dua jam ini karena bertaburkan nama bintang terkenal yang cukup matang dalam menjalani karakter yang dipegang.


Passengers


Pemain: Anne Hathaway, Patrick Wilson, David Morse, CleaDuVall
PenulisSkenario: Ronnie Christensen
Sutradara: Rodrigo Garcia
Waktu: 93 menit
(2008)


Seorang terapis muda Claire Summers (Anne Hathaway) diminta mentornya untuk menangani konseling lima orang penumpang yang selamat dari kecelakaan pesawat terbang. Diantara penumpang, Eric (Patrick Wilson) yang paling menonjol dengan perubahan sikap menjadi fearless dan tidak merasa butuh bimbingan konsultasi untuk melewati masa traumatis.

Hubungan Eric dan Claire berkembang tidak hanya sebatas relasi pasien-dokter terapis, tetapi menjadi romansa. Di sisi lain, pasien Claire menghilang satu per satu dan terjadi kecurigaan kasus kecelakaan pesawat ini akibat unsur kerusakan mesin yang ditutupi oleh pihak maskapai penerbangan.
 
Cerita menggiring penonton menduga-duga unsur human error atau memang ada kerusakan mesin yang ditutupi oleh pihak perusahaan, apalagi dengan kehadiran orang misterius yang mengikuti Claire.
Jalan cerita mengalir lambat, perlu keseriusan untuk menikmati dialog antar pemain, dan film ini cenderung masuk ke kategori drama thriller. Kejutan menjelang akhir film membuat jalan cerita tidak bisa ditebak membuat penonton enggan beranjak hingga akhir film sepanjang1 jam 33 menit.

Sabtu, 05 Mei 2012

The Avengers


Pemain: Robert Downey Jr., Chris Evans, dan Scarlett Johansson
Sutradara: Joss Whedon
Waktu: 142 menit
(2012)

Pada film The League of Extraordinary Gentlemen (2003) dengan masa peralihan abad ke-19 menuju 20, Allan Quatermain (diperankan oleh Sean Connery) mengumpulkan karakter fantasi dari karya sastra klasik, mulai dari penjelajah samudera Captain Nemo, Dr. Jekyll and Mr. Hyde, vampir Mina Harker, The Invisible Man,  Dorian Gray, hingga Tom Sawyer untuk  melawan penjahat besar James Moriarty (M).

Nah, tugas Allan Quatermain ini sama seperti Nick Fury (Samuel L. Jackson) dari organisasi penjaga perdamaian internasional S.H.I.E.L.D  yang mengumpulkan manusia super yang tergabung dalam The Avengers untuk menyelamatkan bumi dari invasi Loki dan pasukannya.

The Avengers adalah super hero Marvel terdiri dari Iron Man, Thor, Captain America, Hawkeye dan Black Widow, untuk menyelamatkan dunia.

Cerita dimulai ketika Nick Fury mendatangi sebuah fasilitas S.H.I.E.L.D , dimana sumber energi potensial yang masih misterius kekuatannya, Tesseract, sedang diteliti. Tesseract membuka portal  luar angkasa yang membawa Loki (Tom Hiddleston) masuk.

Lalu Loki mencuri Tesseract dan menggunakan kemampuannya mempengaruhi pikiran untuk membawa beberapa personal S.H.I.E.L.D  yaitu Dr. Erick Selvig dan agen Clint Barton (Jeremy Renner), untuk membantunya membuka portal guna membawa masuk para pasukan menaklukkan bumi.

Fury mengirim Black Widow a.k.a agen Natasha Romanoff ke India untuk menjemput Dr. Bruce Jenner, sementara agen Phil Coulson menemui Tony Stark untuk menindaklanjuti penelitian Dr. Selvigs. Fury sendiri mendatangi Steve Rogers untuk meyakinkan sang Captain America membantunya merebut kembali Tesseract dari Loki.

Loki bekerjasama dengan Chitauri, makhluk ruang angkasa yang terkenal sebagai bangsa penjajah di seputar galaksi, dengan perjanjian jika Loki dibantu untuk mendapatkan Tesseract, maka Loki membantunya untuk membuka portal agar para pasukan Chitauri bisa masuk menginvasi bumi.

Loki sendiri memiliki misi pribadi. Ia adalah adik angkat dewa petir Thor karena telah diadopsi oleh ayah Thor, Dewa Odin, sejak bayi. Namun  Loki tumbuh besar sebagai pribadi yang suka mengacau, penuh tipu muslihat, dan selalu merasa hidup di bawah bayang-bayang kehebatan sang kakak.

Konflik kakak adik, dan adu taktik untuk merebut Tesseract menjadi alur utama film ini.  Yang lebih berbahaya Loki mampu mengacaukan pikiran dan membuat antar anggota The Avengers saling curiga dan berseteru.

Ini yang menjadi salah satu daya tarik film. The Avengers memang orang-orang super dibandingkan manusia umumnya, namun mereka tetap manusia biasa. Sebagai contoh terlihat karakter Captain America atau Steve Rogers yang lurus memang pantas menjadikannya pemimpin tegas tetapi dalam beberapa hal menjadi terlalu kaku.
Kekuatan super Captain America akan beradu imbang dengan Iron Man yang memiliki kuasa pada kecanggihan alat dipadu kecerdasan berpikir.

Kekuatan cerita memang menjadi salah satu kelebihan film berdurasi 2 jam 22 menit ini, serta menonjolkan karakter superhero yang mungkin sebagian besar sudah terasa akrab bagi  penikmat komik Marvel.
Selain itu nikmati pula dialog-dialog cerdas dan kejadian mengundang tawa dalam film ini. Sebagai contoh:
“But he’s a god!” kata Natasha Romanoff (tentang Loki dan Thor)
Steve Rogers menyahut, “Ma’am, there’s only one God, and I’m pretty sure he doesn’t look like that”.

Sehingga saya memberi nilai 8,5 dalam rentang 1-10 untuk kelayakan film ini sebagai hiburan di bioskop selama Mei ini.  Akting Robert Downey Jr. sebagai pengusaha Tony Stark atau Iron Man masih tetap menjadi magnet utama film ini, dibarengi oleh ketampanan Chris Evans sebagai Captain America (Chris Evans sebelumnya sukses sebagai si manusia api Johnny Storm dalam Fantastic Four) dan Mark Ruffalo yang berhasil menghidupkan Bruce Banner yang lugu dibalik sosok Hulk.  


Great Expectations


Pemain: Ethan Hawke, Gwyneth Paltrow, Robert De Niro, Anne Bancroft, dan Hank Azaria

Sutradara: Alfonso Cuaron

Waktu: 112 menit

(1998)


Sejak usia delapan tahun, Finnegan Bell (dewasa diperankan oleh Ethan Hawke) tinggal bersama kakak perempuannya, Maggie, dan kekasih Maggie yang biasa dipanggil “Paman Joe”.

Namun pada suatu malam, Maggie kabur bersama pria lain dan sejak saat itu Paman Joe mengasuh Finn Bell hingga dia dewasa.

Finn mengalami pengalaman tak terlupakan di masa kecil. Suatu hari pria cilik penggemar melukis itu bertemu dengan tahanan yang kabur dari penjara, Lustig (Robert de Niro). Di bawa ancaman, Finn memberinya makanan dan perkakas untuk melepaskan rantai yang membelenggu kaki Lustig. Peristiwa ini membangun ikatan emosi diantara mereka berdua di masa depan.

Selain itu pengalaman masa kecil yang membekas di ingatan Finn adalah kenangannya terhadap si cantik Estella dan bibinya Ms. Nora Dinsmoor (Anne Bancroft), wanita kaya yang eksentrik karena memiliki gangguan jiwa akibat ditingal kekasihnya begitu saja di depan altar.

Film yang dirilis pada 1998 merupakan cerita yang diadaptasi dari sastra klasik karya Charles Dickens dengan judul sama. Namun di tangan Alfonso Cuaron, Great Expectations berubah dari setting klasik abad ke-19 menjadi sebuah kisah cinta versi modern, dengan setting New York dan Florida, bercita rasa latino dan diiringi 20 lagu menawan, enam diantaranya merupakan lagu sama ”Besame Mucho” yang berbeda versi.

Finn besar berhasil mewujudkan impiannya meraih kesuksesan sebagai pelukis terkenal di New York, bertemu kembali dengan Estella (Gwyneth Paltrow). Namun cinta yang tumbuh diantara keduanya ini kemudian berbalut duka karena disisipi dendam membara Ms. Dinsmoor.

Selain itu, sepanjang film ini juga memiliki tone warna yang selaras. Dominasi hijau dan berubah serba kelam seperti baju hitam saat Estella mengajak bertemu Finn di jembatan dan menyatakan dirinya untuk menikah dengan Walter Plane (Hank Azaria). warna berubah kelam ketika Estella-FInn bakal berpisah, ketika Estella menyatakan Walter melamarnya.

Meski memang agak aneh mengapa Estella yang modern dan hidup di abad ke-20, mempunyai pendidikan layak, namun tiada punya sikap pasti dalam urusan asmara.  Kegalauan yang dialami karena mengikuti sikap eksentrik sang tante yang jelas-jelas secara psikologis disakiti oleh urusan cinta. Estella ternyata menunggu Finn mengajaknya berdansa. Meski sebenarnya bahwa dansa dalam hal ini adalah sebuah kiasan untuk arti yang lain.

Masa lalu terkadang tidak lepas dari kehidupan manusia. Barangkali karena cinta tak kesudahan itu yang dimiliki, Finn berhasil mewujudkan hasrat di hatinya menjadi tak sekadar menjadi angan-angan belaka.

Namun siapa sesungguhnya dermawan yang mengirim Finn ke New York dan membiayai seluruh keperluannya mencapai jenjang sukses?




Sabtu, 21 April 2012

The Raid (Serangan Maut)


Pemain: Iko Uwais, Ray Sahetapy, Pierre Gruno
Sutradara: Gareth Huw Evans
Produser/Produksi : Ario Sagantoro/PT Merantau Films
Tayang di Indonesia : Maret 2012

Aksi martial art dalam gerakan cepat, tembak-tembakan, darah berceceran, dan film Indonesia. Ini menjadi benang merah yang dapat Saya simpulkan usai menonton film The Raid.

Ya. Film bergenre action di tanah air lumayan jarang. Dan kalaupun ada yang berniat membuatnya, mungkin bakal terjebak dalam kompromi pasar. Takut tidak laku maka akan memasang artis-artis cantik berbalut busana minim, slapstick atau jalan cerita serba kebetulan. 

Tapi The Raid jauh dari hal tersebut. Bahkan kalau dihitung jumlah perempuan yang hadir hanya dua orang,  masing-masing wanita muda tengah hamil besar dan ibu paruh baya tengah sakit-sakitan terbaring di ranjang.

Garis besar jalan cerita tentang misi sebuah pasukan khusus, sebut saja sebagai SWAT (Special Weapon and Tactics) yang di Amerika Serikat menjadi pasukan elit kepolisian dan telah dikenal istilahnya secara internasional, menyerbu blok apartemen tak terurus, tempat Tama (Ray Sahetapy) bandar  narkoba bersarang. Tempat tersebut dijaga ketat dan memiliki banyak penjahat yang siap bertempur habis-habisan untuk mempertahankan kenyamanan wilayahnya.

Terjebak di lantai 6 tanpa komunikasi dan diserang oleh penghuni apartemen yang diperintahkan oleh Tama, membuat tim SWAT  harus berjuang melewati setiap lantai agar bisa menyelesaikan misi dan bertahan hidup.
Di balik tugas menyelesaikan misi utama ini, terselip cerita pengkhianatan dan kebobrokan aparat yang sudah cukup familiar di dalam dunia nyata. Kongkalikong bos penjahat dengan aparat. Serta terselip pula reuni kakak-adik.  

Saat pasukan khusus menyerang, bak video game aksi yang mengharuskan setiap lantai dilewati dengan pertarungan hidup mati. Untuk berhasil keluar dari gedung apartemen, mereka harus mencapai lantai paling atas dan di setiap lantai menghadapi penjahat yang siap menghunuskan parang, golok, pisau, atau menggunakan senjata api laras pendek dan panjang. Jika Jaka dkk berhasil mencapai lantai paling atas berarti sekaligus menangkap gembong narkoba Tama.

Aksi laga di film ini memancing sejumlah pujian dari kritikus film luar negeri. Film ini juga berhasil menyabet penghargaan Midnight Madness di ajang Toronto International Film Festival 2011. Selain itu diputar di festival Sundance Film Festival, dan penggarapan musik untuk peredaran di Amerika Serikat  dibuat oleh Mike Shinoda dari Linkin Park.

Meskipun di berbagai ulasan disebutkan bahwa dasar aksi laga di dalam film ini berbasiskan pencak silat, namun saya pribadi awam terhadap gerakan olah pertahanan tubuh asli negeri sendiri ini, yang konon berasal dari suku bangsa Melayu nusantara. Selama ini indra penglihatan saya dimanjakan oleh aksi martial art ala film Hong Kong/Cina.  Jadi saya asumsikan gerakan bela diri yang khas Indonesia itu, terlihat melalui kuda-kuda atau menapakkan kaki untuk memperkokoh posisi tubuh, teknik pukulan tangan yang cepat dan jarka dekat dalam tarung antara dua orang, atau teknik mengunci lawan supaya tidak berdaya.  

Film yang ditetapkan label D (Dewasa) memang tepat adanya karena aksi sadis yang kadang mencekam, berdarah-darah, dan kata “Anjing” yang bertabur di sepanjang film.  Namun tepat jika kita ucapkan salut atas ide ceritanya.