Jumat, 10 Oktober 2008

Mamma Mia! The Movie





Saya menonton film ini agak terlambat setelah seru dibahas di media atau dibicarakan teman-teman sekantor sekitar 1-2 minggu lalu. Tepatnya pada Selasa (7/10) di BlitzMegaplex. Jaringan bioskop 21cineplex sudah tidak memutar film ini.

Film musikal karya sutradara Phyllida Lloyd, dari awal hingga akhir bertutur melalui lagu-lagu ABBA, grup musik asal Swedia yang pernah ngetop di tahun 1970-an. Misalkan Mamma Mia (sama dengan judul film), Dancing Queen, Honey Honey, Money Money Money, Super Trouper, I Have a Dream dan lainnya.

Para pemain film pun menyanyi dan menari dengan lincahnya. Termasuk Meryl Streep dan Pierce Brosnan yang tampil beda di film ini.

Film yang menyegarkan dan menghibur, membawa Anda bernostalgia ke masa remaja saat grup vokal, yang konon penyumbang pajak terbesar di negaranya setelah industri mobil Volvo, merajai dunia. Ataupun bagi yang belum lahir di era tersebut, juga bisa ikut bersenandung.

Di sebuah pulau kecil di Yunani, Donna (Meryl Streep) tengah mempersiapkan pernikahan putrinya, Sophie Sheridan (Amanda Seyfried). Diam-diam, tanpa sepengetahuan Donna, Sophie mengundang tiga pria mantan kekasih Donna. Ia Ia berharap bakal mengetahui siapa bapak kandungnya. Sayangnya, Donna sendiri tak yakin, mana diantara ketiga pria tersebut yang benar-benar ayah kandung Sophie.

Maklumlah, Donna muda berada pada masa hippies yang bebas, dipenuhi semangat pemberontakan dan petualangan masa remaja. Donna pada waktu berdekatan akrab dengan tiga pria : Sam Carmichael (Pierce Brosnan), Bill Anderson (Stellan Skargard) dan Harry Bright (Colin Firth) pegawai bank yang tak biasa hidup spontan.

Jalan cerita tidak lagi yang utama. Ga usahlah terlalu pusing mencari jawaban siapa bapak ’the real’ Sophie (meski dari semula kamu bisa menebak). Kekuatan film ini justru dalam unsur nostalgia. Pertama, nostalgia lagu-lagu ABBA. Nostalgia kedua, adalah kehadiran sahabat lama Donna yang dulu tergabung dalam Donna and the Dynamos : Rosie (Julie Walters) dan Tanya (Christine Baranski) yang khusus datang menghadiri pernikahan Sophie.

Julie Walters dan Christine Baranski membuktikan bahwa umur hanyalah angka, tapi semangat tetaplah ’dinamit’ tanpa memandang usia.

Unsur kesulitan film ini pada pemaksaan agar plot cerita matching dengan lirik lagu. Sehingga saya sebagai penonton sempat merasa jenuh. Jalinan cerita terlalu bertele-tele. Dan kadang tidak perlu. Misalkan saja adegan Rosie yang ditaksir cowok yang jauh lebih muda, lalu mereka berbalas nyanyi dan menari di tepi pantai. Cerita yang ditulis oleh Catherine Johnson berbasis lagu-lagu ABBA, sebelum ditayangkan ke dalam bentuk film layar lebar, cerita ini sudah melanglang di berbagai panggung teater. Termasuk teater Esplanade Singapura beberapa tahun lalu.

Lupakan pula usaha Anda mencari-cari wajah kerut pemain film itu saat masuk kedalam emosi sedih atau kesal. Semua perasaaan ternyatakan dalam lirik lagu.

Tapi jangan komparasi film ini dengan film India yang penuh tarian dan nyanyian ya .......:D
Jadi, mari nikmati saja sebagai hiburan menyegarkan sebelum kembali merasakan normalnya jalanan Jakarta dan ritme kerja mulai Senin pekan depan. Libur Idul Fitri sudah berlalu 2 minggu.

....”You can dance, you can jive, having the time of your life....”

Tidak ada komentar: