Penulis : Joe Sacco
Penerjemah : Desti J. Basuki dan Ary Nilandari
Penerbit : PT Mizan Pustaka (Cetakan I – Oktober 2010)
Buku bergenre novel grafis ini menyajikan sepenggal kisah nyata tentang perang etnis dan antar agama yang berlangsung di suatu kawasan di selatan Eropa pada tahun 1990-an.
Wilayah Yugoslavia yang terletak di semenanjung Balkan itu telah menoreh sejarah panjang, menjadi tempat perebutan pengaruh antara Romawi Barat yang Katolik dan Romawi Timur yang Ortodoks, berlanjut ke era Ottoman Turki yang beragama Islam, membawa pengaruh dalam etnis dan agama yang dianut.
Perubahan bentuk menjadi negara kerajaan pasca Perang Dunia I diikuti pembentukan negara boneka dibawah Hitler (era Perang Dunia II) ternyata belum sepenuhnya membentuk pikiran yang terbuka terhadap perbedaan latar belakang etnis dan agama.
Selama bertahun-tahun Presiden Josip Broz Tito membangun kembali persaudaraan negeri dibawah bendera komunisme untuk mengatasi perselisihan antar kelompok etnis dan agama, dengan membentuk sistem federal yang dibedakan berdasarkan etnisitas.
Sistem ini hancur setelah Tito meninggal. Selain itu awal 90-an ditandai berbagai peristiwa menandai berakhirnya negara-negara komunis, seperti runtuhnya Tembok Berlin pembatas antara Jerman Barat dan Jerman Timur, revolusi di Cekoslowakia yang menjadikan Vaclav Havel sebagai presiden terpilih, dan pecahnya Republik Sosialis Uni Soviet.
Setelah runtuhnya rezim komunis di Eropa Timur, Yugoslavia terpecah pada tahun 1991 menjadi negara berdiri sendiri yaitu : Kroasia, Slovenia, Bosnia-Herzegovina, Srpska (Serbia), Macedonia dan Montenegro.
Judul buku Goražde dikutip dari nama kota di Bosnia Timur dan menceritakan kondisi kota selama 3,5 tahun (1992-1995) saat etnis Serbia, di komik ini disebut “Chetnik” sebagaimana orang Bosnia menyebut mereka berdasarkan berlatar belakang sejarah, menyerang kawasan yang semula aman damai di tepi Sungai Drina ini.
Cerita diambil dengan sudut pandang orang pertama atau “Aku” berprofesi sebagai reporter asal Amerika Serikat (AS). Cerita dibuka pada musim gugur 1995, ketika Aku bersama sejumlah wartawan asing dan penduduk lokal Goražde menanti hasil perundingan damai antara Serbia-Bosnia yang difasilitasi AS di Dayton, nun jauh di benua Amerika.
Di kawasan dengan populasi 9.600 orang dan lebih dari 70 persen muslim, perjanjian ini berpengaruh terhadap masa depan mereka. Karena pihak Serbia menginginkan kawasan itu masuk dalam wilayahnya dan menukarnya dengan wilayah sekitar Sarajevo, ibukota Bosnia.
Kemudian cerita bergulir ke latar sejarah dan letak geografis yang memberikan pembaca informasi tentang akar kebencian antar etnis di negara pecahan Yugoslavia itu.
Bosnia merupakan salah satu pecahan negara Yugoslavia, bersama Slovenia, Kroasia, Serbia, Montenegro, Kosovo dan Makedonia.
Joe Sacco adalah reporter dan kartunis yang melakukan empat kali perjalanan ke Goražde pada akhir 1995 dan awal 1996. Sehingga tidak heran jika novel grafisnya ini menjadi sebuah cerita reportase dalam bentuk gambar.
Sehingga cerita kaya akan sudut pandang, seperti dari Edin, Riki, Dr. Alija Begovic, bahkan warga Serbia yang masih tinggal di Goražde. Adapula kisah dari Haso dan Nermin tentang pengalamannya berada di Srebrenica.
Kita bisa jadi terbelalak lalu tertawa ketika seorang perempuan beranjak dewasa yang tinggal di kawasan isolasi lebih butuh jeans untuk membalut kaki ketimbang makanan atau buku pelajaran. Emira penerjemah berusia 19 tahun ingin titip dibelikan jeans Levi’s seri 501 asli di Sarajevo. Harus asli! Namun ketika kehidupan terasa gelap dan bisa mati setiap saat, termasuk terkena tembak saat menjemur baju, mati berbalut celana jins to die for bisa jadi kenikmatan duniawi terakhir.
Buku yang diterbitkan pertama kali pada 2000 di AS, menyegarkan kembali ingatan kita akan sebuah perang yang bisa jadi hanya sekelebat berita di layar televisi pada masa kecil dulu.
Apalah arti Bosnia yang luasnya hanya lebih dari 51 ribu kilometer persegi bagi dunia internasional? Ketika Persatuan Bangsa-Bangsa (PBB) bersikap bertahan dengan mengatasnamakan azas netral dan prinsip perdamaian, menyayangkan sikap AS, Inggris dan Perancis sebagai anggota Dewan Keamanan PBB yang berlarut-larut dalam menghentikan kekejaman yang melanggar hak asasi, mari pembaca berkata inilah politik internasional.
Negara Paman Sam dibawah Presiden Bill Clinton ibarat seorang paman yang baru berteriak dan menjewer anak kecil bernama Serbia yang menyiksa hewan-hewan di ladang tetangga ketika hampir dua pertiga hewan di ladang mati.
Buku ini bukan menyuguhkan cerita ‘indah’ dengan sapuan penuh warna. Wajah-wajah muram tidak ada garis ganteng ataupun cantik. Tapi ilustrasi hitam putih justru memperkuat alur cerita yang dramatis.
Secara pribadi saya sebagai pembaca buku sekitar 300 halaman ini ikut terbawa dalam suasana mencekam, haru, atau miris. Sebaliknya ikut terbawa lega dan bahagia ketika sinyalemen damai tercetus.
Ketika menutup buku ini, pembaca bisa jadi menjadi seorang yang mendukung pluralisme dan anti pandangan fundamentalis yang sempit. Bisa jadi akan menguatkan sikap Anda menjadi lebih pro aktif melawan isu atau pandangan SARA nan ekstrim. Kesimpulannya, buku ini layak baca.
Novel grafis ini masuk kedalam buku kategori “D” atau Dewasa karena jalan cerita dan sajian gambar cukup eksplisit untuk menggambarkan kejadian perang. (*)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar