Minggu, 18 April 2010

Detektif Conan ke-56

Penulis : Aoyama Gosho
Penerbit : PT Elex Media Komputindo – Jakarta (Cetakan I : 2010)


Ngakunya sudah jenuh, tapi ternyata rasa penasaran lebih besar, dan terlanjur gandrung mengikuti kisah Detektif Conan.

Sejak awal April 2010, Anda sudah bisa menemukan komik Detektif Conan serial No. 56 di toko buku dan kios majalah.

Cerita pertama tentang memecahkan kasus ruang tertutup (lagi). Jika rutin mengikuti petualangan bocah bernama Conan Edogawa, pembaca menemukan istilah ‘kasus ruang tertutup’, yaitu modus pembunuhan dimana korban ditemukan di dalam ruangan tertutup misalkan di kamar tidur tanpa ada jejak dari pembunuh, kamar dan jendela terkunci sehingga seolah tak mungkin ada seseorang masuk ke dalam ruangan tersebut. Sehingga ketika korban ditemukan pertama kali, seolah terlihat mati bunuh diri, atau meninggal secara wajar.

Saya kemukakan kata “lagi” karena jika rajin mengikuti serial ini, pembaca berkali-kali pula menemukan kasus semacam ini. Hanya beda trik dan benda yang dipergunakan untuk membantu pelaku menyelesaikan pekerjaannya.

Kali ini korban bernama Masataka Moroguchi, penulis novel misteri berusia 52 tahun. Dari awal cerita sudah ditampakkan tabiat Moroguchi yang tak simpatik sehingga sudah pasti mengundang musuh sakit hati.

Rencananya, bakal berlangsung dialog antara Moroguchi dengan Detektif Kogoro Mouri yang diliput oleh Kakuji Dejima (penulis), Wataru Tarumi (juru kamera) dan Harue Anabuki (redaksi majalah). Kogoro Mouri adalah ayah Ran dimana di rumahnya Conan numpang tinggal.

Ternyata besok paginya Moroguchi ditemukan telah meninggal di dalam kamar tidurnya yang terkunci. Ketiga tersangka masing-masing punya peralatan kerja andalan yang bisa menjadi senjata pembunuh. Sebuah cerita menarik sebagai pembuka komik ini secara keseluruhan. Selanjutnya adalah pemecahan kasus melibatkan Detektif Cilik, yang beranggotakan Conan dan teman-teman satu sekolahnya.

Cerita terakhir adalah bagian dari memecahkan masa lalu murid pindahan teman Ran dan Sonoko, Eisuke Hondo, yang dalam beberapa seri sebelumnya terlihat samar. Hingga menutup bacaan, tetap menggantung, dan tetap tidak menarik. Karena secara pribadi, menurut saya, kehadiran Eisuke dari awal terlalu dipaksakan :-)

Sabtu, 03 April 2010

ayo berlatih dengan sang naga!

bagaimana bila seorang membelot dari tradisi? apalagi tradisi yang dilanggar merupakan kebanggaan bangsa Viking yang kesohor itu: membantai naga. demikian tema yang mau diangkat oleh film: How to train your dragon. judulnya terdengar sangat teknis, namun jangan salah duga dulu, isinya sangat menghibur.

film animasi yang diangkat dari novel karangan Cressida Cowell mengambil setting bangsa Viking yang melatih anak-anak mereka bagaimana menaklukkan aneka macam naga. dengan demikian mereka mewariskan kebencian manusia terhadap mahluk reptil itu. berbagai latihan dan manual mereka pelajari untuk dapat membunuh naga. namun, Hiccup anak sang kepala suku punya cara yang aneh, alih-alih mengacungkan pedang, ia malahan melepaskan semua persenjataannya maju mendekati sang naga dan membelai-belainya. teknik ini dipelajari dari perjumpaannya dengan Toothless, seekor naga Night Fury berwarna biru dengan mata besar (mengapa wajahnya mengingatkan pada Lilo and Stitch?). Toothless ditemukannya di dekat danau dan tidak dapat terbang ke mana-mana karena sebelah sayap pada ekornya telah tiada.

Hiccup belajar banyak mengenai naga dari Toothless, lebih dari itu ia belajar mengenal dunia nan luas karena kemudian dapat menunggang sang naga terbang. Astrid yang memusuhi Hiccup dan menjadi pesaingnya dalam pelajaran menaklukkan naga, akhirnya mengetahui rahasia ini. Toothless membawa mereka berdua terbang tinggi, mengajari mereka mengenai arti persahabatan, dan menunjukkan sebuah rahasia besar di dunia naga. lihatlah bagaimana reaksi Astrid kemudian:
Astrid: [sambil meninju Hiccup] That's for kidnapping me.
[kemudian mencium Hiccup] Astrid: That's for everything else.

akankah prasangka dan tradisi bangsa Viking sebagai penakluk naga akan berubah? bagaimana Hiccup berjuang membela Toothless dari pembantaian?

film ini layak ditonton sebagai hiburan keluarga yang memberikan pelajaran mengenai prasangka, kebanggaan, serta nilai-nilai persahabatan.

untuk itu menurut saya ia layak mendapat nilai 8 dari 10.

Kamis, 01 April 2010

pertarungan para dewa

Sam Worthington setelah sukses berperan di film Avatar kini beraksi kembali di film Clash of the Titans yang dirilis 1 April 2010. kali ini ia memerankan tokoh Perseus, anak Zeus sang Mahadewa, yang lahir sebagai manusia. berlatar belakang kisah mitologi Yunani, film ini memperlihatkan bagaimana manusia bertarung melawan superioritas para dewa, dan celakanya di alam abadi para dewa pun saling bertarung.

penduduk kerajaan Argos menumbangkan patung mahadewa Zeus ke dasar laut. hal ini menimbulkan kemarahan Hades adik Zeus yang menguasai alam neraka (underworld). ia meluluhlantakkan pasukan Argos dan berjanji akan melepaskan sang monster Kraken tepat saat gerhana matahari untuk menghukum manusia yang tidak lagi menghormati para dewa.

Perseus sebagai manusia setengah dewa (karena Zeus ayahnya), ikut serta sebagai pasukan Argos melawan Hades. kalajengking raksasa, perjumpaan dengan para penyihir, dan perjalanan mereka ke underworld untuk mencari Hermes, puteri cantik berbadan ular dengan rambut terdiri ratusan ular itu benar-benar mendebarkan. jangan coba-coba melirik dan memandang mata Hermes! sudah banyak prajurit yang menjadi patung batu dibuatnya!

film ini berhasil menyajikan gambar-gambar indah dunia mitologi Yunani. tak luput para puteri nan cantik rupawan: Andromeda dan Io (endingnya belum jelas mengenai siapa jodoh Perseus). namun kesan film Avatar dan Harry Potter mengapa sangat terasa di film ini? mungkin karena Sam Worthington pemeran utamanya, dan Ralph Fiennes (si Voldemort) berperan sebagai Hades yang jahat itu yaaa...

secara keseluruhan, film ini layak mendapat nilai 8 dari 10.