Minggu, 07 Februari 2010

Balthasar’s Odyssey – Nama Tuhan yang Keseratus


Penulis : Amin Maalouf Penerbit : PT Serambi Ilmu Semesta (Cetakan II : November 2006)
Halaman : 618 halaman



“TERKUTUKLAH ANGKA-angka itu dan mereka yang mempergunakannya!” (maki Balthasar di halaman 131).

Masih ingat film 2012? Film itu mengisahkan bumi yang hancur akibat peningkatan suhu matahari yang menyebabkan matahari memancarkan neutrinos ke bumi dan menimbulkan pemanasan pada kerak bumi.

Ide skenario film terinspirasi ramalan suku Maya bahwa bumi bakal kiamat pada 2012.

Lalu film The Omen –anak setan dalam wujud manusia dengan tanda di kulit kepalanya tertera “666”.

Angka memang menarik dikutak-katik sebagai pertanda, sebuah bahasa enkripsi, atau kejadian luar biasa. Angka dan tentang ketakutan manusia akan akhir dunia ini yang diolah oleh Amin Maalouf dalam cerita bergenre fiksi “Balthasar’s Odyssey”.

Gaya cerita dituturkan dalam bentuk jurnal (diari) dari sudut pandang Balthasar Embriaco seorang pedagang buku di Gibelet Lebanon. Menjelang tahun 1666 pria keturunan Genoa (Italia) itu melakukan perjalanan mencari buku “Nama Tuhan yang keseratus”.

Pada saat itu beredar kepercayaan bahwa kiamat akan terjadi pada 1666. Tahun kiamat ini dicetuskan dari kepercayaan Yahudi. Di dalam Zohar, kitab para penganut kabalisme, dituliskan bahwa pada tahun 5408 mereka yang terbaring di dalam tanah akan bangkit. Dalam penanggalan Yahudi, tahun tersebut sama dengan tahun 1648 Masehi.

Lalu mengapa peristiwa yang sudah diprediksi pada 1648 justru baru akan terjadi pada 1666? Terjadi jarak selama 18 tahun – sebuah penjumlahan dari angka 6 + 6 + 6.

Dan kiamat bisa dicegah jika saja manusia mengetahui nama Tuhan yang keseratus. Angka ini merujuk dari 99 nama Tuhan yang ada di Al Quran dan memancing pertanyaan di dalam benak orang yang penasaran : adakah nama Tuhan yang keseratus untuk menggenapkan angka itu.

Sehingga banyak yang menaruh harap pemecahannya ada di buku “Nama Tersembunyi yang Tak Terungkap” atau disebut juga “Nama yang Keseratus” karya Mazandarani.

Secara tak sengaja buku itu jatuh ke tangan Balthasar, sebagai pemberian tetangga miskin yang ditolong olehnya. Namun sebelum buku sempat dibaca, utusan Raja Perancis, Chevalier Marmontel melihat serta langsung membelinya dengan harga tinggi dan dibawa berlayar ke Konstantinopel.

Selain atas desakan keponakannya Boumeh, Balthasar merasa bersalah seolah tidak mampu memegang amanat pemberian orang kepadanya. Ia memutuskan membeli kembali buku tersebut dari tangan Chevalier Marmontel.

Akhirnya berangkatlah Balthasar bersama kedua keponakan dan pembantu setianya menyusul sang Chevalier ke Konstantinopel (Istambul). Dalam perjalanan rombongan kecilnya pun mendapat tambahan Marta, anak tukang cukur langganan Balthasar sekaligus cinta terpendam di masa lalu.

Hingga menamatkan buku ini, pembaca bukan lagi penasaran apakah ramalan terbukti, atau penemuan nama Tuhan keseratus yang pada kenyataan memang hingga detik ini tak kita ketahui.

Akan tetapi justru tentang Balthasar yang keluar dari ‘zona nyaman’ di Gibelet. Dalam perjalanannya sering terbersit perasaan bersalah hingga memaki diri mengapa ia menuruti ide anak ingusan Boumeh, lalu meninggalkan tokonya yang sudah terkenal selama empat generasi.

Namun dalam dua tahun perjalanan, dia menemukan banyak hal. Mengalami berbagai peristiwa, mengenal berbagai karakter manusia, aparat pemerintahan yang korup, teman lintas agama, bahkan cinta.

Pelajaran yang bisa dipetik adalah mengumpamakan diri bagai di dalam ‘kepompong’, kita tak tahu bahwa diluar banyak kejadian menarik, bahagia, seru, mengharukan bahkan menyeramkan yang bisa menjadi pengalaman hidup. Dan seperti Balthasar, hidupnya berubah total.

Dalam novel setebal 618 halaman mengambil setting abad pertengahan, ketika kekuasaan kesultanan dan muslim masih berjaya di kawasan Asia barat daya, sementara di Eropa sendiri terpecah antara berbagai aliran Kristen. Dalam buku ini juga banyak dibantu oleh catatan kaki di bagian paling bawah halaman , ini membantu pembaca memahami istilah dan latar sejarah.

Meskipun ada ganjalan pertanyaan mengapa terdapat perbedaan penulisan nama antara sinopsis di bagian belakang buku (Baldassare), judul sekaligus di dalam tulisan (Balthasar) akan tetapi bukan masalah.

2 komentar:

Cinda Grafika mengatakan...

great one

Aura-Azzura mengatakan...

@Cinda :
halo Cinda.. yap! buku ini secara overall menarik.. Terima kasih berkunjung ke blog ini.