Sabtu, 16 Juli 2011

Insidious

Pemain: Rose Byrne, Patrick Wilson, Ty Simpkins
Sutradara: James Wan
Penulis Skenario: Leigh Whannell
Waktu: 103 menit
(2010)




Renai dan Josh Lambert (Rose Byrne dan Patrick Wilson), beserta ketiga anak mereka, pindah ke rumah yang baru. Tentu harapan akan kehidupan normal dan bahagia bakal menyertai.

Namun masalah bermula ketika suatu malam Dalton (Ty Simpkins – pemeran di film “The Next Three Days”) naik ke loteng karena pintunya terbuka. Lalu dia mencoba menggapai penyala lampu. Malang tangga yang dia tapaki patah, lalu Dalton jatuh dan menjerit kencang. Ayah dan ibunya yang sedang berkumpul bersama langsung mengejar arah teriakan.

Renai dan Josh mendapati Dalton sedang duduk menatap pojokan  dengan sedikit luka memar di kening. Sepertinya tidak ada masalah, Dalton pun ditinggalkan di kamar tidur.

Alangkah terkejut ketika esok harinya Dalton tidak bangun saat waktunya berangkat sekolah. Segera dibawa ke rumah sakit dan diagnosa dokter Dalton mengalami koma, meskipun tidak terjadi kerusakan serius pada otak maupun fisik, dan dokter  mengatakan anak tertua mereka ini akan segera bangun dalam beberapa hari, namun kenyataannya tiga bulan berlalu dan Dalton sekarang dirawat di rumahnya, masih terbaring tak sadarkan diri.

Kepulangan Dalton ini kemudian diikuti sejumlah kejadian supranatural yang mengganggu keluarga Lambert.

Pertama, Foster merasa Dalton berada di koridor tengah malam. Lalu, Renai merasa ada orang lain berjalan di dalam rumah, keanehan ketiga ketika menemukan cetakan telapak tangan bernoda darah membentuk cakar ditemukan di seprei, dan Renai diserang oleh pria di tengah malam membuat keluarga ini pindah rumah.
 
Film ini berhasil menciptakan ketakutan baik mata maupun telinga penonton. Bukan jenis slasher yang sering menghadirkan tokoh psikopat siap membunuh korban dengan keji.

Duo James Wan dan Leigh Whannell yang pernah bekerja sama dalam “SAW”, kali ini kembali berduet tanpa horor yang penuh ceceran darah, tetapi menantang penonton untuk berani membuka mata atau terpacu degup jantung karena kehadiran makhluk halus yang seram.  

Adegan pembukanya mengagetkan karena kehadiran sosok menyeramkan. Jalan cerita di awal masih menarik. Cerita berlatar pindah rumah dan ternyata rumah barunya ada ‘isi’ selalu menjadi racikan menarik untuk penyuka film horror. Hanya saja separuh film kemudian terasa basi, membosankan malah konyol.

Kehadiran kelompok cenayang yang mengingatkan penulis pada film ghostbuster, lalu paranormal yang menjelaskan bahwa jiwa Dalton mengembara tanpa tahu jalan pulang atau disebut The Further. Selama badan ‘kosong’ jiwanya berpotensi dimasuki roh/setan.

Memang yang harus diingat bahwa film horror Hollywood berbeda dengan film setan Indonesia. Masyarakat kita sudah terbiasa dengan tokoh hantu seperti kuntilanak, pocong, dan suster ngesot yang tinggal diolah untuk menjadi suatu cerita. Lihat saja judul-judul film layar lebar Indonesia yang belakangan ini muncul di bioskop, selalu menggunakan salah satu subyek tersebut lalu ditambahkan kata-kata lain yang bertujuan memancing rasa penasaran orang.

Sebaliknya film Hollywood selalu membutuhkan logika dalam kehadiran hantu dan cara memusnahkannya. Namun terasa tertatih dan akhirnya tujuannya cuma ‘memanjakan’ mata penonton untuk kaget dengan penampakan yang menyeramkan.

Termasuk juga Joseph Bishara berhasil menghadirkan musik yang bisa begitu pas bersama adegan demi adegan horor di film ini, membangun kengerian penonton. Meskipun ada embel-embel track record James Wan sebelumnya menggarap “SAW” dan “Paranormal Activity” tapi maaf, akhirnya, saya cuma memberi nilai 6 dari 10 untuk film Insidious secara keseluruhan. 



2 komentar:

Anonim mengatakan...

hai hai.. punya saran gimana caranya mulai mencoba nonton film horor? aku ga pernah punya keberanian nonton film jenis yg satu ini :D

Aura-Azzura mengatakan...

Hai mbak Dhenok ...
wah nonton film kan soal selera. Kalau memang ga berani jangan deh daripada kebawa mimpi ;)
atau coba nontonnya rame-rame supaya ada teman..