Kamis, 29 Mei 2014

X-Men: Days of Future Past

Pemain: Hugh Jackman, Jennifer Lawrence, Nicholas Hoult, Ellen Page, Shawn Ashmore, Patrick Stewart, Peter Dinklage, Omar Sy
Sutradara: Bryan Singer
Skenario: Simon Kinberg
Waktu: 131 menit
(2014)
Seperti judulnya, X-Men: Days of Future Past menggabungkan masa lampau dan masa depan nasib dari para mutan. Film ini mengisahkan tentang para mutan di masa depan yang diburu dan dibunuh oleh robot Amerika bernama Sentinels.

Sentinels merupakan proyek pengembangan dari Departemen Pertahanan AS yang ide awalnya dikembangkan oleh Boliver Trask, industrialis sekaligus jenius, yang memiliki ide para manusia berspesies Homo sapiens akan mati oleh mutan. Oleh sebab itu, Tsark menciptakan robot yang super tangguh mampu menyerap energi para mutan, dan tentu saja kebal terhadap serangan para mutan.

Akibatnya Sentinels bak anjing pemburu menghabisi mutan-mutan dimanapun mereka berada. Termasuk menghabisi manusia yang berpotensi memberikan gen mutasi. Dengan sisa-sisa terakhir, para mutan, baik di kubu Xavier (Patrick Stewart) maupun Magneto (Ian McKellen) bersatu untuk mencegah Sentinels sebelum kepunahan mereka terjadi.

Wolverine (Hugh Jackman) dikirim kembali ke masa lalu, tepatnya tahun 1973, dimana proyek Sentinels dicetuskan oleh pemerintah Amerika Serikat. Proyek ini disetujui Departemen Pertahanan AS pasca pembunuhan Trask oleh Mystique (Jennifer Lawrence) di sebuah hotel di Paris. Malangnya Mystique saat itu berhasil ditangkap oleh tentara AS, dan pemerintah menganggap mutan adalah spesies yang membahayakan kehidupan para manusia normal. Mystique pun menjadi kelinci percobaan untuk mengembangkan robot pembasmi mutan Sentinels.

Oleh karena itu, misi utama Wolverine adalah meyakinkan Profesor X alias Charles Xavier muda (James McAvoy) untuk mencari Mystique dan menggagalkan rencana mutan biru membunuh Trask.

Mudahkah misi itu? Tidak! Cerita tidak sekadar mencari Mystique dan menggagalkan rencana pembunuhan.
Saat Wolverine kembali di tahun 1973, ia menemukan Profesor X di kastil milik Profesor X dalam keadaan tukang mabuk, kucel, apatis, sementara kastil sekaligus sekolah bagi anak berbakat  kosong ditinggalkan oleh para murid karena menjadi relawan Perang Vietnam.

Bagi pecinta X-Men dan khususnya penonton X-Men: Frist Class tentu ingat kalau di film tersebut Charles Xavier atau Profesor X sempat bersekutu bahu-membahu dengan Erik Lehnsherr atau Magneto (diperankan oleh Michael Fassbender).

Hanya saja, mereka kemudian berpisah karena Magneto lebih memilih perlawanan garis keras, dan Xavier cedera tulang belakang tertembak peluru, mengakibatkan Xavier harus berjalan di atas kursi roda. 
Sedangkan Mystique atau Raven Darkholme pada X-Men: First Class diceritakan sebagai teman masa kecil Xavier, bahkan sudah dianggap Xavier sebagai adik kandung, namun Raven pada saat dewasa memilih bergabung dengan garis keras bersama Magneto.

Tetapi di X-Men: Days of Future Past, Xavier bisa berjalan normal kembali berkat serum yang disuntikkan secara teratur oleh Hank McCoy alias Beast (diperankan oleh Nicholas Hoult). Namun kemampuan berjalan kaki ini harus dibayar dengan hilangnya kekuatan telepath Xavier.


Film ini punya kekuatan skenario yang mampu menjadi penghubung antara trilogi X-Men dengan prekuel X-Men: First Class.  Selain itu bagaimana para penulis cerita menggabungkan sejarah sebenarnya menjadi suatu kisah yang masuk akal. Jika trilogi X-Men membuat kita terpesona dengan kemampuan para mutan yang unik, X-Men: First Class adalah ketika radiasi nuklir pasca Perang Dunia II memicu gen manusia bermutasi dan mutan diantara Cold War.

X-Men: Days of Future Past memasukkan penembakan Presiden AS, John F. Kennedy hingga tewas dilakukan oleh Magneto (aha!), Perang Vietnam dan bagaimana berbagai peperangan di dunia memunculkan keuntungan bagi para pedagang senjata seperti Trask.

Kesimpulan pendapatku  X-Men: Days of Future Past menjadi film amat layak nonton, tapi big alert walaupun film ini termasuk film remaja (PG-13) yang relatif sepi dari adegan kekerasan penuh darah maupun sexual act, tetap saja big no! And no! kalau Anda mau membawa putra putri Anda ikut menonton di layar lebar. Selain mengganggu bagi penonton sekitar (swear, saya mendengar anak kecil menangis saat menonton film ini di bioskop) mungkin Anda harus menjadi “penerjemah” dari cerita yang sedang berlangsung cukup complicated dicerna anak 7 tahunan.  

Secara keseluruhan saya dengan senang hati memberi film ini penilaian di angka 8,5 dari total 10, dan jadi tidak sabar menanti kelanjutan film ini yaitu X-Men: Apocalypse bakal dirilis pada tahun 2016.



Tidak ada komentar: